10. Cheers

136 6 0
                                    

Waktunya untuk pulang telah tiba, Alana sebenarnya hendak ke rumah Jihan terlebih dahulu untuk membicarakan lebih lanjut mengenai grup dance yang mereka buat. Tapi sebelum pulang bersama teman-temannya, Alana menemui Gio terlebih dahulu. Gio masih berada di kelasnya, Alana menunggu kelas Gio selesai ujian praktek, berdiri di depan pintu kelas Gio, dan menjadi perhatian beberapa siswi di kelas Gio.

Lima menit berlalu, akhirnya guru yang mengajar ujian praktek kelas 12 BABUD 3 sudah meninggalkan kelas, melihat kekasihnya sudah menunggu membuat Gio tidak dapat menahan senyumannya. Gio cepat-cepat membawa tasnya, dan menghampiri Alana yang sedang tersenyum manis kepadanya. Gio memberi kode kepada teman-temannya yang lain melalui gerakan kedua bola matanya untuk pulang mendahului dirinya saja.

Kini hanya ada Gio dan Alana di lorong kelas yang sudah mulai sepi itu, Alana mengajak Gio untuk duduk di kursi yang tepat berada di depan kelas Gio. Mereka berdua menikmati suasana itu sejenak, tidak ada suara bising. Namun tetap ada sesekali siswa ataupun siswi yang melewati keduanya, Alana menggenggam jemari Gio lalu mengecupnya berulang kali, Gio semakin gemas melihat tingkah kekasihnya.

“Ay, nanti aku mau main sama temen-temen ya! Boleh ya?” tanya Alana dengan tatapan lembut.

Gio menganggukkan kepalanya pelan. “Boleh, tapi kamu jangan pake baju sexy, jangan make up juga. Pokoknya ga usah cantik-cantik dah.”

“Loh? Gimana ceritanya ay?” protes Alana.

“Ya gitu aja pokoknya, nanti kalo ada cowo lain yang suka kamu gimana? Aku tebak sih pasti kamu milih dia,” tebak Gio asal.

Alana menggelengkan kepalanya kemudian memeluk Gio erat, “Gemes banget bayi aku overthinkingnya! Udah ya jangan mikir yang aneh, oke siap aku ga akan make up, aku juga ga akan pake baju sexy, ga akan cantik-cantik juga, paling pake bedak sama lipstik aja tipis-tipis, itu mau kamu ‘kan?” jelasnya yang langsung diangguki oleh Gio.

Lampu hijau sudah Alana dapatkan dari Gio, dia meminta ijin kepada Gio untuk pulang bersama teman-temannya ke rumah Jihan. Entah kenapa rasanya Gio semakin hari semakin takut kehilangan Alana. Bagi Gio mempunyai kekasih seperti Alana itu sudah lebih dari kata cukup, Gio ingin mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi agar dia tidak mengecewakan Alana. Setelah memastikan gadisnya benar meninggalkan sekolah bersama teman-temannya, barulah Gio pulang.

Motor Alana tiba-tiba saja dicegat oleh sebuah mobil toyota berwarna hitam, Alana mengembuskan napasnya kasar saat tahu siapa orang yang ke luar dari mobil itu. Andreas, cinta pertamanya dalam hidupnya tapi Andreas juga yang pertama kali mematahkan hati Alana. Pria berusia sekitar empat puluh enam tahun itu ke luar dari mobil bersama seorang wanita yang usianya sama seperti Andreas, Mentari namanya.

“Anak papi, kebetulan kita ketemu di sini. Papi mau ngomong sesuatu sama kamu nak, bisa?” pinta Andreas dengan wajah memelasnya.

“Ga bisa pi, maaf. Aku mau ke rumah temen,” tolak Alana halus. “Lain kali aja ya pi,” lanjutnya.

Andreas menahan motor bagian depan Alana. “Tunggu dulu nak, papi mau ngomong penting sama kamu.”

“Lain kali aja ya pi, maaf banget aku mau ke rumah temen. Ini lebih penting.” Lalu, Alana segera melajukan motornya meninggalkan Andreas dan Mentari yang masih berdiri di sisi jalan.

Andreas hanya bisa menatap kepergian anaknya itu dengan mata yang mulai mengeluarkan air mata, buah hatinya sudah lama tidak dia peluk. Tidak ada yang dapat menggantikan Alana di hidupnya, anak dari istri pertamanya itu tetap menjadi yang utama dalam hidupnya. Mentari mengusap punggung Andreas dengan lembut, sebab dia juga mempunyai anak gadis yang usianya sama dengan Alana.

“Tenang dulu ya mas, kita masuk mobil lagi aja dulu. Ga enak diliat orang di sini,” ajak Mentari, dan disetujui dengan anggukkan kepala oleh Andreas.

JJJ

“Jadi gimana? Nama grup dance kita udah fiks kan ya cheers? Sama kayak nama geng motor kita?” ulang Rena.

“Iya udah fiks itu elah,” jawab Jihan dengan sedikit kesal.

“Oke semuanya udah selesai, logo item ungu gambar kupu-kupu. Nah sekarang kita tinggal latihan dance aja ya. Mau latihan lagu apa kalian? Kita coba cover dulu aja abis itu masukkin youtube ya?” tanya Rena kepada sahabat-sahabatnya.

Rachel mengetuk-ngetuk dagunya, “Gimana kalo Itzy aja? Pake lagu Wannabe?” usulnya.

Usul yang diberikan Rachel disetujui oleh sahabat-sahabatnya yang lain termasuk Alana yang nantinya akan menjadi leader dalam grup dance mereka. Sebenarnya saat Kay masih bersekolah mereka pernah berencana membentuk grup dance juga namun rencananya itu batal dan digantikan dengan membentuk sebuah geng motor remaja putri yang diketuai oleh Kay, harapan Kay ingin menjadi ketua dari sebuah grup dance kandas.

Namun Alana tidak akan membiarkan mimpi Kay pupus, dia akan mewujudkan semuanya itu. Meskipun bukan Kay yang menjadi leader grup tersebut, tapi setidaknya Kay bisa melihat bahwa sahabat-sahabatnya itu masih mengingat apa keinginannya. Alana mencari lagu yang disebutkan Rachel di youtube lalu mengajak teman-temannya untuk mulai ikut mendengarnya dan membuat sebuah gerakan.

Ternyata berlatih dance tidak semudah yang dibayangkan, sebelum mengikuti event yang nantinya akan mereka lakukan, mereka akan berlatih dengan keras terlebih dahulu agar bisa memberikan yang terbaik. Mereka sudah menyiapkan tempat yang nantinya akan digunakkan untuk membuat video cover dance mereka, beserta costum. Jadi, mereka hanya tinggal membuat gerakan saja yang unik.

“Lagunya enak juga, bagus ini. Gerakannya bagus gimana menurut lo, Lan?” tanya Kalista.

“Kayanya perlu gue ulik dulu sendiri, nanti gue videoin abis itu gue kirim hasilnya ke kalian ya,” jelas Alana.

Jihan menganggukkan kepalanya cepat. “Oke, kalo bisa agak cepet ya Lan. Gue ga sabat mau wujudin keinginan Kay.”

“Tenang aja, malam ini juga gue langsung buat kok gerakannya. Besok gue juga mau bilang hal ini sama Kay, kalian mau ikut?” ajak Alana.

“Nanti dulu deh, Lan. Cape banget gue akhir-akhir gini,” tolak Rachel.

“Gue juga nitip salam aja ya sama Kay, bilang gue kapan-kapan ketemu pasti sama dia,” timpal Rena.

Masih tetap sama, sahabat-sahabatnya menolak jika diajak bertemu dengan Kay. Hanya meluangkan waktu lima menit saja sepertinya sangat menjadi beban besar bagi mereka. Lagi dan lagi Alana harus menemui Kay sendiri, Alana sedih melihat raut wajah Kay jika tahu bahwa sahabat-sahabatnya yang lain jarang bertemu dengannya, padahal Kay merindukan mereka, Kay merindukan suasana bahagia berkumpul bersama sahabat-sahabatnya.

Dari luar, orang yang menjadi pelaku teror Alana belakangan ini kembali melemparkan sebuah benda untuk meneror Alana. Orang yang menggunakan hoodie merah beserta motor merah itu melemparkan sebuah kotak berisi foto ke halaman rumah Jihan. Mendengar suara aneh itu, Jihan segera berlari ke halaman rumahnya dan mengambil kotak tersebut kemudian membukanya. Dia kaget saat melihat apa isinya.

“Itu apa Ji?” tanya Alana penasaran.

Jihan memberikan kotak tersebut kepada Alana dengan tangan bergetar. “I-ini f-foto Gio, tapi kenapa kayak gini? L-lo harus lebih hati-hati Lan, takut Gio kenapa-kenapa.”

“Ga mungkin …” Alana menutup mulutnya menggunakkan telapak tangannya.

Foto Gio, tepatnya di bagian mata Gio ditusuk menggunakkan sebuah pisau kecil, dan ada tulisan bahwa foto tersebut berasal dari Puteri Merah. Siapakah Puteri Merah sebenarnya? Masih menjadi misteri.

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang