10. No... please

44 4 0
                                    

Mereka kembali seperti biasa satu pekan setelah pembicaraan itu, setidaknya di mata orang lain. Tapi Seokjin menyadari Eumji membatasi diri dan menghindarinya sebisa mungkin. Dia memang tidak bisa bicara, tapi Eumji selalu punya cara untuk menanggapi ucapan ataupun lelucon Seokjin sebelumnya. Seokjin tidak bisa menyalahkan Eumji atas perubahan atmosfir di antara mereka. Ia yang melakukan kesalahan, ia harus memahami jika Eumji butuh waktu. Walau ia ragu semuanya akan kembali seperti semula, ini semua tidak akan sama lagi.

Di sisi lain Eumji sebenarnya juga tidak ingin bersikap seperti ini di hadapan Seokjin. Dirinya menyadari kejadian malam itu diluar kendali mereka. Seokjin mabuk dan sepertinya mengalami hari yang berat, lalu dirinya datang menjemput tanpa ragu karena dia tahu, dia punya kemampuan bela diri yang baik jika diperlukan. Harusnya ia bisa melawan, untuk apa ia mengikuti kelas bela diri bertahun-tahun kalau pada akhirnya hanya pasrah malam itu. Ia membenci dirinya sendiri karena justru terbawa suasana.

Yang tidak ia sangka adalah, Seokjiin datang ke panti asuhan tempatnya tinggal dan minta maaf secara langsung. Jujur itu membuatnya semakin bersalah dan membenci dirinya sendiri. Apalagi saat menyadari pertanyaan Seokjin kala itu. Ia takut saat menyadari mereka memang tidak menggunakan pengaman, ia juga tidak meminum pil kontrasepsi setelahnya. Maksudnya, ia tidak pernah punya pil itu tapi tentu ia harusnya lebih pandai untuk pergi ke apotik dan mendapatkannya bukan malah menangis seharian di kamar hotel. Ia hanya berharap malam itu bukan masa suburnya. Semoga saja.

"Kalian sedang bertengkar?" tanya Ahnri melihat Seokjin dan Eumji yang diam saja sejak tadi. 

"Tidak, noona." Jawaban itu bersamaan dengan Eumji yang menggeleng.

"Eum, baiklah? Hanya saja beberapa hari terakhir aku merasa kalian sedikit aneh dan canggung?"

Seokjin mencoba tertawa kecil, "Hanya perasaan noona saja. Kami baik-baik saja." ucap Seokjin sambil menatap mata Eumji dari pantulan cermin di depan mereka. Eumji juga menatapnya, mempertanyakan dalam hati, apakah mereka memang baik-baik saja? Akankah?

"Aku tidak tahu apa yang terjadi sehingga kalian menjadi aneh seperti ini setelah pulang dari Amerika. Tapi apapun itu, kalian harus membicarakannya jika ingin masalah selesai. Sama seperti bersama pasangan, rekan kerja juga butuh komunikasi yang baik." nasihat Ahnri yang diangguki keduanya, bagaimanapun juga beliau lebih senior dan punya pengalaman hidup dibanding mereka berdua.

"Baiklah aku sudah selesai, Eumji-ya. Tak apa kan jika aku tinggal?" Eumji ingin menggeleng tapi ia tahu tidak profesional jika dia melakukannya, maka ia mengangguk pada Ahnri. Membiarkan wanita parubaya itu meninggalkan mereka berdua di ruangan ini.

Untung saja tak Lama setelahnya manajer Jin datang, jadi mereka tak perlu canggung lebih lama.

"Yoongi akhirnya menikah?" tanya Seokjin saat menerima undangan pernikahan Yoongi dari manajernya. 

"Ck, bisa-bisanya anak itu menitipkan undangan padamu, hyung. Dia harusnya memberikan ini secara langsung." ucap Seokjin sambil menutup mata karena Eumji harus merias matanya.

"Hm, kau bisa protes kepadanya besok. Kudengar anak-anak akan mengadakan perayaan besok malam. Taehyung bilang tidak sabar untuk menguras dompet Yoongi." Seokjin terkekeh, benar mereka harus melakukannya.

"Kau akan ikut? Aku perlu mengkosongkan jadwalmu setelahnya jika kau ikut. Ugh, aku yakin kalian akan mabuk berat dan tidak bisa bekerja pagi harinya."

Meskipun dirinya sedang tidak berada di kondisi yang baik untuk merayakan sesuatu tapi Seokjin tahu dirinya tidak bisa melewatkan ini. Tidak disaat yang menikah adalah Yoongi, member yang paling dekat dengannya.  Jadi walaupun ia tengah diliputi pemasalahan pribadi, ia harus mengesampingkannya dulu. Ia harus pura-pura 'baik' di depan para member. Lagipula member lain akan curiga jika ia tidak ikut. 

Special LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang