24. Masalah Gio

83 1 0
                                    

Menanti kedatangan Sang Anak yang sudah meninggalkan rumah sejak pagi, itulah yang Ergo lakukan saat ini. Dia bahkan rela menunda meeting dengan kliennya sebelum melihat Gio pulang dalam keadaan baik-baik saja. Ergo menyipitkan matanya kala melihat rombongan remaja menggunakan motor ninja warna hitam memasuki pekarangan rumahnya, Ergo dibuat bingung sendiri sebab dia tak mengetahui bahwa yang datang adalah teman-teman Gio.

Mereka melepas helm yang dipakai masing-masing, lalu menghampiri Ergo, dan mulai menyelami punggung tangan Ergo bergantian. Pikiran buruk yang semula ada di pikiran Ergo seketika Ergo singkirkan. Dia mempersilakan mereka semua masuk ke rumahnya, lalu percakapan pun dimulai. Kabar tentang Gio yang saat ini berada di balik jeruji besi sudah disampaikan oleh Mikael, Ergo kaget ketika mendengarnya.

Ergo jatuh dengan tangan yang memegang dada sebelah kirinya.

“Om, gapapa? Perlu kita bawa ke rumah sakit?” Mikael dengan cepat membantu Ergo untuk kembali duduk di sofa.

Hening, Ergo tidak menjawab sebab sakit yang dirasakannya semakin bertambah. Mikael segera mengerahkan teman-temannya untuk membantu membawa Ergo ke rumah sakit, mereka menghubungi ambulans terlebih dahulu. Mikael menyesal sudah menuruti permintaan Gio, bagaimana jika Gio tahu kondisi ayahnya sedang tidak baik-baik saja? Mikael dan teman-temannya yang lain akan menjaga kabar ini sementara agar Gio tidak semakin pusing di penjara.

UGD, di sanalah sekarang Ergo berada.

Anak-anak Ravedos senantiasa menunggu kabar dari dokter tentang bagaimana kondisi Ergo saat ini, mereka hanya bisa berdoa menurut kepercayaan mereka masing-masing, mengharapkan yang terbaik bagi Ergo. Terbukalah pintu ruang UGD, dokter yang baru saja menangani Ergo melepas sarung tangan yang dikenakannya dengan raut wajah lemas. Mikael segera bangkit berdiri kemudian menghampiri dokter laki-laki tersebut.

“Kami perlu persetujuan keluarga, adakah keluarga bapak Ergo di sini? Pembuluh darah pak Ergo pecah sehingga perlu dilakukan operasi, itupun kemungkinan untuk berhasil operasi sangat kecil,” jelas dokter yang dikenal bernama Alfi.

Mikael mengusap wajahnya kasar, “Apa ga bisa diwakilin aja dok? Anaknya lagi di kantor polisi, kita ga mungkin bawa kabar ini sama dia,” jawabnya.

“Harus keluarganya, kalo bisa secepat mungkin dilakukan penandatanganan surat ijin itu, supaya nyawa pak Ergo selamat. Kalo begitu saya permisi.” Dokter Alfi meninggalkan ruang UGD bersama seorang suster yang selalu bersamanya.

Sekarang Mikael, dan teman-temannya yang lain dilanda kebingungan. Tak ada cara lain selain mengatakan kabar ini kepada Gio, karena mereka tak mau bermain-main dengan nyawa orang lain, apalagi orangtua dari teman mereka sendiri.

Pukulan keras Mikael layangkan pada tembok rumah sakit, hingga tangannya berwarna kemerahan.

“Cukup Mike! Jangan gini!” bentak Prince. “Masalah ini pasti bisa selesai! Tenang!”

“Gimana kalo kita kasih tau aja semuanya ke Alana? Jangan dengerin apa kata Gio lah, kalo dia hadapin semuanya sendiri pasti makin stress. Supaya Alana juga tahu kalo Gio butuh dia,” saran Vino.

Moren mengangguk setuju, “Boleh tuh, kalo gitu mending lo aja Prince yang chat Alana jangan ke rumahnya, ga enak sama nyokapnya,” perintahnya.

Sesuai perintah Moren, Prince mulai mengirimi pesan kepada Alana berharap gadis itu segera membacanya.

Alana

Lan, boleh ketemu ga?

Sebentar aja

Penting ini tentang Gio, penting banget

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang