Lisa berlari menuju sebuah rumah yang sederhana, rumah tersebut berada di pedesaan korea yang sejuk. Rumah kecil yang di huni hanya dua mahklum hidup.
Dengan senyuman yang mengembang dia mengetuk pintu yang terbuat dari kayu. "Daraaa, aku datang." Ucapnya sambil melepas sepatunya, Lisa berlari memeluk seekor Anjing kecil. "Kau merindukanku? Ayoo katakan kau merindukanku." Lisa memeluk Anjingnya sambil meremas bulu anjing tersebut.
"Kau datang." Wanita tua datang dari dapur, memeluk Lisa dan mencium pipinya. "Anakku yang malang." Ucap Dara sambil mengejek
"Wee, kenapa aku malang? Aku kaya, cantik dan sukses." Ucap Lisa menggembungkan pipinya.
"Kau kurus dan kesepian."
"Omma~~ Aku tidak kesepian."
"Aku bisa melihatnya Lisa."
"Apakah itu benar?" Lisa berdiri dengan kedua lututnya untuk bertanya pada anjingnya. "Apakah menurutmu Omma benar, Kuma?"
Anjing Lisa mengibaskan ekornya sambil menggonggong. "Kuma bahkan setuju denganku." Kata Dara dengan senyuman yang lebar. "Kau harus memikirkan dirimu, berkencanlah dengan seseorang dan menikah."
"Aku tidak bisa."
"Weee~~ kau wanita yang baik, kau harus memikirkannya mulai sekarang." Dara berbicara dari dapur sambil memasak. "Aku ingin melihatmu memakai gaun pengantin sebelum aku mati."
Lisa berlari ke dapur dan memeluk wanita itu dengan erat. "Jangan katakan itu. Kau akan baik-baik saja, aku janji."
"Baiklah...baiklah. Aku akan menunggu sampai kau menikah."
"Itu sama aja Omma. Aku ingin kau melihatku menikah dengan wanita yang aku cintai, hidup bahagia, memiliki anak dan sampai tua. Aku ingin kau melihat kami."
"Aku percaya jika kau membawa wanita itu ke rumahku. Jika tidak, maka jangan berharap lebih pada umurku yang sudah tua." Wanita itu mengelus pipi Lisa dengan lembut. "Pergilah ke meja, aku akan membawakan ramen ini untukmu."
Lisa duduk dengan tenang, bersilah dan berhadapan dengan dua mangkok ramen, kimchi dan ayam goreng kesukaannya. Matanya yang besar berbinar, bibirnya mengembang dengan antusias. "Aku makaan." Katanya menarik mie dari mangkuknya dan menyeruputnya dengan senang.
"Bagaimana dengan bisnismu?"
"Itu baik. Kemarin aku memenangkan saham luar negeri." Kata Lisa.
"Dan bagaimana dengan Ibumu?" Wanita tua itu melirik Lisa untuk melihat ekspresi Lisa atas pertanyaannya.
"Waaah Ayamnya benar-benar enak. Kau memang yang terbaik Omma."
"Pulanglah ke Thailand, aku yakin mereka merindukanmu."
Lisa menyapu sisa makanan dari bibirnya lalu ia meneguk minumannya. "Aku pernah di usir dari rumah, mereka hanya memberikanku satu perusahaan yang hampir bangkrut. Selama 5 Tahun aku pernah di abaikan bahkan aku tidak pernah di hubungin...sekarang kau ingin melihat diriku di hina lagi oleh mereka? Aku cuman punya Omma dan Kuma, dan itu sudah cukup." Lisa menunduk melihat ramennya yang hampir habis, dia sedikit menyeka air matanya tapi di hadapan wanita tua itu ia kembali tersenyum.
"Sudah aku katakan jangan pernah merusak moment saat makan." Kata Lisa mengambil satu potong ayam.
"Seburuk apapun moment itu, kau bahkan tidak akan meninggalkan makananmu." Dara mencibir Lisa. "Makan yang banyak sebelum kembali ke Seoul."
Dara termenung melihat bagaimana Lisa hidup selama masa sulitnya. Dia juga berpikir bagaimana hati seorang Ibunya yang kehilangan kabar dari Lisa, dia juga seorang Ibu dan dia juga kehilangan kabar anaknya. Dia tahu persis bagaimana hancurnya hati seorang Ibu ketika anaknya pergi.
Meski Lisa bisa hidup lebih baik dan berjuang sendiri tanpa sia-sia, dia yakin Ibu Lisa sangat menyesali perbuatannya.
"Aku melihatnya di berita kemarin."
Lisa duduk dengan tegak, dia bersandar pada dinding kayu yang hangat. "Kau ingin bertemu dengannya?"
"Tidak. Aku tidak ingin dia melihatku dengan tatapan kebencian."
"Omma~ aku yakin dia juga merindukanmu."
"Dia tidak pernah merindukanku Lisa. Dia membenciku sebagai Ibunya."
"Aku janji, aku akan membawanya padamu bagaimanapun caranya." Lisa memeluk dengan erat wanita itu. "Tunggulah sebentar lagi."
.........
Lisa sampai di kantornya dengan wajah berserih dia tersenyum pada Jisoo yang membuat sahabatnya itu tersenyum menjijikkan.
"Bagaimana perkembangan kasus Angle?" Lisa duduk di kursi kerjanya sambil membuka beberapa berkas untuk dia tinjau.
"Jaksa butuh waktu untuk mendalami barang bukti yang hilang." Jisso memberikan tablet pada Lisa untuk menunjukkan sesuatu
"Hilang?"
"Jennie meyakinkan Jaksa bahwa ada satu barang bukti yang hilang dari TKP, dan Jennie juga memberikan bukti berupa foto-foto yang tim mereka ambil dan membandingkannya dengan foto yang pihak kepolisian ambil."
"Artinya, pihak kepolisian dengan sengaja mengambil barang bukti sebelum mereka mengambil foto?" Lisa mengerti arah dari sidang Jennie terakhir kali. Dia mencoba menganalisa foto-foto yang Jisoo berikan. "Pria ini, bukankah dia anak ke-dua dari Tuan Hong woobin?" Lisa menunjuk terdakwa.
"Kenyataannya...dia dan Angle adalah sepasang kekasih."
"Apa?"
"Itu yang membuat Jennie kalah di sidang kemarin."
"Bagaimana bisa ini disebut penculikkan jika mereka sepasang kekasih."
"Jennie dan Tim masih menelusuri kasus ini. Ada banyak kendala dalam mencari data mengingat terdakwa adalah anak dari pejabat tinggi gedung putih."
"Berikan suport apapun yang bisa kita berikan pada mereka. Jika Jennie butuh orang dalam untuk mencari fakta tersembunyi jangan ragu untuk membantunya. Kita butuh kasus ini menang, kita perlu memperluas jaringan kerja sama dengan Jepang."
Jisoo mengangguk paham. "Dan satu lagi." Wanita berambut hitam lurus itu memperlihatkan halaman berikutnya dari tablet. "Jennie menunda percerainnya dengan Kai."
Lisa menarik tabletnya dari tangan Jisoo, wajahnya berubah muram dan alisnya bersatu. "Bagaimana bisa? Apa dia akan kembali pada suaminnya?"
"Rose memberiku informasi bahwa Jennie ingin memberinya kesempatan jika anak yang di kandung wanita itu bukan anak Kai."
"Sial! Dia benar-benar wanita gila. Bagaimana bisa dia memberikan kesempatan pada laki-laki yang dengan sengaja selingkuh darinya bahkan saat mereka masih pacaran."
"Itu pilihannya Lisa. Jika dia ingin memperbaiki rumah tangganya kenapa kau yang menghalanginnya."
"Aku akan mendukungnya jika laki-laki itu bukan Kai!" Geram Lisa memukul meja. "Laki-laki itu tidak pantas untuk Jennie. Ini Kai Jisoo, laki-laki yang menghancurkan rumah tangga orang tua Jennie, laki-laki yang dengan picik menghasut Ayah Jennie agar mengusir istrinya dari rumah...tidak! Tidak akan aku biarkan Jennie hidup bersama Kai. Akan aku katakan semuanya pada wanita itu"
"Lisa..." Jisoo mendekat pada Lisa, mengelus punggung tangan Lisa dengan lembut. "Aku tahu rasa bencimu, tapi biarkan Jennie berpisah dengan Kai atas keinginannya, dan biarkan Jennie tahu sendiri bagaimana jahatnya Kai pada keluarganya, aku tidak ingin Jennie berpikir kau perusak rumah tangganya. Bersikap dewasalah Lisa..."
"Aku berjanji untuk menjaga Jennie dan melindunginnya. Aku tidak ingin gagal lagi setelah pernikahnnya."
"Aku yakin Jennie pasti punya alasan pribadi mengapa dia menunda perceraiannya."
"Berhenti memerintahku Jisoo. Dia harus tahu atau dia akan kembali dengan kai!"
******
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIES FROM THE SKY [JENLISA] COMPLETE
FanfictionJennie memiliki Suami yang kaya, tampan dan baik hati. Hampir seluruh populasi manusia di bumi mengirikannya, hidup mereka bahagia seperti di dongeng tapi apa yang terjadi ketika ternyata kehidupan rumah tangganya tidak seperti yang dunia kira? Hidu...