4. SPESIAL

76 4 4
                                    

4. SPESIAL

Jam mata kuliah hari ini telah usai. Sagara Asia, laki-laki itu berjalan menyusuri koridor untuk menuju perpustakaan. Sagara sedang ingin mencari beberapa buku sebagai referensi untuk persiapan skripsi yang akan ia susun. Laki-laki yang dulunya berandalan, hobi tawuran, nakal, dan tidak mau diatur kini benar-benar telah berubah. Sagara memilih mengejar pendidikannya hingga mendapatkan gelar sarjana yang ia mau.

Pintu perpustakaan laki-laki itu masuki, pemandangan yang sangat tidak pernah Sagara kenal. Laki-laki itu tidak menyukai tempat ini, sejak dulu. "Kalau bukan demi gelar sarjana, gue males banget," gerutu Sagara. "Tuhan, tolong dipermudah, ya?"

Baru saja Sagara mengambil satu buku, pandangannya teralih pada perempuan yang sedang duduk di bangku perpustakaan. Cukup lama Sagara memandangnya dari jauh, akhirnya ia memutuskan untuk mendekat kepada perempuan itu.

"Hai, Ra," sapa Sagara. "Lo disini juga?"

Laura menoleh kearah suara, "Hai, Gar," katanya. Perempuan itu tiba-tiba tertawa kecil melihat Sagara di tempat ini. "Cowok kayak lo bisa juga ya masuk sini."

"Rese!" kata Sagara kesal. "Gue gak akan masuk sini kalau bukan karena skripsi gue."

Laura mengangguk paham. "Udah sibuk skripsi ya sekarang. Kejar karir banget nih kayaknya."

"Soal cinta udah gagal, soal karir jangan sampai," kata Sagara. "Dunia gak adil banget kalau karir gue juga gagal. Gue sangat berusaha. Bantu doa, ya?"

"Aamiin," kata Laura tersenyum hangat. "Gue salah satu orang yang akan bangga terus dengan pencapaian lo. Semangat ya, Gar? Aku doa."

Entah mengapa, kalimat yang terlontar dari mulut Laura sangat menenangkan hati Sagara. Cukup lama laki-laki itu tidak mendapatkan sebuah kata semangat. Cukup lama laki-laki itu bertahan sendiri tanpa adanya kalimat tersebut.

Sagara membuka buku di tangannya. Tetapi segala yang ia baca tidak ada sedikit pun yang dapat dipahami. "Mau gue bantu?" tawar Laura. "Gue dengan senang hati bantu lo."

"Lo yakin?" tanya Sagara memastikan. "Skripsi lo sendiri?"

"Ah, gampang," balas Laura enteng. "Kita pindah tempat aja ya? Sebentar lagi perpustakaan di tutup. Cari cafe deket sini, yuk?"

Sagara mengangguk, menyetujui ajakan Laura. Memang hari telah menunjukkan warna gelapnya. Sebentar lagi malam, dan perpustakaan akan tutup sesuai jadwal. Keduanya keluar bersamaan, lalu mereka berjalan beriringan untuk segera keluar dari kampus.

Dua orang perempuan menatap dari jauh dengan pandangan tak mengenakkan. Mereka adalah Dayana dan Nurra. "Tuh cewek siapa sih?" tanya Nurra.

"Gue gak tau," kata Dayana. "Yang pasti,  dia cari masalah."

Dayana memang tidak suka bila ada yang berani mengusik Nurra, sahabatnya. Nurra sejak dulu memang selalu diratukan, selalu diistimewakan. Tak heran bila kali ini, Dayana turut andil mengusik Laura yang telah berani mendekati laki-laki incaran Nurra.

"Eh, Daf, Daf," panggil Nurra saat Dafa berjalan di sebelahnya.

Dafa menghentikan langkahnya. "Kenapa?"

"Ada yang mau gue tanyain sama lo," kata Nurra. "Tentang Sagara."

Dafa menelan salivanya kasar. Sembari laki-laki itu menoleh kanan kiri untuk memastikan tidak ada Sagara di sekitarnya. Jika laki-laki itu ada, nyawa Dafa dalam bahaya. Sagara tanpa enggan akan menjadikan dirinya samsak karena tak mematuhi perintah Sagara untuk tidak mendekatkan dirinya pada Nurra.

"Mau tanya apa lo?" tanya Dafa. "Gue gak ada waktu lama."

"Sagara punya cewek ya?" tanya Nurra. "Gue lihat lockscreen dia, foto bareng cewek."

SAGARA ASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang