Episode 12 : Point Penting

2.3K 229 2
                                    

Sudut pandang Jennie

Kali ini aku tidak mengabaikan amplop merah yang lagi-lagi muncul di depan pintuku. Ini seperti ancaman yang meresahkan, aku kira hanya manusia iseng yang tidak ada kerjaan tapi isi suratnya hari ini membuat diriku merinding.

"Kau mengabaikan suratku lagi?
Hahaha.
Ini bukan orang iseng Jennie Kim. Ini ancaman untukmu."

Namaku yang ada di surat itu adalah bukti bahwa dia mengancamku. Aku masuk kembali ke dalam rumah, menunda rencanaku untuk joging. Dengan tenang aku kembali membuka surat merah dengan tulisan hitam yang di ketik.

Perutku melilit dan kepalaku pusing. Bagaimana bisa dan siapa yang mengancamku? Ini aneh, aku merasa tidak melakukan apapun terhadap orang lain.

Bel pintu mengagetkanku dari lamunan yang panjang. Aku buru-buru memasukan amplop merah ke dalam laci samping tempat tidurku lalu berjalan membuka pintu.

"Kai?"

"Sayang, aku perlu bicara." Rambutnya berantakan, dasinya bahkan tidak rapi seperti biasanya. Kemeja putihnya bahkan keluar dari celananya. Dia terlihat seperti tidak pulang dari kantor berhari-hari. "Aku dan dia pergi ke rumah sakit." Dia mengatakan perempuan itu. "Kami memeriksa DNA terhadap janinnya. Dan hasilnya itu bukan anakku."

"Apa?" Aku memutar badanku menghadapnya. Memasang wajah tidak percaya.

"Ya, itu bukan anakku Jen." Dia tersenyum, wajahnya seakan bahagia dengan itu. "Meski hasil ini belum bisa di pastikan 100% karena janinnya masih sangat kecil tapi dokter mengatakan ada kemungkinan itu bukan anakku"

Ya Tuhan, apa yang baru saja dia katakan. Mengapa dia begitu yakin dengan hasil yang sama sekali bukan sebuah hasil DNA bagiku. "Apa maksutmu? "

"50:50, dokter mengatakan hasil itu bisa saja berubah."

"Katakan padaku apa kau yakin dengan ucapanmu?"

"Aku menidurinnya tapi aku memakai pengaman Jennie, aku benar-benar memakai pengaman."

Kepalaku hampir meledak sekarang. Dia dengan mudahnya dan mengakui bahwa dia benar selingkuh.

"Kalau gitu bawah hasilnya setelah anak itu lahir."

"Jika itu bukan anakku, kau akan memberiku kesempatan?"

"Aku akan mempertimbangkannya."

Kai tersenyum, "Bagus, setidaknya aku punya kesempatan." Dia memberi ciuman singkat di bibirku sebelum keluar.

Rasanya mulai aneh, aku tidak lagi memiliki kemistri bersamanya semenjak perselingkuhan itu.

"Jen,.." Kai berbalik menghadapku. "Apa kau yang menjadi pengecara Angle?"

"Ya."

"Jika aku menjadi kau, aku akan menoklanya." Ucap Kai yang akhirnya menutup pintu kamarku.

Apa maksudnya? Dia melarangku karena dia adalah jaksa dari kasus itu. Dia pikir aku akan kalah dan mengalah? Oh tidak akan kai, ini urusan kerja tentu saja harga diriku nomor satu untuk itu.

Aku memutuskan untuk keluar di akhir pekan. Rose memintaku untuk menemaninya berbelanja, dia memohon dan terus memohon karena dia sangat tahu bahwa aku benci ke Mall.

"Apa kau benar-benar akan cerai?" Pertanyaan ini diulang lagi, dia sudah hampir 3 kali bertanya dalam seminggu ini dan jawabanku tetap sama. Tapi kali ini jawabanku mungkin berubah karena Kai mencoba membuktikan padaku tentang tes DNA.

"Apa aku perlu memberikannya kesempatan?"

"Beri dia waktu untuk membuktikannya padamu."

"Tapi kepercayaanku sudah hilang."

STORIES FROM THE SKY [JENLISA] COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang