20. Kebohongan

117 3 0
                                    

Bangun tidur Gio melihat notif di ponselnya bahwa Alana memintanya untuk segera dijemput, sesuai apa yang dimintanya siang tadi. Tibalah Gio di tempat tujuannya, dia melihat Alana sudah menunggunya di pekarangan rumah Jihan. Alana tersenyum bahagia, dia menghampiri Gio kemudian dipasangkan helm oleh Gio. Teman-temannya salah tingkah menyaksikan hal itu, bagaimana tidak? Seorang Gio yang tampak sangar bisa bucin seperti itu.

Padahal hanya beberapa jam saja Alana, dan teman-temannya latihan dance tapi rasa rindu Gio benar-benar tak tertahankan lagi. Gio membawa Alana hingga tiba di kediamannya, hampir saja Alana meupakan janjinya kepada Sang Ayah untuk datang ke pertunangan Andreas, dan Mentari. Sebenarnya sangat malas Alana menghadiri acara tersebut, tapi akibat paksaan Angel maka mau tak mau dia pun pergi ke acara tersebut.

Tepat pukul tujuh malam Alana dijemput oleh Gio, Alana sudah siap dengan gaun pemberian Andreas kemarin. Gio sampai tak bisa berkata apa-apa melihat bagaimana Alana yang semakin cantik memakai gaun tersebut. Tekad Gio semakin bulat, untuk menjaga Alana sekuat tenaganya, dan tidak akan meninggalkan gadisnya hingga maut yang memisahkan mereka berdua. Gio sejak tadi merasa gugup berada di samping Alana.

“Tan, kalo gitu kita berangkat dulu ya. Assalamualaikum!” pamit Gio.

Angel tersenyum melihat kesopanan Gio kepadanya. “Iya, hati-hati ya. Jangan pulang terlalu larut.”

Ada yang mengganjal di hati Alana ketika sampai di acara pertunangan Andreas, dan Mentari. Dia enggan turun dari mobil Gio, tapi Gio terus memaksanya turun akhirnya Alana mau turun dari mobil. Sudah banyak tamu yang datang, sebagian ada yang bersalaman dengan Andreas, dan Mentari yang ada di panggung. Alana malas sekali, apalagi melihat wajah Mentari kelihatan sekali wanita itu hanya ingin mengincar kekayaan Andreas.

“Selamat pi, selamat tan,” ujar Alana.

Ucapan yang keluar dari mulut Alana merupakan ucapan paksaan, tak ada sedikit pun rasa ikhlas Ayahnya direbut oleh orang lain. Wajah Alana menampilkan raut kekesalan, dia memilih untuk duduk bersama sebagian tamu yang sedang menikmati makanan ringan. Tak lama kemudian, datanglah Gio membawakan sepiring nasi beserta lauknya, Gio paham akan perasaan Alana saat ini maka dari itu dia membiarkan Alana menyendiri seperti sekarang ini.

“Gio! Sumpah akhirnya kamu dateng? Ayo dong temenin aku ke sana!” Kejora menunjuk ke arah taman di mana ada kolam ikan.

Gio memutar kedua bola matanya malas, “Apa si, Ra? Lepas ga? Gue mau nemenin Alana aja!” protesnya.

“Udah gapapa ay, kamu temenin Kejora dulu aja,” perintah Alana. “Tapi aku makan di mobil ya, mana kunci mobil kamu?” sambungnya.

“Engga by jangan, aku mau sama kamu aja. Biarin aja Kejora jalan-jalan sendiri,” tolak Gio dengan cepat.

Suasana hati Alana sebenarnya sudah kacau, ditambah dia melihat gaun yang dipakai Kejora sama persis dengan gaun yang dipakainya. Alana sudah tidak mood melanjutkan makannya lagi. Dia meninggalkan Gio bersama Kejora tanpa pamit, dia pun tak tahu langkah kakinya membawanya ke mana. Hingga Alana pun tersadar ketika dia tiba di parkiran yang dipenuhi kendaraan, Gio tak mengejarnya sama sekali.

“Ternyata Gio mau nolak Kejora aja segitu susahnya! Cengeng banget gue nangis!” Alana menghapus air matanya kasar.

Gii

by kamu di mana?

kamu mau pulang? Ayo sama aku

aku pulang naik taksi aja ay

kamu temenin kejora dulu gih

aku perlu waktu buat sendiri ay

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang