5. MISI MENGGANTIKAN POSISI ALETHEA

59 3 0
                                    

5. MISI MENGGANTIKAN POSISI ALETHEA

Pagi yang cukup cerah hari ini. Cahaya mentari terbit dengan sempurna mendamaikan segala pikiran lara semalam. Sagara menuruni tangga, laki-laki itu telah siap dengan pakaian rapi nya untuk mata kuliah hari ini. Langkah kaki Sagara terhenti melihat Dafa yang masih merebahkan dirinya di sofa depan televisi.

"Lo gak ada matkul hari ini?" tanya Sagara.

"Ada," kata Dafa. "Tapi siang. Jadi, gue bisa tidur dengan tenang dulu sekarang. Tidak perlu mandi pagi, tidak perlu ngebut-ngebut di pagi hari yang cerah ini."

"Anjing!" umpat Sagara. Tidak ada keadilan disini. Jam mata kuliah Sagara selalu pagi, sangat berbeda dengan Dafa. "Yaudah, gue berangkat duluan."

"Oke, hati-hati, bro."

Sagara mengambil kunci motornya. Mood laki-laki itu sedang indah pagi ini. Tidak ada hal apapun yang merusaknya, semoga hingga nanti seperti ini. Baru saja Sagara akan menancapkan gas motornya, tiba-tiba HP nya berdering.

Laura Alexandra : Gar, lo udah berangkat belum? Kalau belum, gue boleh bareng gak? Daritadi susah banget nyari driver ojol.

Membaca pesan itu, sudut bibir Sagara terangkat naik. Entah perasaan apa lagi yang sedang terbit pagi ini, tapi dapat Sagara simpulkan kehadiran Laura jauh membuat dirinya lebih baik.

Sagara Asia : Dengan senang hati. Gue otw sekarang.

Sagara menancap gas motornya, membelah jalanan kota Bandung pagi ini. Udara sejuk, dengan sinar matahari yang cukup membuat banyak hati merasa tenang. Pagi ini memang tidak buruk untuk diterima.

Selang beberapa menit, Sagara sampai di depan rumah Laura. Perempuan itu telah berdiri di tepi jalan. "Gue lama, ya?" tanya Sagara.

"Enggak kok, gue baru aja berdiri disini," kata Laura. Kemudian, perempuan itu naik ke joks motor sport hitam milik Sagara. Sagara melajukan motornya kembali. Selama diperjalanan, keduanya memutuskam saling diam. Tidak ada topik pembicaraan yang bisa diambil pagi ini.

Sepuluh menit berlalu, motor Sagara berhasil parkir dengan sempurna. "Thanks ya, Gar," kata Laura. "Gue duluan."

Sagara menaruh helm di atas joks motornya. "Kenapa gak bareng aja?" tanyanya. "Lagian juga sejalan. Lo tega banget ninggalin gue."

Laura tertawa mendengar kalimat Sagara. "Apasih, Gar. Ada-ada aja lo," katanya. "Nanti fans cewek lo pada cemburu kalau gue jalan sama lo."

"Gak peduli juga gue," kata Sagara. "Gak penting."

Keduanya berjalan beriringan menyusuri koridor. Dugaan Laura benar, banyak pasang mata yang melihat mereka. Ada yang senang, ada yang benci, ada yang suka, dan ada yang tak suka. Sangat beragam. Sagara tidak mempedulikan hal itu, juga Laura. Meladeni mulut cabe mereka hanya akan membuang waktu, tenaga, dan pikiran. Di umur sekarang, yang kita butuhkan hanyalah ketenangan.

"Oke, kita harus berpisah," kata Laura. "Kita gak sekelas, Gar. Gue harus ke kanan, lo ke kiri."

Sagara mengangguk. "Iya. Nanti pulang bareng gue?"

"Lihat nanti ya," kata Laura. "Gue gak tau hari ini gue pulang cepet atau nggak. Nanti gue kabari."

"Oke."

***
Laura Alexandra, perempuan itu sedang bersama teman dekatnya di kampus, satu prodi dengannya. Namanya Elina Diatmika, perempuan dengan tinggi sepadan, kulit sawo matang dan rambut sebahu. Keduanya berjalan beriringan di koridor untuk menuju perpustakaan. Keduanya memang mengikuti ekstrakurikuler Sastra dan Bahasa Indonesia yang memang tidak pernah jauh dari tempat itu.

SAGARA ASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang