Episode 11 : Malu

2.7K 247 5
                                    

Sudut pandang Jennie

Aku menelan pil penenangku dengan baik, sarapan, olahraga dan menjaga pola tidurku. Segalanya cukup teratur dan konsisten. Usiaku sudah masuk angka 30, ini bukan lagi waktu yang muda. Aku perlu banyak energi untuk menghadapi kemungkinan buruk lainnya.

Meski dari kecil aku telah mendapatkan kejutan buruk dalam hidupku bukan berarti aku akan menanggapi hal buruk di masa depan dengan tenang. Tidak- aku manusia dan aku punya hati.

Keningku kembali berkerut pada amplop merah yang berada di depan pintu kamarku-lagi. Mungkin jika aku ingat sudah ada 3 amplop merah yang aku temukan dengan isi dan tulisan yang sama.

"Manusia-manusia kurang kerjaan." Sepertinya pemerintah harus lebih banyak memperhatikan warganya yang pengangguran agar tidak mengganggu sistem ketenangan hidup orang lain.

Aku membuangnya ke tong sampah dan menekan tombol lift. Pintu tertutup dan sebuah siluit bayangan seperti menghilang perlahan. Aku tetap tenang dan tidak berpikir itu suatu ancaman karena tidak ada hal yang aku lakukan untuk merugikan orang.

Kristine datang tepat waktu dan membukakan pintu. Itu mengganggu, tapi Rose memaksaku untuk menerimanya sebagai tanda terimakasih. Mau tidak mau aku menerimanya dengan berat hati.

Kristine tersenyum dari kaca spion depan. "Anda terlihat berbeda." Dianya kembali fokus pada jalan.

"Benarkah? Aku hanya merasa bebanku sedikit terangkat." Bohongku. Tidak ada masalah dan beban yang mudah terangkat, semua masih menimpah pundakku seperti satu ton batu. "Mungkin karena kemarin aku baru perawatan."

"Hari ini kemana tujuan kita?"

"LM Lawyers. Hari ini hari pertamaku bekerja."

"Itu luar biasa. Aku sangat mengagumi anda."

"Berhentilah bersikap formal denganku. Kau bisa memanggilku Jennie, itu jauh terasa kau seperti teman untukku."

Kristine mengangguk.

"Apakah kau juga mengantarku ke mana saja selain ULO?" Kristine tampak bingung sebelum akhirnya dia tersenyum.

"Nona Chaeyoung memintahku untuk mengantar kemanapun, termasuk urusan di luar ULO."

"Aku merasa membebanimu." Aku menyentuh pundaknya dengan lembut, mengantarkan ketulusan maaf. Sebenarnya ini berlebihan, aku tidak ingin membebani siapapun tapi Rose mamaksaku.

Ketika aku fokus pada tabletku untuk melihat beberapa pekerjaan dan tugas Mahasiswa aku melihat Kristine memperhatikanku dari kaca. Dia tampak bingung. "Apa ada yang ingin kau tanyakan padaku?" Dia terkejut.

"Aku hanya penasaran."

"Soal apa?"

"Kau tidak pernah berkunjung ke rumah Ayahmu semenjak berada di Korea...maaf jika pertanyaanku mengganggumu." Dia tampak bersalah ketika melihat perubahan suasana hatiku.

Aku tidak merindukannya, itu adalah jawaban hatiku. Ayahku adalah ayah terbaik , dia menyayangiku dan selalu memberikan apapun yang aku mau. Tapi ada sesuatu yang membuatku membencinya. Dia egois pada orang lain, dia memisahkanku pada ibuku dan menikah dengan wanita lain di saat usiaku masih remaja.

"Aku yakin dia baik-baik saja." Jawabku kembali bekerja.

Tidak menunggu terlalu lama untuk sampai ke LM, jalanan tidak begitu macet dan cuaca hari ini cerah seperti kemarin.

Kristine membukakan pintu sebelum aku. Dia begitu formal dengan pekerjaannya, terkadang membuatku malu ketika bersikap aku adalah seorang CEO kaya. "Jangan lakukan itu lagi." Pintaku dengan tulus.

STORIES FROM THE SKY [JENLISA] COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang