Sudut Pandang Jennie
Aku tidak tahu bagaimana lagi harus bertindak, pikiranku sudah kacau ketika seorang perawat menghubungi dan mengatakan bahwa Ibuku ada di rumah sakit karena perawatan. Ini membuat jantungku hampir meledak.
Aku menghubungi Lisa ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit, tapi sayangnya Lisa tidak bisa menemaniku karena ada rapat yang sangat penting, dan lebih sialnya dia rapat di luar negeri.
Rumah sakit terlihat ramai, banyak orang yang terluka, menangis dan juga melamun. Ini semakin membuatku panik, satu mobil ambulance tiba-tiba muncul di depanku dengan jeritan seorang anak yang menangis. Pandanganku semakin kabur karena genangan air mata. Aku terus berlari ke ruang UGD untuk mencari Ibuku, satu persatu tirai aku buka dan akhirnya aku menemukannya. Lututku lemas , jari jemariku gemetar menggenggam tirai. Rasanya hatiku lega menerima kenyataan dan melihat Ibuku sedang tertawa bersama seorang perawat dan dokter dengan perban di keningnya. Dia terlihat baik-baik saja.
"Ibu..." Kataku mendekatinya dengan air mata yang akhirnya jatuh. Dia memelukku sambil menepuk bahuku, rasanya sangat menenangkan. "Apa yang terjadi?"
"Ini hanya luka kecil." Ibuku menunjuk perban di keningnya dengan senyuman. Melihat dia tersenyum adalah hal yang paling terindah untukku, aku bersyukur Tuhan masih memberiku kesempatan untuk bersamanya meski ada banyak kesalahan di masalalu yang ku sebabkan. "Jangan menangis, Taeyoung memaksaku untuk menghubungimu."
Aku melihat ke dua orang yang berdiri dan memberi salam, mereka membalasnya dengan ramah. "Tapi kenapa dengan keningmu?"
Kening Ibuku berkerut sambil menatapku lalu menatap seorang Dokter yang disebutkan Ibuku tadi. "Jen, kau pasti lupa dengan Tae." Katanya.
Aku mengerutkan keningku semakin dalam saat mencoba mengingat yang dumaksud Ibuku. "Dia Tae, teman sekolahmu dulu. Kau melupakannya?" Ibuku memukul bahuku. "Atau perlu ibu perjelas lagi.?"
Dokter tersebut tertawa melihat Ekspresiku. "Hai Jen Jen."
"Ya Tuhan." Aku mengingatnya, ya dia Taeyoung Murid tertampan di sekolahku.
"Dia pernah datang ke rumah untuk kencan pertama kalian." Ibuku memperjelas ingatanku.
Aku menutup mulutku dengan kaget, bukan drama tapi aku benar-benar tidak percaya kami bertemu lagi. "Tae, kau terlihat tidak berubah."
"Tapi kau tidak mengingatku." Dia cemberut tapi masih tersenyum. Dia adalah murid laki-laki yang dulu membuatku banyak memiliki musuh. Bagaimana tidak, dia mengajakku kencan di saat semua murid perempuan mendambakannya.
Aku tertawa dan memukul bahunya. "Sedikit berubah karena tubuhmu lebih berisi." Kataku, dia mengangguk setuju. "Jadi Dokter Tae, apa yang terjadi pada wanita ini?" Aku mengerutkan bibirku menghadap Ibuku. Dia terlihat bahagia melihat Tae.
"Dia baik-baik saja, secara fisik hanya luka kecil di keningnya karena benturan tapi itu tidak berakibat fatal hanya butuh istirahat yang cukup karena dia mengeluh sedikit mual dan pusing."
"Kau jatuh di kamar mandi?" Persisnya aku tidak tahu apa yang membuat Ibuku terluka.
"Dia terjatuh di tangga Rumah sakit." Tae memperjelas. "Aku tidak tahu dia pasien rutin di sini? Apa kau tahu itu?"
"Apa Ibu berobat di sini?"
"Sepertinya Ibumu memiliki masalah serius." Tae membuka tabletnya untuk melihat file resume medis Ibu. "Dia memiliki penyakit Kanker serviks?" Aku mengangguk. "Dan melakukan kemoterapi beberapa bulan yang lalu."
Aku mendengarkan semua yang Tae katakan tentang resume medis Ibu, itu semua membuatku terkejut. Berapa banyak penderitaan yang dia jalani sendirian selama ini? Aku menangis mengingat betapa mengerikannya dia hidup tanpa seorang wali. Itu pasti mengguncang psikologisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIES FROM THE SKY [JENLISA] COMPLETE
ФанфикJennie memiliki Suami yang kaya, tampan dan baik hati. Hampir seluruh populasi manusia di bumi mengirikannya, hidup mereka bahagia seperti di dongeng tapi apa yang terjadi ketika ternyata kehidupan rumah tangganya tidak seperti yang dunia kira? Hidu...