12. Gio Cemburu

246 7 0
                                    

Hari demi hari berlalu, ujian praktek sudah selesai dilaksanakan oleh para murid SMA Bina bakti, setelah ini hanya menyisakan satu langkah lagi saja bagi para murid kelas dua belas untuk melaksanakan ujian kelulusan. Hari ini merupakan hari Sabtu, terakhir kalinya ujian praktek dilaksanakan oleh murid kelas dua belas. Alana sudah sejak tadi menyelesaikan praktek terakhirnya yaitu mata pelajaran PKN, prakteknya berupa drama perkelompok.

Akhir-akhir ini Alana merasakan Gio berubah kepadanya, biasanya Gio yang manja kini menjadi cuek tanpa mau bercerita apa penyebabnya. Alana menunggu Gio seperti biasa di parkiran motor, tepatnya di dekat motor ninja kesayangan Gio. Rasanya tidak enak, Alana seperti menjadi kekasih yang tidak berguna jika Gio tidak menumpahkan keluh kesahnya kepada Alana. Tampak dari kejauhan mulai terlihat sosok Gio berjalan dengan lesu ke arah Alana.

Alana jadi bingung sendiri, apa penyebab Gio seperti malas untuk bertemu dengannya. Alana menghalangi jalan Gio yang hendak mengambil helmnya, Gio mengembuskan napasnya kasar. Setelah kejadian di mana rumahnya dimasukki oleh anak-anak Black Dove, memang membuat Gio kepikiran. Ditambah teror dari Puteri Merah yang semakin sering, Gio pusing kehidupannya dipenuhi masalah.

“Tunggu ay, kamu kenapa? Ga mau cerita sama aku?” tahan Alana.

Gio menggelengkan kepalanya pelan. “Nanti dulu lah, aku capek tahu ga. Semuanya ga harus aku ceritain sama kamu!”

“Tapi aku pacar kamu, ay. Masa kamu ga mau cerita? Berbagi sama aku kalo ada masalah, jangan pendem sendiri, aku tahu rasanya pendem masalah sendirian ay, emang ga enak.” Alana mengusap rambut Gio lembut dan menatapnya.

“Kamu nyuruh aku buat selalu berbagi beban sama aku emangnya kamu udah kayak gitu sama aku? Belum tentu juga ‘kan? Udah lah Na, aku cape abis ujian praktek mau balik,” ungkap Gio.

Perkataan Gio membuat Alana mematung di tempatnya, Gio mengambil helmnya kemudian memakainya. Dia pulang meninggalkan Alana dan tidak memberikan penjelasan apapun kepada Alana. Sementara itu, di parkiran Alana menangis sendirian. Teman-teman Alana datang dan kaget saat melihat teman mereka yang biasanya ceria kini menangis. Kalista merentangkan kedua tangannya lalu membawa Alana ke dalam dekapannya.

Tangis Alana tumpah dalam dekapan Kalista, seolah tahu apa yang Alana rasakan kini cairan bening turut mengalir membasahi kedua pipi mulus Kalista. Meskipun dia tidak tahu apa penyebab Alana menangis tapi rasa sedih itu tetap dia rasakan. Setelah dirasa puas menangis, Alana melepaskan pelukannya dari tubuh Kalista. Air matanya dia hapus cepat, Alana harus memastikan apa penyebab perubahan sikap Gio kepadanya.

“Lo kenapa, Lan? Tadi kata lo mau pulang sama Gio, ke mana Gionya?” tanya Kalista.

“Gio pulang duluan jadinya, katanya ada keperluan jadi ga bisa pulang bareng gue,” jawab Alana.

Rachel menatap Alana penuh selidik. “Ini beneran ‘kan? Bukan lo lagi bohong sama kita?”

“Engga, buat apa gue bohong? Gio baik ga mungkin dia buat gue nangis,” bohong Alana.

“Kalo gitu kita pulang ke rumah gue aja gimana? Sekalian latihan buat dance,” ajak Rena.

Alana menggelengkan kepalanya pelan, “Sorry, gimana kalo besok aja latihannya? Gue mau istirahat dulu hari ini cape banget,” pintanya.

Biasanya Alana yang paling semangat berlatih dance, teman-temannya sebenarnya heran namun mereka mau tak mau harus mengiyakan permintaan Alana. Sebab tanpa Alana mereka tidak akan bisa berlatih, Alana leader dalam grup dance Cheers, dia yang paling berpengaruh dalam grup tersebut. Alana tersenyum lega setelah permintaannya disetujui oleh teman-temannya, masalahnya dengan Gio harus deselesaikan terlebih dahulu.

“Bener ya besok? Jangan diundur lagi, ga sabar banget gue pengen ikut event,” ungkap Jihan.

“Tenang aja, besok pasti jadi jam sepuluh pagi kumpul di rumah Rena. Kalo gitu gue balik duluan ya, bye!” Lalu, Alana berlari kecil menuju gerbang sekolah untuk menunggu bis yang lewat.

JJJ

“Ada apa? Hujan gini ga rugi dateng ke rumah aku?” tanya Gio.

“Ga ada kata rugi, aku mau kamu jujur sama aku. Please Gi, cerita ada apa? Aku ga bisa tenang.” Alana menatap Gio dengan tatapan memelas.

Hanya untuk Gio saja, Alana rela kehujanan datang ke rumah Gio. Karena Alana tahu sikap Gio tiba-tiba saja berubah kepadanya, Gio yang biasanya paling posesif sekarang cuek, tidak mungkin jika Gio berubah tanpa sebab. Alana mengajak Gio untuk duduk di halaman rumah Gio, sembari menikmati teh hangat buatan Alana. Pikiran Gio yang semula kacau berangsur-angsur tenang, ternyata memang hanya Alana yang dapat menenangkannya.

Bukan tidak mau jujur, tapi Gio takut jika dia mengatakan apa yang mengganjal di hatinya maka Alana akan merasa risih. Gio sadar jika cemburu yang dirasanya itu tidak jelas, cuma karena membayangkan Alana bersama orang lain saja, padahal Alana tidak melakukan itu sama sekali. Gio tidak bisa mengendalikan pikirannya, justru pikirannya yang malah mengendalikan dirinya sampai Gio berubah menjadi cuek kepada Alana.

Alana merubah posisi duduknya menjadi menghadap Gio, sementara Gio masih duduk menghadap ke halaman rumahnya sembari memejamkan kedua mata. Aroma khas air hujan menyeruak di hidung Alana dan Gio. Hujan sudah mulai berhenti, hanya geimis kecil saja. Gio membuka kedua mataya perlahan, lalu menoleh sekilas dan menatap tepat pada kedua manik mata Alana yang teduh.

“Cerita ya?” bujuk Alana.

“Aku cemburu karena aku pikir kamu ga kirim pap sama sharelock itu karena kamu lagi sama cowok lain, bener ga tebakan aku?” jelas Gio.

Alana terkekeh pelan mendengar jawaban Gio. “Gi, kamu ini apalah. Jangan mikir aku kayak gitu, aku ga akan berani kayak gitu kok, percaya sama aku sekalipun nanti ada yang lebih baik dari kamu, tapi cuma kamu yang aku mau, dia ga bisa berbuat apa-apa.”

“Tapi kan kalo aku banyak banget kurangnya, kamu ga akan betah pasti. Aku cemburuan, overthinking juga. Buktinya mantan-mantan aku ga betah sama aku,” papar Gio.

“Udah aku bilang, aku ga sama kayak mantan kamu. Aku ya aku, ga semua cewe kayak gitu ay, udah ya ga boleh cuek lagi. Janji sama aku? Tahu ga? Tadi pas kamu ninggalin aku, aku nangis di situ sampai teman-temen nanyain tapi aku bilang nangis bukan karena kamu, aku yakin kalo kamu ga bermaksud kan kaya tadi?” Alana menggapai jemari Gio, lalu meletakkan di pipinya.

Jantung Gio berdebar kencang, dia tidak dapat berbuat apa-apa. Tubuhnya mendadak terasa kaku seperti telah masuk ke dalam semen. Gio memegang dada kirinya, Alana membuatnya salah tingkah seperti ini. Gio melepaskan tangannya dari pipi Alana lalu kembali memegang dadanya. Sikap Gio membuat Alana khawatir, Alana memperhatikan di mana letak tangan Gio, ternyata di dada. Alana semakin panik, takut jantung kekasihnya kenapa-kenapa.

“Kamu kenapa ay?” tanya Alana khawatir.

“Jantung aku … jangan pegang-pegang, aku ga bisa kalo digituin!” Gio sedikit menjauh dari Alana.

Alana mengembuskan napasnya lega kemudian tertawa terbahak-bahak, kekhawatirannya salah. Ternyata Gio salah tingkah, Alana mencubit pipi Gio dengan gemas. Dia beruntung menjadi kekasih Gio, jika waktu itu Alana tidak menerima cinta Gio mungkin saja saat ini Gio bukan miliknya, tak bisa dibohongi banyak perempuan yang menyukai ketampanan Gio, menurut Alana mereka cantik, berbeda dengan dirinya yang biasa saja.

“Gemes banget ih bayinya siapa ini?” tanya Alana. “Bayi aku dong, bayi aku doang yaa cinta?” sambungnya.

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang