Sudut pandang orang ketiga.
"Wanita kaya gila itu menempatkan banyak penjaga di sekitar Jennie."
"Sial ! Ini menyulitkan rencana kita."
"Kita harus menunda rencana kita sampai menemukan cela untuk melanjutkannya."
"Aku ingin dia merasakan penderitaan kita,"
"Tapi aku khawatir, dia terlalu berani dengan yang terjadi. Aku pikir Jennie bukan wanita yang bodoh."
"Aku melihat Lisa berbicara dengan didektif kepolisian, meskipun dia tidak melaporkannya secara resmi."
"Lebih berhati-hati, aku tidak ingin rencana kita gagal sebelum waktunya."
.....
Jennie termenung menatap pemandangan luar jendela sambil memegang segelas kopi panas. Dia memejamkan mata lalu berkedik atas apa yang dia rasakan. Perasaan yang tiba-tiba menggelitik di hatinya membuatnya terkadang frustasi, ini prihal tatapan mata Lisa terakhir kali padanya.
Dia yakin jika bukan karena Lisa yang memutus kontak mata dan kedekatan itu dia pasti akan mencium bibir Lisa.
"Apa yang kau pikirkan Jen, sadarlah dan tempatkan dirimu." Katanya sambil mengacak rambutnya dengan frustasi. "Aku butuh udara segar." Jennie pergi ke kamarnya, mengganti baju jogging dan sepatu. Dia bergegas pergi keluar untuk lari pagi berharap dapat melupakan yang kepalanya pikirkan dengan brutal.
Selama hampir satu jam berlari menenangkan dirinya atas perasaan geli yang aneh dia akhirnya terjatuh pada kursi kayu yang menghadap sungai. Mengambil napas dan meneguk berulang kali air botolnya. Jennie menatap langit biru yang begitu cerah, senyumannya tiba-tiba kembali muncul saat kenangan-kenangan tentang 10 tahun yang lalu menghantui memorinya.
Jennie tidak pernah menyangkal apa pun tentang betapa bahagianya dia saat bersama Lisa, dan dia juga tidak pernah menyangkal jika sesekali dia masih merindukan wanita itu.
Tidak ada yang bisa memastikan bagaimana usaha Jennie dalam melupakan Lisa yang pada akhirnya dia memutuskan menikahi laki-laki pilihan ayahnya sendiri. Jennie tidak begitu menyukai Kai saat mereka pertama kali bertemu di Inggris, kai terlalu misterius dengan pikiran-pikiran yang tertutup, dia tidak kasar justru sebaliknya. Suaminya memperlakukannya dengan begitu lembut dan rapuh hingga mungkin Jennie jatuh hati padanya karena itu.
Tapi bersama Lisa... dia begitu terbuka, lepas kendali dan Liar. Dia ingin merasakan hal-hal yang mendebarkan hatinya lagi.
"Kuma? God..." Jennie berteriak saat tiba-tiba Kuma muncul dan menjilat kakinya.
"Dia terus berteriak dan berlari. Ternyata ada dirimu di sini." Lisa muncul dari belakang Jennie dengan senyuman termanis.
Jennie menatap Lisa sambil menggendong Kuma dalam pelukkannya. Matanya melihat bagaimana wanita tinggi itu berdiri di sampingnya dengan penampilan yang begitu...seksi? Oh ya lebih dari kata seksi. Dia menggunakan sport bra yang memperlihatkan perut rata berototnya, celana Nike pendek ketat yang mempertontonkan betapa indahnya kaki jenjang miliknya. Jennie baru tahu jika keringat bisa membuat seseorang begitu seksi, dan pantulan matahari membuat kesan yang indah.
Lisa gugup dengan tatapan Jennie, dia memutar tubuhnya dan mencoba menarik napas lalu dia duduk di samping Jennie. "Kembalikan kesadaranmu Nyonya Kim." Ucapnya sambil melirik Jennie.
Jennie terkesiap. "Ehm- k-Kuma masih bersama mu?"
"Omma belum pulang dari pekerjaan sosialnya."
"Dia memiliki uang, sebagian saham hotelmu juga miliknya. Apa dia harus melakukan kegiatan sosial lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIES FROM THE SKY [JENLISA] COMPLETE
FanfictionJennie memiliki Suami yang kaya, tampan dan baik hati. Hampir seluruh populasi manusia di bumi mengirikannya, hidup mereka bahagia seperti di dongeng tapi apa yang terjadi ketika ternyata kehidupan rumah tangganya tidak seperti yang dunia kira? Hidu...