"Kau beli saham ULO hanya karena Jennie?"
"Ya...kau benar."
Jisoo memutar badannya sambil frustasi. Dia benar-benar tidak habis pikir mengapa teman sekaligus bosnya ini begitu gila hanya karena cinta pertamanya. Dalam sehari, Lisa tidak berpikir dua kali untuk membeli saham ULO ketika mengetahui Jennie menjadi profesor undangan di sana. Dengan bangganya dia mengatakan iya pada Jisoo sambil tertawa.
"Kau berpikir aku gila?" Tanyanya lagi dengan bangga. "Aku memang gila." Ucapnya sambil tertawa.
Lisa melangkah keluar dari kantornya dengan setelan Jas biru muda yang di padukan dengan syal putih di lehernya. Sambil menaruh senyuman di wajahnya dia berjalan keluar gedung meninggalkan Jisoo dengan kefrustasian. Hari ini tujuan Lisa jelas untuk bertemu lagi dengan Jennie, dia gigih ingin Jennie menaruh perhatian pada kehadirannya tapi Jennie tidak bergeming sama sekali bahkan wanita itu berpura-pura tidak mengenalnya. Tentu saja sikap Jennie yang mengabaikan Lisa adalah hal yang membuat Lisa semakin gila.
Jennie duduk dengan santai di ruang pribadinya di kampus, sambil memantau materi dan beberapa kasus yang di berikan suaminya melalui email. Kai sering mengiriminnya beberapa berkas kasus yang sedang dia tangani, tidak sedikit Jennie membantu memberikan saran dalam kasus yang sedang suaminya hadapi.
Jennie menarik napasnya dengan tenang sebelum akhirnya seseorang mengetuk pintunya. "Masuk." Katanya dengan nada tegas.
"Nona Kim, saya ingin memperkenalkan kepada anda CEO Universitas baru kita." Tuan Oh melangkah ke samping agar CEO baru mereka bisa terlihat jelas. "Nona Kim, ini Nona Lisa CEO baru kita."
Jennie tidak terkejut sama sekali akan kehadiran Lisa di hadapannya. Ini ke dua kalinya Jennie melihat Lisa di kampus. Tapi ada apa dengan jabatan baru itu? yang Jennie tahu Park Chaeyoung adalah pemilik ULO. "Saya Kim Jennie." Ucap Jennie menjabat tangan Lisa.
"Lalisa Manoban...senang bertemu denganmu lagi Jennie." Lisa menarik tangan Jennie sedikit kasar, sebelum Tuan Oh menyadari kecurigaan terkait tatapan Jennie dan Lisa seolah-olah mereka sedang perang, Jennie menarik tangannya dari Lisa.
"Jika tidak ada lagi keperluan lain, kalian bisa pergi...ada beberapa pekerjaan yang haru saya lakukan." Wajah Jennie dingin tanpa ekspresi, dengan tenang dia kembali duduk dan menatap leptopnya.
Lisa menyuruh Tuan Oh untuk pergi. Setelah itu yang Lisa lakukan hanya berkeliling ruangan Jennie dengan santai, lalu dia duduk di sofa yang berada di depan Jennie. "Sepertinya aku harus merombak ruangan Profesor terbaik kampus ini...ehm atau aku harus pindahkan ruanganmu di dekat ruanganku?"
Jennie tetap diam, sesekali ia melirik Lisa, kemudian kembali ke leptopnya. Merasa terus di abaikan oleh wanita yang duduk di depan meja, Lisa dengan sengajah menjatuhkan vas bunga yang ada di samping mejanya.
Jennie kaget dan wajahnya berubah pucat "Astaga...apa yang kau lakukan Lisa!!" Jennie berdiri dari duduknya memperhatikan wajah Lisa yang membuatnya ingin berteriak. "Kau gila?"
Lisa tertawa sambil menutup mulutnya dengan kepalan tangan. "Akhirnya aku mendapatkan perhatianmu Nona Kim." Ucapnya membuat Jennie semakin marah. "Lihat...lihat matamu. Itu yang aku inginkan." Lisa meredahkan tawanya menjadi senyuman sinis setelah mata Jennie menatapnya dengan tajam. "Kenapa sangat sulit bagimu untuk melihatku."
Jennie memejamkan matanya sambil memijat pelipis mata. Menahan amarah agar tidak membara adalah hal yang mustahil baginya tapi dia harus menahannya agar tidak ada drama lain di antaranya dan Lisa. "Jika tidak ada hal penting...silahkan keluar Nona Manoban." Jennie berusaha untuk tersenyum tapi dia gagal.
"Baiklah...setidaknya hari ini aku mendapatkan perhatianmu." Lisa berjalan menuju pintu sambail melambai. "Sampai jumpa lagi." Katanya mengedipkan mata.
"Semoga tidak." Ucap Jennie nyaris berbisik.
"Akuuuu mendengaaarmu Nonaaa Kim." Sahut Lisa dari luar sambil bernyanyi.
Lisa tertawa sambil meninggalkan ruangan Jennie, dengan suasana hati yang ceria dia kembali ke kantornya untuk menghadiri rapat. Tapi nampaknya suasana hati Lisa mempengaruhi rapatnya kali ini, dia terus tersenyum tanpa sebab mengakibatkan Jisoo kewalahan untuk selalu mengingatkannya bahwa dia sedang berada di pertemuan penting.
"Maaf, suasana hati saya sedang baik." Katanya dengan senyuman tulus. "Seberapapun saham ULO yang saya beli tidak akan mempengaruhi reputasi perusahaan kita...jadi saya harap kalian tidak mempermasalahkan apa yang sudah saya beli." Lisa menerangkan mengapa dia membeli saham ULO tanpa mendiskusikannya kepada direksi LM Financial terlebih dahulu. "Jika ada kerugian pada keputusan saya, maka saya yang akan menanggungnya." Tutup Lisa dengan tegas.
Jisoo mengikuti langkah bosnya dengan rasa frustasi. Sebenarnya Jisoo hampir gila dengan semua keputusan Lisa yang mendadak. Tapi lebih gila ketika Jennie pulang ke Korea, hampir setiap saat dia melihat Lisa berpikir keras bagaimana caranya agar bisa mendapatkan perhatian wanita bermata kucing tersebut. Jika di ingat, hubungan kedua wanita itu sudah berakhir 10 tahun yang lalu, dan bisa di katakan cinta mereka hanyalah cinta remaja yang tanpa makna. Satu lagi, Jennie sekarang sudah memiliki suami yang dia cintai, dan keluarga mereka juga terlihat bahagia. Lalu kenapa Lisa masih mengganggu Jennie?
"Ada laporan terbaru dari yang aku suruh?" Lisa duduk di kursi kantornya.
Jisoo memberikan amplop coklat pada Lisa. "Seperti dugaanmu, dan itu sudah berjalan hampir 2 Tahun."
Lisa tertawa saat membuka isi amplop tersebut. "Bagus...ini baru awal."
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Hanya sedikit menyadarkannya." Lisa bergegas pergi dari kantor setelah mendapatkan informasi yang ingin dia dapatkan.
***
A/N : Sekedar informasi. Cerita ini tidak memiliki patokan berapa ribu kata dalam satu episode. Aku menulisnya dan mengakhirinya ketika cerita itu perlu di akhiri. Jadi mungkin akan ada part panjang atau pendek di cerita ini.
Sekian basa basinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIES FROM THE SKY [JENLISA] COMPLETE
FanficJennie memiliki Suami yang kaya, tampan dan baik hati. Hampir seluruh populasi manusia di bumi mengirikannya, hidup mereka bahagia seperti di dongeng tapi apa yang terjadi ketika ternyata kehidupan rumah tangganya tidak seperti yang dunia kira? Hidu...