8. Gio Menggemaskan

194 8 0
                                    

Masih dalam suasana berduka, sehingga Alana tidak bisa berlama-lama di rumah Gio. Sekarang Gio kembali sendirian, dia memutuskan untuk mandi agar tubuhnya terasa lebih segar, rencananya dia akan pergi ke markas Ravedos yang sudah terbakar untuk mencari bukti yang bisa dia gunakkan, untuk mencari tahu siapa pelaku yang sudah membakar markas. Gio sudah selesai mandi, benar-benar hening suasana di rumahnya.

Pikiran Gio melayang ke mana-mana, memikirkan Alana bersama lelaki lain. Walau sebenarnya dia percaya seratus persen kepada Alana tapi tetap saja trust issue yang dia punya membuat dirinya sulit mengendalikan pikirannya untuk berpikir jernih. Sampai ketika dia mengendarai motor tidak bisa fokus sama sekali dan hampir bertabrakan dengan mobil, masih baik pengendara mobil baik dan memahami kondisi Gio.

Gio duduk di pinggiran jalan, menatap ke sekelilingny. Cuaca tidak panas, tidak mendung juga. Gio memejamkan kedua matanya menikmati angin yang mengenai wajahnya. Samar-samar Gio mendengar suara Alana, kedua matanya perlahan terbuka. Bola matanya mencari keberadaan Alana, dan benar saja dia menangkap keberadaan Alana bersama lelaki lain tengah membeli sebuah rujak di pinggir jalan.

“Oh jadi kamu bilang pulang tadi mau berduaan sama dia? Bagus kamu selingkuh, belum lama juga kita pacaran,” tuduh Gio.

“Ay, jangan gini. Dia sepupu aku beneran,” jelas Alana.

Gio mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. “Halah bohong, udah sana lanjut berduaan. Aku mau balik aja, jangan anggap aku pacar kamu lagi.”

Siakp Gio memang aneh, pikirannya yang kacau ditambah semakin kacau melihat Alana bersama lelaki lain, padahal dia sendiri belum tahu bagaimana kejelasannya. Alana mengajak sepupunya, Skala untuk mengejar Gio yang mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dengan kelihaiannya Skala akhirnya dapat mencegat motor Gio, napas Gio terengah-engah. Dia hampir saja melayangkan satu pukulan di pipi Alana jika tidak dengan cepat ditahan oleh Alana.

“Jangan ay, denger penjelasan aku dulu ya? Kamu boleh cemburu tapi jangan gini, dia itu sepupu aku beneran deh ay,” papar Alana dengan sangat sabar.

Skala melipat kedua tangannya di depan dada, “Denger tuh, makanya jadi cowok jangan cemburuan. Udah putusin aja lah, Lan. Lo lebih pantes dapet cowok yang pengertian, kalo kayak gini mah lo bisa tertekan,” sindirnya.

“Skala! Diem! Pulang saja, gue nanti pulang sama Gio!” usir Alana.

“Bandel, ya udah gue balik.” Skala meninggalkan Alana dan Gio yang masih berdiri berdua di tepi jalan.

Alana membawa Gio ke trotoar agar lelaki itu jauh lebih tenang, Alana juga membelikan sebotol air mineral untuk Gio. Keringat Gio mengalir sampai ke lehernya, melihat itu Alana tersenyum tipis kemudian menghapus keringat kekasihnya menggunakan sapu tangan miliknya. Gio memejamkan matanya sebentar, lalu kepalanya tertunduk. Gio bingung pada dirinya sendiri yang tidak bisa menahan rasa cemburunya.

“Mulai besok, kamu tiap satu jam sekali harus kasih aku pap sama sharelock!” tekan Gio.

Alana mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. “Ga bisa gitu dong, Gio. Berarti kepercayaan kamu ke aku ga ada sama sekali.”

“Wajar aku gini, supaya kamu ga diambil orang,” jawab Gio enteng.

“Nyebelin! Tapi untung cowo aku!” ucap Alana kesal.

Gio mengembuskan napasnya kasar, “Ya udah aku anter kamu pulang dulu ya? Abis itu aku mau nyari tahu sama temen-temen siapa yang udah bakar markas,” jelasnya.

“Tapi hati-hati ya ay?” Alana menatap Gio lamat.

“Siap cantikku, maaf ya tadi aku udah cemburu gitu sama kamu. Abisnya si kamu bilang tadi mau pulang ternyata jalan sama sepupu kamu, siapa yang ga cemburu coba,” ungkap Gio.

Alana mengacak rambut Gio dengan gemas. “Ih lucu banget si cemburunya, i love you.”

JJJ

“Tadi gue udah ke lokasi tempat kebakaran itu, tapi ga nemuin apapun.” Gio duduk di samping Vino.

Markas Ravedos yang terbakar dua hari lalu masih diberi garis polisi, tapi di sana tidak ada jejak orang yang membakar markas. Gio semakin penasaran, hidupnya semakin banyak yang meneror. Gio curiga jika puteri merah dan orang yang melakukan pembakaran markas itu masih orang yang sama. Sekarang Gio berada di kediaman Vano bersama teman-temannya, di sana ada Kay yang baru saja menyediakan minuman untuk mereka.

Kabarnya Kay kini sudah mengandung anak Vano, kabar bahagia yang harus Gio sampaikan kepada Alana nanti. Sebab dia tahu Alana sudah menganggap Kay seperti kakaknya sendiri, mereka tidak terpisahkan. Vano sudah mulai bisa menerima setelah dua hari lalu markasnya terbakar itu, walau sebenarnya masih ada rasa sedih tapi dia berpikir lebih baik menerima semuanya daripada pertemanannya dengan Gio hancur.

Pembahasan mereka sejak tadi hanya seputar Ravedos saja, memikirkan bagaimana cara agar Ravedos bisa berdamai dengan geng motor yang dulu menjadi musuh bebuyutannya. Memang hidup tidak akan tenang jika banyak musuh. Gio berusaha memikirkan bagaimana caranya, sebagai seorang ketua dia harus lebih bertanggungjawab. Gio mengembuskan napasnya kasar, dia akan mendatangi markas Black Dove malam ini juga.

“Van, biar nanti gue dateng ke markas Black Dove buat berdamai,” ucap Gio.

Vano menggelengkan kepalanya cepat. “Jangan! Lo kalo sendirian nanti bisa tepar, lo udah tahu sendiri kalo mereka emosian.”

“Biar gue sendiri, udah tenang aja. Gue bisa jamin setelah ini Black Dove sama Ravedos berdamai,” kekeh Gio.

“Batu lo, heran dah. Ya udah kalo lo tepar gara-gara mereka jangan salahin kita ya,” omel Vino.

Gio mengangkat kedua jempolnya, “Ga akan bilang, nanti Alana yang rawat gue kalo gue tepar,” jawabnya dengan santai. “Kalo gitu gue balik dulu ya, mau beliin sesuatu buat cewe gue,” sambungnya.

“Yakin nih, Gi? Ga mau makan dulu?” tawar Kay.

“Engga Kay, nanti aja gue makan sendiri. Gue pamit ya,” pamit Gio.

Tepat di sebuah toko boneka Gio memberhentikan motornya, dia membeli sebuah boneka beruang berwarna biru untuk Alana. Boneka tersebut berukuran cukup besar, agar Alana tidak bersedih lagi. Gio menaruh boneka yang dibelinya di belakang, dengan mengikatnya pada punggung. Banyak orang yang menatap Gio dengan gemas di jalan terutama kaum hawa, bahkan ada beberapa yang mengabadikan Gio, sehingga tanpa diketahui Gio viral di sosial media.

Sampai di rumah Alana, Gio tidak memanggil gadisnya untuk keluar. Dia melempar boneka yang dibelinya ke halaman rumah Alana, membiarkan sampai Alana sendiri yang melihatnya nanti. Gio segera pulang dan menancapkan gas sepeda motornya untuk segera berangkat ke markas Black Dove sebelum anggota Black Dove meninggalkan markas. Gio ingin hidupnya tenang, agar Alana ikut tenang bersamanya.

Alana mendengar ada suara lemparan benda di halaman rumahnya, padahal dia sedang menemani Angel makan. Pikirannya tertuju kepada Si Puteri Merah, yang belakangan ini selalu menerornya, membuat Alana selalu was-was.

“Mi, bentar ya aku mau lihat dulu di depan ada apa,” ijin Alana.

Angel mengangguk pelan, “Hati-hati ya sayang? Kalo ada apa-apa panggil mami,” pesannya.

“Siap mamiku!” jawab Alana patuh.

Ketika Alana melihat benda apa yang ada di halaman rumahnya, serta melihat gulungan kertas yang diselipkan di boneka tersebut, senyuman mengembang di wajahnya. Bahkan Alana tidak bisa berpindah dari tempatnya saat ini, Alana bahagia.

Dari : Gio

Maaf ya by aku lempar bonekanya, soalnya aku tegang banget mau kasih ini ke kamu

Setelah tadi siang aku salah paham waktu liat kamu sama sepupu kamu

Aku minta maaf ya, dimaafin ga?

Kalo dimaafin besok jawab ya di sekolah

Jangan lupa pap pagi-pagi sama sharelock

I love you

“Ih gemes banget sumpah, i love you too more ay!” Alana memeluk boneka pemberian Gio dengan erat di ambang pintu.













#fiksiremaja
 

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang