33. Love Her, Alana

87 1 0
                                    

"Kamu ke rumah sakit mami anter aja ya sayang, bahaya udah malem soalnya," kata Angel.

Karena tak mau terjadi perdebatan dengan Angel, maka Alana menuruti saja apa kata Angel. Lagipula ada benarnya juga jika malam hari anak perempuan tak baik keluar sendirian. Mereka menuju rumah sakit menggunakan mobil. Diam-diam Angel memperhatikan Alana sejak tadi senyum-senyum sendiri sembari merapikan paper bag berisi hadiah untuk Gio. Anak perempuan yang delapan belas tahun lalu dilahirkannya kini sudah mengenal cinta.

Meski usia Alana dapat dikatakan sudah hampir menginjak usia dewasa, tapi bagi Angel dia tetaplah anak kecilnya. Anak perempuan harus dijaga super ketat, jaman sekarang pergaulan semakin bebas, dan itu perlu dihindari. Banyak anak yang salah pergaulan bukan karena kesalahan mereka sendiri tetapi karena kurang nasihat dari orangtua. Angel kembali memfokuskan dirinya untuk menyetir, tanpa terasa sampailah mereka di rumah sakit.

Tepat tanggal 20 Juny hari ini hubungan Alana, dan Gio menginjak usia satu bulan. Tak peduli dikatakan alay, yang jelas Alana bahagia sekali hari ini. Entahlah apa yang membuat Alana mengubah keputusannya untuk berpisah dengan Gio walaupun sementara, membayangkan bagaimana nasib Gio tanpa dirinya begitu menyesakkan. Alana juga tak mau sama seperti mantan-mantan Gio sebelumnya selalu menyakiti Gio.

"Mami ikut masuk ke dalem aja ya? Sepi soalnya di sini," ajak Alana.

Angel menggelengkan kepalanya. "Ga usah nak, mami di sini aja. Kamu masuk ke dalem dulu gih kasih itu hadiahnya buat Gio."

"Ya udah kalo gitu mi, tunggu sebentar aja ya. Aku ga akan lama-lama kok," pesan Alana.

Terlihat Gio sedang tidur pulas ditemani oleh Mikael, dan Vino. Menyadari kehadiran Alana, kedua lelaki yang sedang bermain game online itu segera berdiri kemudian membiarkan gadis bermata sipit itu berdua bersama Sang Ketua Ravedos di ruangan bernuansa putih yang sepi. Seakan tahu apa maksud Alana datang ke sana, mereka juga melihat Alana membawa sebuah paper bag pasti ada sesuatu yang perlu dibahas dengan Gio.

Aroma rambut Alana dapat Gio cium melalui indra penciumannya.

Gio membuka matanya perlahan kemudian membalikan tubuhnya, untuk memastikan apakah memang benar Alana yang datang atau hanya sebatas halusinasinya saja. Gio sejak tadi merasa kecewa, sebab dia pikir Alana tidak mengingat hari jadi hubungan mereka yang ke satu bulan.

"By?" Gio menatap Alana tak percaya. "Ini aku ga mimpi 'kan?" tanyanya dengan wajah yang masih terlihat shock.

"Beneran ayang, happy mensive one month my boy, maaf ya kalo aku sempet minta kita udahan padahal kamu butuh aku banget ya? Jujur aku juga sebenernya butuh kamu banget, ini aku bawain hadiah buat kamu, semoga kamu suka ya sama hadiahnya," jelas Alana.

Tanpa merasa kesakitan, Gio mengubah posisinya menjadi duduk, "Jangan pergi lagi ya by? Aku janji mau ubah diri aku jadi lebih baik lagi demi kamu, apapun kemauan kamu aku turutin," ujarnya dengan penuh keyakinan.

"Kalo aku maunya kamu berhenti gabung geng motor gimana?" tantang Alana.

Permintaan Alana di luar prasangka Gio, pasalnya selama ini Alana kelihatan tidak mempermasalahkan Gio bergabung dalam geng motor. Tapi ini? Itu bukanlah hal yang mudah bagi Gio, hidupnya tanpa geng motor sudah terbayangkan pasti hampa. Gio bergabung dalam geng motor Ravedos sudah tiga tahun lamanya terhitung sejak kelas sepuluh, awal pertemuannya dengan Vano. pandangan Alana tak lepas dari Gio yang terlihat sedang kebingungan.

"Kasih aku waktu buat nentuin jawaban boleh?" pinta Gio.

Alana tersenyum, mengusap pundak Gio dengan lembut. "Boleh sayang, kalo belum bisa ga usah dipaksa ya? Aku bantu sampe kamu bisa."

***

Satu minggu sudah terlewati, hari ini tepatnya hari Jumat Gio sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Kondisinya sudah benar-benar sehat, kemarin Ergo sudah pulang terlebih dahulu dari rumah sakit, sebab tak memungkinkan Ergo yang menjaga Gio sampai pulang dari rumah sakit maka dari itu Vano yang menggantikan posisinya sebagai Ayah. Tulus dari hati Vano membantu Gio, tak mengharapkan imbalan sedikit pun.

Kondisi Gio masih cukup lemas, dia berbaring di kamarnya sendirian. Keadaan membuat Gio harus dewasa, kondisinya baru saja pulih tapi dia harus melakukan apa-apa sendiri, seperti contohnya mengambil makan sendiri, sebab Ergo tak memungkinkan untuk melakukan hal itu. Gio hanya berharap masih ada kesempatan agar ada orang baik yang mau merawat Ergo, atau dalam arti lain Ergo menikah lagi.

Bagi Gio, sekalipun itu Ibu Kandungnya tapi jika salah maka tak ada yang perlu dibela, Gio hanya mau membela orang benar bukan orang salah. Sore ini Gio baru saja bangun dari tidurnya, dia merasa bosan seharian di rumah, biasanya dia selalu keluar rumah berkegiatan untuk memanfaatkan waktu luangnya. Gio berjalan ke balkon kamarnya, melihat kondisi halaman rumahnya yang sepi, ah dia jadi teringat masa kecilnya.

"Nana?" gumam Gio.

Di depan pagar rumah Gio tampak sosok Alana yang sedang menantikan gerbang di buka, di tangannya terdapat sebuah kantong kresek hitam entah isinya apa. Gio segera turun ke bawah untuk menyambut Alana. Setiap kali ada Alana hati Gio rasanya bahagia, ada sosok yang dia jadikan sebagai rumahnya selama ini. Sekarang sudah kelihatan bukan siapa yang cenderung lebih manja? Wajar Gio manja pada kekasihnya, sebab tempat manja dari anak lelaki adalah kekasihnya sendiri.

"Ay? Kamu udah sehat? Heboh banget deh, pelan-pelan aja sayang," nasihat Alana.

Gerbang sudah dibuka, Alana dipersilakan masuk oleh Gio.

"Seneng banget aku, kamu ngapain ke sini by?" tanya Gio.

"Aku mau anter makanan sama buah buat kamu sama om Ergo," jawab Alana. "Om Ergo gimana kondisinya ay?" lanjutnya.

Gio memanyunkan bibirnya seperti anak kecil, "Papa baik-baik aja, kamu ga nanyain kondisi aku gitu? Sedih banget aku yang ditanya cuma papa doang," rajuknya.

Tingkah Gio membuat Alana gemas sendiri, Alana mengajak Gio untuk masuk ke rumah terlebih dahulu supaya pembahasan mereka pun lebih santai. Sebelum itu, Alana menaruh barang bawaannya ke dapur, dia juga dengan sopan menemui Ergo yang ada di taman belakang sedang melamun seperti orang sedang banyak beban. Alana turut merasakan kesedihan yang dirasakan Ergo, dan Gio hidup tanpa sosok ibu.

"Om Ergo kayanya lagi ga fokus banget ya ay?" Alana menatap Gio penuh tanya.

"Iya gitu by, mungkin papa masih belum siap aja kali ya hidup tanpa mama. Proses sidang juga katanya awal bulan depan, aku harus gimana by? Ga mungkin aku tega liat papa sendirian terus kayak gitu," ungkap Gio.

Alana mengusap kepala Gio, "Hei? Semangat dong sayang, kamu kuatin papa kamu supaya papa kamu ga sedih kayak sekarang. Pasti nanti papa kamu bisa balik kayak dulu kok, perlu waktu aja buat nerima semuanya," bujuknya.

"I'm lucky to have you, by. Stay with me always," pinta Gio.















Tbc

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang