28. Terkuak

80 1 0
                                    

Anak-anak Ravedos sudah pulang memantau markas Black Dove, ketika mereka datang tadi suasana di markas sepi sehingga mempermudah proses mereka mencari bukti bahwa memang anak-anak Black Dove merupakan pelaku fitnah Gio. Ada sebuah benda yang mungkin bisa mereka berikan kepada polisi sebagai bukti, yaitu begitu banyak dus berisi benda berupa serbuk seperti yang ditaruh di markas Ravedos beberapa saat lalu.

Mikael bersama teman-temannya membawa barang tersebut ke kantor polisi sebagai bukti akurat bahwa Gio bukanlah pemakai benda haram, sebelum membawa benda dalam jumlah cukup banyak itu mereka mengambil foto terlebih dahulu di markas Black Dove agar bukti lebih kuat. Polisi mengatakan akan segera memproses masalah tersebut lebih lanjut, peluang Gio dibebaskan lebih besar.

Oleh karena itu niatnya Mikael hendak meminta kepada Alana agar Angel tidak memanggil pengacara untuk membebaskan Gio, mereka masih bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan pengacara. Tapi ketika mereka tiba di rumah sakit, Alana sudah menghilang dari sana. Ponsel Alana pun tidak aktif membuat perasaan curiga seketika mereka rasakan, tak mungkin Alana dengan teganya meninggalkan Ergo dalam kondisi belum sadar seperti itu.

“Kok Alana tega bener ya ninggalin om Ergo?” Vino berkacak pinggang. “Katanya dia sayang sama Gio, otomatis harusnya sayang sama om Ergo juga dong?” komentarnya.

“Diem dan Vin, lo kalo ga tahu apa-apa jangan asal nuduh. Bisa aja Alana balik terus lupa ngabarin kita ‘kan?” tegur Mikael.

Vino terkekeh pelan, Mikael malah membela Alana. “Ya lo aja pikir? Dia ga bisa megang janjinya buat jagain om Ergo! Berarti dia emang ga tulus sama Gio!”

“Udah jangan berantem bisa ga si? Mending kita ke kantor polisi aja atau mau gue aja yang ke sana kayak biasa?” lerai Prince.

Moren mendorong-dorong Prince supaya lelaki itu segera meninggalkan rumah sakit, “Lo aja, sono-sono ya jangan buat ruangan ini makin kurang oksigen,” usirnya. “Oh iya kalo ke markas jangan lupa sekalian bawa cireng ya, gue nitip lima ribu aja,” pesannya.

Telah tiba Prince di kantor polisi, Gio dibawa keluar dari dalam sel tahanan oleh salah satu polisi tapi anehnya polisi mengatakan bahwa ada orang yang sudah membebaskan Gio. Semuanya di luar dugaan Prince, awalnya Gio tersenyum setelah dibebaskan polisi. Senyumnya tiba-tiba menghilang karena gadis yang dia harapkan tidak datang menemuinya, Alana. Ternyata harapan Gio terlalu tinggi, Alana tidak peduli padanya.

“Wah siapa ya yang udah bebasin lo? Gue seneng banget asli, pasti Alana juga seneng si,” ungkap Prince.

“Seneng? Ga mungkin, dia aja jenguk gue cuma pagi doang,” kata Gio. “Gue mau ke rumah sakit aja, nemenin bokap gue,” lanjutnya.

Prince merangkul Gio. “Jangan mikir yang macem-macem, Alana pasti seneng. Mungkin aja dia sibuk makanya ga sempet jenguk lo siang? Atau dia emang mau jenguk lo malem? Ga harus dijengukin tiga kali sehari Gi, kayak makan obat aja.”

Mudah sekali Gio termakan pikiran buruknya sendiri, padahal sudah jelas oleh mata kepalanya sendiri Alana rela kembali menjalin hubungan dengannya supaya bisa mendukung, dan menyemangati dirinya. Tapi perlakukan Alana kepadanya seketika dia lupakan, terkadang memang pikiran kita sendiri yang membuat sebuah hubungan hancur. Akibat pikiran buruk itu, kepercayaan kepada pasangan berkurang.

Pikiran Gio saat ini tak dapat dikendalikan, dia memikirkan Ayahnya, dia juga memikirkan gadisnya, keduanya sama-sama penting bagi Gio. Beruntung Gio mempunyai teman seperti Prince, lelaki itu bisa membantu Gio untuk mengendalikan pikirannya. Keduanya berangkat menuju rumah sakit tempat di mana Ergo menjalani perawatan sekarang ini, pasti teman-temannya akan merasa sangat bergembira jika tahu Gio telah bebas.

Satu harapan Gio, semoga orang baik yang sudah membebaskannya hidup bahagia.

***

“Nak.” Ergo mengusap kepala Gio dengan tangannya yang bergetar.

Baru saja sadar, Ergo sudah dibuat kaget akan kehadiran Gio di rumah sakit. Seingatnya teman-teman Gio kemarin mengatakan bahwa anak lelaki satu-satunya masuk penjara, Ergo tak bisa menahan tangisannya. Merasa kepalanya dipegang oleh seseorang, Gio pun terbangun dari tidurnya. Hal yang pertama kali terjadi adalah bagaimana ekspreasi Gio cengo, menyaksikan Ergo masih bisa membuka mata, dan berinteraksi dengannya.

Gio memeluk tubuh Sang Ayah erat, Gio berjanji pada dirinya sendiri akan lebih menjaga dirinya supaya kejadian serupa tidak terjadi lagi. Tuhan masih memberikan kesempatan kepadanya untuk berubah menjadi anak yang berbakti kepada orangtua, Ergo juga diberikan kesempatan agar dapat mengubah sikapnya sebagai orangtua yang lebih mengerti dengan keadaan anaknya, Gio menangis bahagia. Setidaknya jika Alana memang kembali meninggalkannya, masih ada Ergo di sisinya.

Dokter dipanggil oleh Gio untuk memeriksa kondisi Ergo, kondisi pria itu memang berangsur-angsur sudah mulai membaik hanya saja memerlukan istirahat yang banyak, serta harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas jika sudah di luar rumah sakit nanti. Tapi Gio tak mempermasahkan hal itu, sebagai seorang anak dia akan tetap menjaga Ergo, dia juga yang akan menggantikan Ergo untuk memenuhi kebutuhan hidup nanti.

“Selamat pagi, Gio? Akhirnya kamu udah bebas, aku mau ngobrol sama kamu sebentar aja boleh?” sapa seorang gadis.

Dia adalah Kejora, yang Gio harapkan Alana tapi mengapa yang datang malah Kejora? Menghancurkan moodnya saja.

“Gue jaga bo—“ ucapan Gio terpotong sebab Ergo dengan cepat berucap.

“Gapapa, kamu ngobrol dulu aja sama temen kamu nak. Papa tunggu di sini,” perintah Ergo.

Terpaksa Gio menerima ajakan Kejora untuk mengobrol bersamanya, mereka tidak keluar dari lingkungan rumah sakit, hanya saja tempat yang Kejora pilih cukup jauh dari ruang rawat Ergo. Bukan ada maksud jahat, melainkan supaya apa yang dikatakannya nanti tidak terdengar Ergo, Kejora tak mau membuat kesehatan Ergo semakin memburuk. Gio terdiam mempersilakan Kejora untuk mulai mengatakan semuanya.

Gio menatap Kejora tajam. “Cepet ngomong jangan diem aja!”

“I-iya ini aku bilang, tapi sebelumnya kamu jangan marah ya? Aku janji setelah ini mau berubah,” mohon Kejora.

Hanya anggukan kepala saja yang Gio berikan sebagai jawaban, itu pun tak sepenuhnya akan dia lakukan.

“Maaf, jadi a-aku udah buat Alana jatuh ke jurang. T-tapi aku janji mau bantu cari Alana sampe ketemu, aku jamin kondisi dia juga baik-baik aja,” kata Kejora dengan jujur. “Satu lagi, sebenernya yang udah buat kamu masuk penjara itu Axel, atas ide aku. Tapi ternyata itu semua cuma buat aku takut, aku jahat banget,” tuturnya.

“Bagus, terus lo masih berani minta gue supaya ga marah? Gue akan terus marah sebelum Alana balik sama gue dalam kondisi baik-baik aja! Pantes Alana ga ada chat gue, ternyata dia lagi ga baik-baik aja! Jahat lo, Ra!” bentak Gio.

Amarah Gio benar-benar pecah, semalaman dia memikirkan Alana yang tidak-tidak, seperti contohnya Alana tidak menemui dirinya, dan tidak membalas pesannya karena sedang bersama lelaki lain, ternyata pikirannya salah besar. Gio meninggalkan Kejora sendirian, tidak peduli bagaimana jadinya Kejora. Sekarang dia harus segera memberitahu kabar hilangnya Alana kepada Angel, pasti Angel tengah mengkhawatirkan Alana.














Tbc
 

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang