23. DIA KEMBALI?

46 6 1
                                    

23. DIA KEMBALI?

Sagara Asia dan Laura Alexandra telah berada di depan ruang dosen pembimbing skripsi Sagara. Laura bergerak mengamati secara intens penampilan laki-laki di hadapannya sebelum memasuki ruangan dosen. "Kalau mau di acc harus rapi, Gar."

Perempuan itu lalu membenahi dasi yang dipakai Sagara, tak lupa pada rambut Sagara yang selalu acak-acakan. Tidak ada protes yang dilakukan oleh Sagara, laki-laki itu bahkan tersenyum melihat aksi Laura yang saat ini sedang menunjukkan sisi perhatiannya.

"Nah gini, kan ganteng jadinya," kata Laura setelah berhasil merapikan.

"Walaupun kayak tadi pun gue udah ganteng, Ra," kata Sagara sangat percaya diri dan membuat Laura memutar bola matanya malas.

Sagara lalu memberikan tas ranselnya pada Laura. "Titip dulu ya, Ra?"

Laura mengangguk menerimanya. "Oke, semoga berhasil Sagara!"

Sagara mengacungkan kedua jempolnya. Laki-laki itu lalu masuk ke dalam ruang dosen yang sangat membuat dirinya merasa kaku. Sikap berandalan Sagara seakan hilang juga sudah bertatap dengan dosen pembimbing skripsinya.

Sementara Laura, ia duduk di kursi besi depan ruangan dosen. Pergerakannya terhenti ketika sebuah buku jatuh dari tas Sagara yang memang terbuka. Tangan Laura bergerak mengambil buku yang sangat ia kenali. "Ternyata buku ini lo bawa kemana-mana ya, Gar?"

Setelah mengambil buku itu tiba-tiba dua lembar kertas terjatuh. Laura tersentak kaget dengan jatuhnya kertas itu dari buku hitam peninggalan Alethea. Rasa penasaran Laura kian memuncak, ingin tahu kertas apa yang sebenarnya ada disana. Ia buka lembar pertama.

Maaf tidak menemani sampai akhir, tapi aku pasti kembali.

Deg! Jantung Laura seakan menunjukkan sisi aktifnya. Berdegup kencang tak karuan. Keringat dingin serta rasa gemetar dialami perempuan itu. Laura tidak dapat mengendalikan dirinya sekarang. Perempuan itu sudah tidak sanggup untuk membuka lembar keduanya.

Tapi, apa isi lembar keduanya?

Dua mahasiswi berjalan tepat didepan Laura yang tengah duduk. "Putri Dareen siapa deh? gue lupa namanya. Tapi katanya dia maba di kampus kita."

Skakmat. Laura semakin tidak dapat mengontrol dirinya. Apa-apaan ini? Mengapa putri Dareen menjadi perbincangan hangat di kampus? Apa dia benar-benar kembali?

"Putri Dareen." Laura menggeleng pelan, ia lalu bangkit berjalan ke sembarang arah tanpa memedulikan Sagara yang masih berada di dalam ruang dosen. Tangan perempuan itu masih bergetar, hingga pergerakannya terhenti saat tubuhnya menabrak Elina.

Belum sempat Elina bersuara dan terkejut, Laura lebih dulu membuka suaranya. "El, bawa gue jauh dari sini dulu."

"Ha-hah?"

"Tolong bawa gue jauh dulu, El," ulang Laura. Elina langsung mengerti, kemudian menarik tangan Laura untuk menjauh dari tempatnya saat ini.

Keduanya sampai di taman kampus yang saat ini kebetulan cukup sepi. Laura duduk di kursi besi berwarna putih dengan tas ransel Sagara yang terletak di pangkuannya. "Gue denger namanya lagi, El."

"Nama siapa?" tanya Elina tak mengerti. "Lo denger apa sih, Lau?"

Laura menatap Elina dengan pandangan sayunya. "Lo coba buka akun base kampus."

Elina mengangguk, ia cepat-cepat membuka benda pipih yang sejak tadi ia biarkan di dalam sakunya. Tangannya bergerak cepat membuka room aplikasi.

Elina seketika membulatkan matanya sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elina seketika membulatkan matanya sempurna. "Ini serius, Lau?"

Laura ikut menggeleng. Sejujurnya perempuan itu juga tidak tahu. "Putri Dareen cuma satu, El."

"Dan dia udah gak ada kan?" tanya Elina. "Terus ini maksudnya, dia bangkit dari kubur gitu?"

"Nggak-nggak, Lau!" sanggah Elina cepat. "Gak mungkin. Ini hoax nih pasti."

Laura membuka tas ransel Sagara. Menunjukkan buku hitam yang ada disana. "Ini buku punya Alethea, ternyata disimpan sama Sagara. Dan yang bikin sakit hati juga, buku ini ternyata juga dibawa kemana-mana sama Sagara," jelas Laura. "Dan ini," perempuan itu memberikan selembar kertas yang tadi ia baca. "Ada di dalam buku ini."

Maaf tidak menemani sampai akhir, tapi aku pasti kembali.

Elina kembali dibuat terdiam. Banyak hal yang tidak bisa ia cerna dengan mudah sekarang. "Tapi gak mungkin, Lau. Impossible."

"Pergerakan keluarga Dareen tidak segampang itu untuk ditebak. Kalau kematian Alethea dijadikan rekayasa? Itu juga bukan hal yang sulit bagi mereka," jelas Laura. "Keluarga Dareen dan kekuasaannya."

Belum sempat Elina bersuara lagi, tiba-tiba HP Laura berdering.

Sagara Asia calling you.

"Aduh, gue lupa lagi kalau gue sama Sagara tadi," gerutu Laura. "Gue balik ke Sagara dulu ya, El," katanya lagi lalu lari tanpa mempedulikan Elina yang kini tercengang akibat aksinya.

Laura berlari menyusuri koridor kampus. Laura baru menyadari, ternyata ia berjalan cukup jauh dari ruangan Sagara berada. Tepat di jarak kurang lebih 2 meter, Sagara mulai terlihat dengan ekspresi khawatirnya.

"Ra," sambut Sagara. Laki-laki itu memegang kedua pundak Laura. "Lo gak kenapa-napa?"

Laura menggeleng pelan, yang membuat Sagara memeluknya erat. "Ra, sumpah. Gue khawatir banget. Tadinya gue kira lo di apa-apain lagi sama si bangsat bangsat itu."

Pasca insiden penyekapan Laura dan geng motor yang sempat mengganggu kesayangannya membuat Sagara mudah sekali khawatir. Kalimat yang diutarakan Maudy waktu itu terus berputar dalam pikirannya. Sagara tidak ingin kehilangan lagi.

"Gue aman, Gar," kata Laura meyakinkan. "Gue tadi ke Elina bentar."

Pelukan Sagara terlepas, menyisakan Sagara dengan ekspresi sedihnya. "Kenapa, Gar? Gak di acc ya?" tanya Laura.

Tidak ada jawaban.

"Gak apa-apa, Gar," kata Laura lagi. Perempuan itu berusaha mengatur ekspresinya untuk menguatkan Sagara. "Ayo revisi, aku temenin."

Aku.

Sagara mengangkat sudut bibirnya tipis. Laki-laki itu lalu membuka lembaran dalam tumpukan kertas yang berada di tangannya. "Lihat dulu deh."

Laura berusaha melihat apa yang Sagara katakan. "ISH! NGESELIN!"

Kertas itu berisi penandatanganan dosen, dan dinyatakan skripsi Sagara telah selesai. Laki-laki itu juga telah terdaftar sebagai mahasiswa yang akan melakukan wisuda di sesi pertama. Pencapaian yang Sagara ragukan awalnya, tapi syukurlah berbuah manis.

Sagara merangkul Laura selayaknya pasangan harmonis yang diimpikan banyak orang. Di pertengahan koridor tiba-tiba HP Laura berdering, membuat si pemilik membukanya cepat-cepat.

Selamat anda dinyatakan lulus seleksi beasiswa.

Laura mengamati pesan itu cermat, sesekali melirik Sagara yang sekarang sedang mengamatinya. Lulus beasiswa, tandanya Laura harus pergi ke USA, meninggalkan Sagara dan teman-temannya.

"Kenapa, Ra?" tanya Sagara.

Laura dengan cepat mengembalikan HP nya ke saku celananya. "Gak, gak ada apa-apa, Gar."

Bukan untuk merahasiakan, tetapi Laura tidak mau egois sekarang. Sagara baru saja senang setelah skripsi nya selesai, ia tidak mau mengganggu kebahagiaan Sagara. Beasiswa ini bisa diambil ataupun tidak, Laura bebas memilihnya. Jika nanti situasi melarang ia untuk berangkat, maka tidak ada resiko yang akan perempuan itu tanggung.

"Kita kemana, Gar?" tanya Laura.

"Ke rumah gue, yuk?" tawar Sagara. "Ada temen-temen gue di rumah. Mereka mau datang ke wisuda gue katanya."

'𝓢𝓪𝓰𝓪𝓻𝓪 𝓐𝓼𝓲𝓪'

SAGARA ASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang