26. Support System

81 0 0
                                    

Kelegaan akhirnya dapat Alana rasakan, dia membohongi Axel dengan mengarahkan Gio untuk mengantarnya ke rumah Jihan. Alana memastikan Axel benar-benar sudah meninggalkan kawasan daerah tersebut. Tak lama berselang keluarlah Jihan dari dalam rumahnya, dia terlihat seperti orang shock melihat kedatangan Alana sore-sore seperti itu. Awalnya Jihan mengira yang datang bukanlah Alana, melainkan pengirim paket.

Tak mau semakin lama berada di luar, Alana segera pulang dengan memesan taksi online. Setibanya di rumah Alana mencari keberadaan Angel, ternyata wanita itu tengah berada di ruang makan menikmati makan malam, miris Alana melihatnya hanya ada nasi goreng saja. Tapi Alana tetap bersyukur setidaknya dia masih bisa makan, Alana memeluk Angel dari belakang membuat Angel kaget akan kehadiran anaknya yang tiba-tiba.

Sudah sejak sore Angel menunggu kepulangan Alana, telepon juga tak Alana angkat. Sebab Alana tak sempat membuka ponselnya sama sekali, Gio menguasai pikiran Alana sehingga Alana tidak bisa berpikir jernih. Alana ikut melaksanakan makan malam bersama Angel terlebih dahulu supaya pembahasan mereka bisa lebih nyaman. Entah keputusan yang Alana buat salah atau tidak, yang jelas itu semua demi kebaikan Angel.

“Mi, buat sementara mami mau ga pindah ke apartemen? Sementara aja mi sampai masalah aku selesai,” pinta Alana.

Angel mengerutkan keningnya. “Maksud kamu gimana si, Lan? Mami ga ngerti.”

“Jadi gini mi, Gio masuk penjara itu karena difitnah. Mami jangan mikir macem-macem ya, terus aku lagi mau jebak orang yang udah fitnah Gio dengan cara pura-pura mau jadi pacar dia,” jelas Alana.

Sebagai seorang ibu tentu ada perasaan khawatir kepada Anaknya, demikian pula yang Angel rasakan setelah mendengarkan penjelasan Alana. Dengan cara menjebak orang seperti itu, bisa saja menimbulkan dendam di hati seseorang. Dari dendam itulah awal mula pikiran jahat dimulai, Angel tak bisa membiarkan Alana melakukan itu. Hanya Alana kekuatannya, jika tak ada Alana mungkin Angel sudah menyerah.

“Engga! Mami ga mau ya kamu lakuin hal kayak gitu! Kamu mau Gio bebas? Kita bisa cari pengacara,” larang Angel dengan cepat.

Alana menatap Angel memohon, “Tapi pengacara mahal mi, mau pake uang apa kita sewa pengacara? Sedangkan pake pengacara belum tentu Gio bisa bebas,” ungkapnya.

“Mami yakin pasti Gio bebas, mami punya kenalan seorang pengacara jadi kamu tenang aja,” papar Angel. “Nurut ya sama mami? Mami ga mau kehilangan kamu, Lan. Mami takut kamu kenapa-kenapa,” katanya.

Larangan dari orangtua pasti itu semua demi kebaikan anaknya, Alana tak dapat membantah sama sekali. Dia menganggukan kepalanya pelan, kemudian mandi setelah itu beristirahat. Tapi sama sekali Alana tidak merasakan ngantuk, dia mengambil ponselnya. Kegiatannya malam ini melihat kenangan bersama Gio mulai dari awal mereka dekat sebagai teman, hingga akhirnya mereka bisa berpacaran. Andai kata perpisahan tidak Alana ucapkan, mungkin mereka sampai saat ini masih bersama.

Mengingat Gio, Alana jadi teringat pada ayah Ergo. Besok Alana akan mengatakan semuanya kepada Gio, dia mempunyai ide supaya Gio tidak down mendengarnya, dan tidak putus semangat. Alana membuatkan beberapa surat, dia harap Gio mau membacanya. Dalam surat itu dia selipkan kata-kata penyemangat, serta pesan untuk Gio. Surat yang Alana buat ditulis di kertas dengan gambar karakter kartun lucu.

Senyum Alana mengembang melihatnya, surat yang dibuatnya berjumlah tiga buah dia ikat menggunakan pita merah muda menjadi satu. Alana juga ingat, dia mempunyai beberapa permen cokelat, surat, serta permen cokelat itu Alana masukkan ke dalam sebuah tas kecil untuk diberikan pada Gio besok.

“Semoga kamu suka, Gi,” harap Alana.

***

“Mi aku pamit ya, mau jenguk Gio.” Alana menyalami punggung tangan Angel.

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang