13. Bayinya Alana

209 5 0
                                    

“Cepet ngomong, gue ga ada waktu udah malem,” paksa Gio.

Diam-diam Gio bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya berubah di mata Alana, gadis yang sebentar lagi akan menjadi saudara tiri Alana. Dia adalah Kejora, gadis yang beberapa waktu lalu pernah dijodohkan dengan Vano, namun dia dengan bodohnya menolak [erjodohan itu dengan alasan telah mempunyai kekasih yaitu Mahesa, padahal tidak sama sekali. Itu karena Kejora menyukai Gio, menurutnya Gio lebih menarik daripada Vano.

Mereka berdua bertemu di sebuah taman kota, di bawah pohon rindang tempatnya mereka bercakap-cakap. Kejora sesekali bergelayut di lengan kiri Gio, menyandarkan kepalanya pada pundak Gio menikmati suasana malam ini dengan Gio. Kejora sudah tahu bahwa Alana yang akan menjadi saudara tirinya, oleh sebab itu melalui Gio, dia akan melampiaskan semua kekesalannya terhadap Alana, agar Alana tahu bagaimana rasanya lelaki yang dia sayang menjadi milik orang lain.

Sudah cukup bagi Kejora menahan semua rasa sakitnya sendiri, melihat bagaimana Alana dan Gio bermesraan. Sikap kecentilan Kejora membuat Gio merasa risih, Gio sulit keluar dari perangkap Kejora sebab dia tidak mau Alana yang sampai terluka, lebih baik dia mengorbankan sebentar saja hubungannya dengan gadisnya, hingga sampai waktunya tiba bagi Gio untuk memberontak dan mengatakan semuanya kepada Alana dengan jujur.

“Pacaran aja yuk? Ga enak tahu kayak gini terus,” ajak Kejora.

Gio memutar kedua bola matanya malas. “Berisik dah lo, masih untung gue mau jalin hubungan tanpa status gini sama lo. Gue ga pernah mau ya jadi pacar lo, cuma Alana doang pacar gue, paham lo?”

“Oh kamu mau ya aku berbuat sesuatu sama Alana? Oke sih kalo gitu.” Kejora bangkit berdiri kemudian berlari meninggalkan Gio.

Tentu saja Gio tidak mau Kejora melakukan apa yang dikatakannya tadi, Gio berusaha mengejar Kejora tapi gadis itu mendadak hilang dari pandangannya. Gio celingak-celinguk mencari di mana  keberadaan Kejora tapi tak kunjung menemukannya. Sampai akhirnya pandangan Gio berhenti tepat ke tengah jalan, sosok Kejora ternyata berdiri di tengah jalan. Kejora seperti orang gila, tidak peduli dengan bunyi klackson yang ada.

Banyak orang yang berteriak histeris mengkhawatirkan ada kendaraan yang akan menabrak tubuh Kejora, sudah ada pula yang berusaha membawa Kejora ke tepi jalan namun gadis itu menolaknya dengan keras. Dia hanya mau dibujuk oleh Gio, itu saja. Terpaksa Gio memenuhi permintaan Kejora, dia membawa Kejora ke tepi jalan dan kembali duduk bersama. Aneh, padahal dulu Kejora dikenal baik.

“Apa alasan lo berubah kayak gini? Lo temennya Kay ‘kan? Kenapa sama Kay lo baik, sedangkan sama Alana lo jahat banget?” Gio menatap Kejora datar.

“Karena gue ga suka, bokapnya dia bakal menikah sama nyokap gue,” jawab Kejora. “Gue takut nantinya nyokap gue bakal lebih sayang sama dia, gue ga mau. Sedangkan bokap gue ga tahu sekarang di mana, abang gue di penjara, gue sendirian Gi …” lanjutnya.

“Tapi ga harus kayak gini juga, Ra. Lo masih punya banyak temen,” tegur Gio.

Kejora mengembuskan napasnya kasar dan memejamkan kedua matanya, “Ga peduli apa kata lo, intinya gue cuma mau lo, boleh ya? Gue udah suka sama lo dari lama Gio,” ungkapnya.

“Ga tahu dah, gue males sama lo. Gue balik duluan, awas jangan sampai Alana terluka. Kalo sampai lo lakuin itu, nyawa lo juga melayang,” ancam Gio.

***

Sesuai janji dengan teman-temannya kemarin, hari ini Alana berlatih dance di rumah Jihan, mereka tidak jadi berlatih di rumah Rena sebab gadis itu mengatakan di rumahnya sedang ada acara keluarga, maka dari itu Rena juga tidak ikut berlatih dance. Sebelum berangkat, Alana lupa memberi kabar kepada Gio bahwa dia hendak berlatih dance di rumah Jihan pukul sembilan pagi, itu karena Alana sangat terburu-buru.

Tiba di kediaman Jihan, mereka langsung berlatih dengan serius agar latihan bisa cepat selesai dilakukan. Tubuh mereka tergerak dengan lihai seiring dengan musik yang diputar, masih sedikit kaku ketika mereka menari, itu karena mereka tidak terbiasa menari. Empat menit berlalu, lagu sudah berhenti berputar. Mereka masih belum benar-benar mantap menarikan lagu yang akan dibuat cover dance di youtube nanti, masih memerlukan latihan lebih sering lagi.

Latihan berhenti sejenak, mereka mengistirahatkan tubuh mereka terlebih dahulu dan merenggangkan otot-ototnya. Ketika baru saja membuka ponselnya, Alana mendapat begitu banyak pesan dari Gio yang menanyakan keberadaannya. Alana menepuk keningnya pelan, baru saja dia hendak membalas pesan Gio, sambungan telepon dari Gio muncul di layar ponselnya. Terdengar suara berat Gio dari seberang sana, membuat Alana salah tingkah.

“H-halo? Pagi ay, baru bangun ya?” sapa Alana, sedikit gugup.

“Kamu di mana, Na?” tanya Gio to the point.

“Di rumah Jihan ay, maaf ya lupa ngabarin aku, sama kirim pap juga lupa banget sumpah,” ungkap Alana.

“Sharelock, aku mau ke sana!” perintah Gio.

“Loh t-tapi—“ Alana kaget ketika Gio mematikan sambungan teleponnya sepihak.

Ada-ada saja tingkah Gio, bisa sampai posesif akut seperti tadi, Alana langsung saja mengirim sharelock kepada Gio sebab dia tidak mau mengambil pusing. Alana bersama teman-temannya kembali berlatih dance dengan sungguh-sungguh. Meskipun keringat sudah bercucuran namun mereka tidak kenal lelah. Hingga akhirnya latihan terhenti saat kedengaran suara motor ninja Gio berhenti di halaman rumah Jihan.

“Haduh anak bucin anak bucin, udah berasa dunia milik berdua yang lain numpang doang,” ejek Kalista.

Alana mengulum senyumnya. “Ih lo juga kalo punya pacar pasti bucin, malah kayanya melebihi bucin gue.”

By? Gimana udah selesai latihannya? Aku takut kamu kenapa-kenapa makanya nyusul ke sini, gapapa ‘kan?” tanya Gio.

“Kata Alana mah gapapa, tapi emang lo udah mandi? Gercep amat dah.” Bukan Alana yang menjawab, melainkan Rachel.

“Apa sih lo? Nyambung aja,” komentar Gio.

Gio jika sudah bucin pada satu wanita, maka akan merasa risih jika ada wanita lain yang mendekatinya. Seperti sekarang ini, walaupun yang mengejeknya adalah salah satu dari teman Alana, tapi tetap saja kelihatannya dia merasa risih. Raut wajah Gio tidak enak, dia ingin segera membawa Alana pulang dan berduaan bersamanya. Setelah pertemuan dengan Kejora kemarin malam, Gio benar-benar takut Alana terluka.

“Sebentar ya ay, aku mau ganti baju dulu gapapa?” ijin Alana.

Gio menatap Alana dengan tatapan manja, “Jangan lama ya by?” pintanya dengan wajah seperti bayi yang manja.

“Ampun dah gemes amat cowo orang! Iyaa tuh Alananya cuma ganti baju bentaran doang kenapa si? Heran dah kayak bayi beneran aja, padahal kalo di luar mah sangar,” komentar Jihan.

“Jangan banyak komen, diem dah,” ucap Gio ketus.

Alana menggelengkan kepalanya pelan sembari tertawa. “Udah-udah jangan berantem, tunggu ya ay bentar aja.”

Sikap Gio yang seperti bayi membuat teman-teman Alana turut merasakan gemas, namun karena mereka juga sadar bahwa Gio adalah milik Alana, maka mereka menjaga ucapan di depan Alana agar Alana tidak cemburu. Mereka saling menjaga perasaan antara satu sama lain agar tidak ada yang tersakiti dalam hubungan persahabatan mereka. Persahabatan yang dibina selama tiga tahun, harus terjalin hingga tua nanti.













Tbc

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang