"Jennie, dengarkan aku!" Kai menarik tangan Jennie dengan kasar. "Cabut gugatanmu atas kasus itu, kau tahu itu tidak akan berhasil."
Jennie menyentakkan tangan Kai dengan kasar, matanya membara, merah dan emosional. Dia tidak menyangka Kai akan datang saat dia mengambil semua bajunya dari kamar hotel untuk memindahkannya ke Apartemen Lisa untuk sementar waktu.
"Kenapa? Karena kau terlibat?"
"Bukan hanya aku, tapi-"
"Ayahku? Oh tentu saja aku tidak perduli Kai. Kau tahu kenapa? Karena kalian telah merusak masa depan seseorang dan menghancurkan hati seorang Ibu."
Jennie tidak perduli bagaimana Kai menahannya dengan begitu marah. Dia tidak bisa mencerna apa tujuan Jennie tapi dia berusaha untuk mengatur segalanya agar wanita itu berhenti Atau semua akan kacau.
"Kau tidak akan bisa menang Jen. Ini bukan hanya tentang Ayahmu ataupun aku, tapi ini tentang kekuasaan." Kai masih bersabar, dia memahami keputus asaan Jennie tapi Jennie harus berhenti atau dia akan terluka.
"Kau tahu aku, sekali tidak maka tidak. Oh ya satu lagi...aku akan tetap mengajukan perceraian meskipun dia bukan anakmu." Jennie pergi menarik tas kopernya setelah selesai berdebat dengan Kai.
"Kemana kau akan pergi?" Kai mengikuti langkahnya keluar kamar.
"Bukan urusanmu."
"Kau tinggal bersama Lisa? Dia lagi? Dia selalu jadi pengganggu hubungan kita."
Jennie tidak ingin berdebat setelah perdebatan sebelumnya, tapi mendengar ucapan Kai menuduh Lisa membuatnya memanas, hatinya terasa sakit mungkin bukan karena dia membeci pria itu tapi karena Lisa bukan perusak rumah tangga mereka. Dia tahu, Lisa tidak pernah menempatkan dirinya sebagai orang rendahan hanya untuk mengejarnya. Wanita itu ber kelas dan bermartabat, sekalipun dia pernah emosi karena kencan pertama Jennie dan Kai dia tetap menunggu di luar agar menghormati Jennie.
"Sejujurnya, kaulah perusak hubungan kami Kai." Geram Jennie mendekat dengan mata yang memanas. "Ingat, kau datang ke Inggris untuk menghancurkan hatinya."
Kerutan dahi Kai semakin dalam, mungkin dia mencoba mengingat moment 10 tahun yang lalu. "Dia penuh rahasia yang tidak kau tahu Jen."
"Apapun rahasianya aku tahu itu demi kebaikan, tapi tentangmu?" Jennie mendesah kecewa. "Aku tidak yakin kau memiliki harga diri." Jennie meludah, dia tidak perduli bagaimana amarah Kai menyulut tapi dia berani bertaruh bahwa Kai jauh lebih rendah dari yang dia pikirkan.
Jennie pergi meninggalkan Kai yang terdiam dengan emosi yang dia tahan. Sedangkan Jennie mencibir saat dia masuk ke dalam mobil.
Kristine diam mengamati emosi Jennie yang akhir-akhir ini tidak terkendali. Kadang dia takut bertanya atau sekedar mengajak wanita itu mengobrol. "Kemana kita akan pergi?" Tanya Kristine.
Jennie menghelah napas dengan kasar. Dia kehabisan kesabaran saat menghadapi Kai. "Ke gedung kejaksaan. Aku ingin bertemu dengan wanita itu." Kristine mengangguk dengan ragu, tapi di tersenyum.
Tidak mudah bagi Jennie memutuskan hal ini, berhari-hari dia mempertimbangkannya, dan berhari-hari dia meyakinkan dirinya bahwa ini bukan hal yang mudah, tapi melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita tua itu membuat Jennie meringis. Dia tidak seharusnya menerima hukuman yang bukan untuknya.
Jennie turun dari mobil sedangkan Kristine tetap diam untuk mengamati Jennie berkomunikasi.
"Hai, aku Jennie kim." Katanya dengan lembut, dia menggenggam tangan wanita itu sambil mengelus buku jarinya. "Aku tahu ini sulit untukmu, tapi aku akan mencoba membantu anakmu keluar dari penjara." Wanita itu terkejut, matanya berbinar dan dia menangis. Ada hal yang selama ini tertahan dan tumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIES FROM THE SKY [JENLISA] COMPLETE
FanfictionJennie memiliki Suami yang kaya, tampan dan baik hati. Hampir seluruh populasi manusia di bumi mengirikannya, hidup mereka bahagia seperti di dongeng tapi apa yang terjadi ketika ternyata kehidupan rumah tangganya tidak seperti yang dunia kira? Hidu...