39. Night Ride

62 1 0
                                    

“Kejora! Awas!” pekik Mentari.

Acara pernikahan Mentari, dan Andreas malam ini berubah menjadi tegang, para tamu yang menghadiri undangan tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat Mentari yang jatuh terkapar tertimpa sebuah lampu hias berukuran cukup besar untuk menyelamatkan nyawa Sang Anak. Di dahinya mengalir darah cukup banyak, Kejora masih shock tubuhnya gemetar hebat tidak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi.

Ambulans sudah datang, salah satu kerabat Mentari gerak cepat menghubungi ambulans untuk melakukan pertolongan secepat mungkin. Angel menghampiri Kejora gadis itu masih belum bisa bangkit dari tempat duduknya sekarang ini, segelas air putih Angel bawakan untuk Kejora. Apa yang terjadi barusan dapat dikatakan karma untuk Mentari, tadi pagi Mentari yang meminta supaya lampu hias itu dipasang longgar, sebab pikirnya Alana pasti datang ke acara pernikahannya.

Namun rencananya justru menimpa dirinya sendiri, dan hampir saja tadi menimpa anak gadis satu-satunya jika dia tidak dengan cepat berlari dari atas panggung. Malam yang seharusnya menjadi malam bahagia bagi Andreas berubah menjadi malam menyedihkan, Andreas belum tahu semua rencana yang Mentari tujukan bagi Alana. Seandainya dia tahu, mungkin dia tak mau melanjutkan pernikahannya dengan Mentari.

“Kejora, tenang ya mami kamu pasti ga kenapa-kenapa, percaya sama tante.” Angel mengusap punggung Kejora, menyalurkan ketenangan.

Kejora memejamkan matanya. “T-tan, kejadian tadi cuma mimpi ‘kan? Mami masih senyum di panggung? Ini aku di dalem mimpi aja ‘kan?”

“Jangan banyak bicara dulu ya, nanti kalo udah tenang tante bawa kamu ke rumah sakit. Pasti mami kamu butuh semangat dari kamu,” nasihat Angel.

Setelah merasa jauh lebih baik, Kejora meminta Angel untuk segera mengantarnya ke rumah sakit tempat di mana Mentari berada saat ini. Mereka menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang IGD, Andreas mengatakan di sanalah Mentari ditangani saat ini. Rasanya begitu lama, hanya menunggu lima menit saja seperti menunggu lima tahun. Kejora menyesal tidak bisa menahan niat Mentari untuk melakukan ide buruknya.

Pintu terbuka, menampilkan seorang dokter bernama Agam di ambang pintu dengan seorang suster yang memegang sebuah papan dada, di atasnya terdapat sebuah kertas hasil pemeriksaan Mentari tadi.

“Bagaimana dok keadaan istri saya? Dia baik-baik aja ‘kan?” tanya Andreas dengan begitu khawatir.

“Keadaan istri bapak baik-baik saja, hanya saja benturan yang terjadi di kepalanya menyebabkan istri bapak mengalami geger otak ringan, bapak tidak perlu khawatir karna tidak ada sesuatu yang serius” jelas dokter Agam.

Kejora mengembuskan napas lega, “Alhamdulillah, mami baik-baik aja!” ucapnya.

Setelah menyampaikan kabar itu, dokter Agam kembali menuju ruangannya bersama suster. Sedangkan Kejora meminta Andreas, dan Angel untuk bicara dengannya di kantin rumah sakit, Kejora akan mengatakan alasan kejadian buruk itu bisa terjadi. Kejora berharap setelah ini Alana dapat merasakan bagaimana mempunyai keluarga yang lengkap lagi, sudah cukup dia merebut kebahagiaan Alana.

“Ada apa Kejora? Mau bicara apa? Papi harus jagain mami.” Andreas hendak melangkah, tapi Kejora segera menahannya.

“Pi, tunggu dulu ini tentang kebusukan mami yang ga papi tahu,” tahan Kejora. “Kejadian di gedung tadi karna kesalahan mami sendiri, sebenernya mami udah lama rencananin kejadian itu. Dan itu bukan buat aku ataupun mami, tapi buat Alana,” tuturnya.

Kening Andreas menampilkan kerutan kala mendengar penuturan Kejora, “Maksud kamu?” tanyanya tak mengerti.

“Mami benci sama Alana, karna menurut mami gara-gara Alana aku ga bisa dapetin cinta Gio. Padahal aku udah bilang kalo aku ikhlas ga sama Gio, tapi mami tetep kekeh. Jadi aku minta tolong papi buka mata pi, lihat tante Angel juga masih nunggu papi. Alana lebih berhak punya papi, tolong ya pi? Rujuk sama tante Angel,” pinta Kejora.

Andreas, dan Angel saling bertatapan. Mereka bingung harus melakukan apa, Angel memang masih menyayangi mantan Suaminya itu tapi dia tidak tahu bagaimana perasaan Andreas padanya, apakah mempunyai perasaan yang sama atau tidak. Suasana berubah menjadi canggung, pernikahan bukanlah hal untuk dipermainkan. Terima apapun kekurangan pasangan kita dengan kelebihan yang kita punya.

***

Aksi Alana, dan teman-teman di sekitaran tempat wisata tanah lot mengundang perhatian wisatawan yang berkunjung. Mereka dance dengan iringan lagu Super Shy – New Jeans, kecuali Kay dia hanya bisa memberi semangat saja karena dia sedang mengandung saat ini. Sementara Gio yang menyaksikannya merasa malas, kekasihnya berdandan cantik ketika di villa tadi ternyata supaya banyak pria lain yang menonton penampilannya.

Masih baik Alana tidak mengenakan pakaian kurang bahan, jika Gio tahu Alana mengenakan pakaian kurang bahan tidak akan dia beri ijin Alana untuk tampil di tepi jalan seperti sekarang ini. Gio menarik napasnya berat, kemudian mengembuskannya perlahan. Hatinya panas, banyak sekali pria tampan, sampai pria bule yang menonton penampilan Alana, dan teman-temannya. Meskipun tidak hanya Alana tapi tetap saja rasanya cemburu.

Gio sudah tidak tahan lagi semakin malam semakin banyak lelaki yang menonton penampilan dance yang dibawakan Alana, dan teman-temannya. Gio menarik Alana, membawanya diam-diam ke villa tanpa sepengetahuan yang lain. Sepanjang perjalanan menuju villa mulut Alana terus berkomat-kamit kesal dengan sifat posesif Gio yang muncul di saat yang tidak tepat. Kapan lagi orang-orang dapat melihat bakat dance Alana?

“Ih kamu apa sih ay, kok posesif gini? Lagian aku ga pake baju sexy juga kenapa malah gini deh? Aku ga mau tahu pengen balik ke sana lagi!” rengek Alana.

“Diem bisa ga sih!?” bentak Gio.

Dibentak untuk pertama kalinya oleh Gio, membuat Alana benar-benar terdiam sampai tidak bisa melanjutkan langkahnya. Menyadari sosok Alana tidak ada lagi di belakangnya, Gio berputar ternyata benar Alana berdiri cukup jauh dari tempatnya berdiri dengan hati sedih. Gio berlari kecil untuk menghampiri Alana kembali, bodoh bisa-bisanya dia tadi sampai membentak Alana padahal itu adalah hal yang paling dibenci Alana.

“Maaf,” ujar Gio.

“Kamu udah ga sayang sama aku lagi ya ay?” tanya Alana lirih.

Gio menggelengkan kepalanya lalu memeluk Alana, “Maaf, tadi aku kesel banget abisnya makanya bentak kamu,” jawabnya jujur. “Aku ga suka by, tadi banyak banget cowo yang lihat. Aku ga mau kamu suka atau disukain sama cowo-cowo itu,” ungkapnya.

“Ga mungkin aku suka mereka, aku cuma suka kamu ay, inget itu!” pesan Alana.

Pikiran Gio tak dapat diajak kompromi lagi saat ini, antara harus percaya atau tidak membuat hatinya bimbang. Perempuan mana yang harus dia percayai? Sedangkan Ibunya sendiri saja jauh dari kata setia.

“Ya udah kalo kamu mau balik ke sana, aku gapapa.” Gio memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, lalu mulai melangkah meninggalkan Alana.

“Makasih banyak ya ay! Nanti aku pulang sebelum jam dua belas kok! Hati-hati ya!” seru Alana.

Harapan Gio pupus, Alana lebih memilih kembali untuk melanjutkan perfome dance bersama teman-temannya dibanding menemani dirinya, dan nurut kembali ke villa. Gio berjalan tanpa tujuan, hingga tanpa sadar dia melewati sebuah tempat penyewaan motor ninja. Malam-malam seperti ini dengan pikiran tak menentu, bukankah lebih nyaman untuk night ride seorang diri? Gio tersenyum tipis, hanya melalui motor dia bisa melampiaskan kekesalannya.

“Oke ide bagus, you can do it Gi.” Gio berkata pada dirinya sendiri.
















Tbc

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang