18. Calon Saudara Tiri

80 3 0
                                    

Alana sejak tadi ternyata tidak langsung pulang, dia memperhatikan bagaimana Andreas sedang duduk bersama Mentari dan Kejora. Sekarang Alana sudah mulai dapat berpikir bahwa yang menjadi calon saudara tirinya nanti adalah Kejora. Pikiran Alana kali ini tidak mungkin salah, di hati Alana kini timbul perasaan benci melihat gadis bernama Kejora. Dia tidak rela lelaki cinta pertamanya menjadi milik orang lain.

Kedua mata Alana terpejam, dia menepis segala pikiran jahat yang menyerang kepalanya tadi, Alana tidak akan sampai berbuat nekat seperti apa yang ada pada pikirannya tadi. Besok dia akan langsung menemui Gio dan mengatakan semuanya, serta bertanya apakah benar atau bukan Kejora itu orang yang Gio maksud. Alana menyeka air matanya yang jatuh membasahi pipinya sedikit kemudian meninggalkan area café.

Sampai di rumah, Alana berjalan ke dapur dan menaruh sebuah roti bakar yang dibelinya di jalan tadi untuk Angel di meja makan. Angel yang mendengar suara kedatangan Alana saat sedang tertidur segera mencari di mana anaknya sekarang. Ternyata Alana sedang melamun di dapur sembari meminum segelas teh hangat. Angel duduk di samping Alana, tangannya bergerak untuk mengusap kepala Alana dengan lembut.

“Kamu kenapa sayang?” tanya Angel. “Papi bilang apa sama kamu?” lanjutnya.

Alana menggelengkan kepalanya pelan. “Gapapa kok mi, aku cuma capek aja sedikit abis anter papi tadi.”

“Jangan bohong, mami tahu kamu lagi sembunyiin sesuatu. Kamu kenapa? Ga mau cerita sama mami?” bujuk Angel.

“Aku udah tahu mi siapa yang bakal jadi saudara tiri aku, ternyata dia Kejora. Satu sekolah sama aku, mami inget kan Kejora yang pernah aku ceritain itu?” Alana menundukkan kepalanya dan memainkan kuku-kukunya pelan.

Tampaknya Alana kecewa setelah mengetahui sosok ayah yang seharusnya menjadi pelindung baginya justru akan menjadi pelindung bagi orang lain. Angel sebenarnya sudah ingin menumpahkan air matanya, tapi dia tidak mau kelihatan lemah di hadapan anaknya. Angel menampilkan senyumnya, kemudian mengalihkan pembicaraan Alana dengan menyuapkan Alana roti bakar yang disajikan di piring.

Dalam hati Alana tahu bagaimana perasaan Angel, setelah perceraian Angel dan Andreas serta meninggalnya Arkan, Alana dipaksa untuk kuar menghadapi masalah keluarganya. Lagi pula masih ada Gio yang bisa menemaninya, Alana percaya bahwa Gio akan menepati janjinya untuk selalu bersama dengan dirinya. Alana menerima suapan Angel, lalu memeluk tubuh Angel erat dan menyembunyikan wajahnya di dada Angel.

“Sayang, besok kan kamu datang ke pertunangan papi. Inget pesan mami oke? Jangan emosi, kendaliin diri kamu. Harus belajar menerima kalo Kejora yang akan jadi saudara tiri kamu, tolong ya lakuin pesan mami?” pesan Angel.

Alana mengembuskan napasnya kasar, “Sulit mi, tapi aku bakal berusaha buat menerima semuanya. Jujur waktu aku tahu Kejora yang bakal jadi saudara tiri aku, benci banget aku sama dia mi,” ungkapnya.

“Hei, ga boleh gitu anak mami. Jangan benci orang, ya? Biarin kita nikmatin semua proses yang ada, sampai nanti kita bisa bahagia lagi kayak dulu.” Angel melepas pelukannya dengan Alana kemudian menangkup kedua pipi Alana.

“Dunia emangnya lagi ga berpihak sama kita ya mi?” tanya Alana dengan wajah polosnya.

Angel terkekeh pelan mendengar pertanyaan Alana. “Iya sayang, tapi itu bentar aja kok. Asalkan kita sabar sama mau ikhlas aja, oke? Ya udah sekarang mending kamu mandi dulu, udah sore juga habis itu belajar, besok kan ada ujian lagi.”

Kuat, sabar, ikhlas, gue bisa lewati semuanya, batin Alana.

***

“Ay!” seru Alana.

Pagi-pagi buta Gio sudah datang ke kediaman Alana, agar mereka bisa berangkat bersama. Alana merentangkan kedua tangannya lalu berpelukan dengan Gio, tampaknya Alana begitu bersemangat untuk sekolah hari ini. Untuk mempersingkat waktu, Gio segera mengendarai motornya menuju sekolah, setelah Alana berada dalam posisi yang nyaman. Masalah Kejora, akan Alana tanyakan nanti kepada Gio di sekolah.

Tiba di sekolah, Alana turun dari motor Gio. Awalnya Alana sempat kesulitan membuka helmnya, Gio yang peka dengan kesulitan Alana segera membantu kekasihnya sehingga Alana bisa melepas helmnya, mereka berdua tidak langsung berjalan menuju kelas melainkan ke kantin terlebih dahulu. Sekalian Alana ingin membicarakan tentang Kejora, Alana tidak marah kepada Gio, dia hanya ingin tahu lebih jauh kenapa Gio bisa tahu semuanya terlebih dahulu dibanding dirinya.

Gio mulai membuka percakapan sembari memakan roti yang dibawakan oleh Alana, pasalnya Alana tidak seperti biasanya kelihatan ingin berbiacara serius dengannya, meskipun sudah beberapa kali Alana mengatakan bahwa dia tidak marah, namun Gio tetap saja tidak percaya. Gio menaruh setengah roti yang belum dimakannya ke kotak makan, menutupnya, setelah itu menopang dagunya menggunakan kedua tangannya sembari menatap Alana.

“Ada apa cantikku?” tanya Gio.

“Sebenernya aku mau tanya si ay, kamu kenal Kejora udah lama? Kalian deket banget kah ay?” tanya Alana balik. “Oh iya itu rotinya habisin ay, nanti laper kamu,” sambungnya.

Raut wajah Gio berubah menjadi datar mendengar nama Kejora. “Kenapa emangnya? Aku ga suka bahas-bahas dia, bisa ga bahas yang lain aja?”

“Loh, emang kenapa ay? Ya udah aku langsung ke intinya aja ya, sebenernya aku udah tahu kalo Kejora itu bakal jadi saudara tiri aku. Nah makanya aku nanya, kamu sedeket apa sama dia, sampai-sampai kamu tahu duluan kalo mamanya Kejora bakal nikah sama papi aku? Bener kan yang kamu maksud itu Kejora?” Alana menatap Gio lekat, namun tatapannya tampak teduh.

“Engga, by jangan mikir yang aneh ya. Kejora itu oversharing sama aku makanya aku tahu. Tapi itu bukan berarti aku deket sama cewe kecentilan itu, kamu bisa liat di hp aku.” Gio mengeluarkan ponselnya lalu memberikannya kepada Alana.

Padahal belum melihat isi hp Gio, tapi entah kenapa dari cara Gio menjawab sudah membuat Alana percaya bahwa Gio tidak ada hubungan apa-apa dengan Kejora. Melihat tingkah Gio yang gemas, Alana mencubit kedua pipi Gio cukup kuat membuat Gio mengeluarkan suara ringisan dari mulutnya. Bel masuk pun akhirnya berbunyi, Gio segera memasukkan kotak bekal yang dibawa Alana ke dalam tasnya.

Semakin hari tampaknya Gio semakin bucin kepada Alana, seperti halnya sekarang ini lelaki berusia delapan belas tahun itu mengantar Alana ke kelasnya, yaitu dua belas MIPA satu. Banyak teman-teman Alana yang menatapnya, sebagian ada yang berbisik-bisik mengenai hubungan Alana dengan Gio. Sebelum masuk kelas, Alana terlebih dahulu memberikan sebuah kertas kepada Gio, kertas kecil entah apa isinya.

“Dibaca ya ay, aku masuk dulu. I love you.” Alana mengacak rambut Gio pelan sebelum masuk ke kelas.

Hal itu membuat Gio mematung, benarkah gadisnya sudah berani melakukan hal itu di depan banyak orang? Jika iya Gio ingin mengatakan bahwa dia tidak mau kehilangan Alana. Setelah memastikan Alana sudah bersama teman-temannya, Gio memutuskan untuk segera berjalan menuju kelasnya. Di pertengahan jalan, Gio membuka gulungan kertas yang diberikan Alana tadi, isinya berhasil membuat Gio senyum-senyum sendiri.

Semangat bayiku ujian hari keduanya, kita pasti bisa lulus dengan nilai baik sama-sama. I love you in my unverse my baby boy!














Tbc

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang