36. Rencana Ke Bali

56 1 0
                                    

Hari pernikahan Mentari, dan Andreas sudah semakin dekat, kesibuksn semakin sering melanda wanita beranak satu itu. Seperti halnya hari ini, Mentari baru saja membagikan undangan kepada teman hingga sodara-sodaranya. Kejora menemaninya dengan perasaan lain, ada yang mengganjal di hatinya membiarkan acara pernikahan Mentari, dan Andreas tetap berlanjut, Kejora di beberapa waktu sempat tak fokus.

Gerak-gerik Kejora yang gelisah sudah menimbulkan kecurigaan Mentari, melihat jam juga sudah menunjukkan tengah hari maka Mentari mengajak Kejora untuk makan siang bersamanya di restaurant langganannya saja. Selama menunggu pesanan datang tak ada percakapan di antara ibu, dan anak itu. Kejora cenderung lebih sering melamun, hanya memainkan ponselnya sesekali saja seperti memikirkan sebuah masalah besar.

Mentari mengusap pundak Kejora yang duduk tepat di sebelahnya, seakan tahu apa yang dirasakan Sang Anak, Mentari menatap anak gadis satu-satunya dengan tatapan penuh tanya. Satu minggu belakangan ini sikap Kejora berubah, jika biasanya selalu mengurung diri di kamar tapi selama satu minggu itu berbeda, seperti semua beban yang ada di hidupnya hilang seketika. Entah kenapa tapi hari ini sepertinya Kejora kembali menghadapi sebuah masalah.

“Kamu masih mikirin Gio?” Mentari menaikkan sebelah alisnya.

Kejora terlihat murung sekali. “Iya mi, jujur nyesek banget ya kalo orang yang kita suka lebih milih orang lain. Tapi gapapa si mi, aku pelan-pelan bisa terima kok cuma butuh waktu aja si mi.”

“Kata mami juga pake cara mami, kamu masih ga mau? Mau sampe kapan kamu kayak gini terus sih, Ra?” omel Mentari.

“Tapi cara mami keterlaluan tahu ga? Jahat banget, kalo Alana kenapa-kenapa nanti masuk penjara, mami mau? Mikir dulu lah mi sebelum apa-apa tuh,” komentar Kejora.

“Daripada kamu galau terus liat Gio sama Alana? Kamu pilih mana?” Mentari menaikkan sebelah alisnya.

“Lebih baik aku galau, aku sama Alana bakal jadi saudara mi walaupun bukan saudara kandung tapi aku bahagia jadi saudara dia, karena dia baik banget,” putus Kejora dengan sangat yakin. “Cukup ya mi, jangan pernah mami lakuin hal senekat itu di acara pernikahan mami kalo ga mau pernikahan mami batal,” ancamnya.

Rasa lapar yang tadinya Kejora rasakan tergantikan dengan rasa kesal, emosi akibat perdebatan kecil yang baru saja terjadi dengan Mentari. Tanpa berpikir panjang Kejora meninggalkan Menari di restaurant dengan makanan yang baru saja tersaji di hadapannya. Sekarang tujuan Kejora hanya satu yaitu ke rumah Mahesa. Mulai terasa oleh Kejora siapa orang yang bisa mengerti dengan perasaannya sekarang.

Kejora melihat Mahesa sedang mencuci motornya di pekarangan rumah, Mahesa sesekali tersenyum kala melihat motor kesayangannya mulai terlihat mengkilat. Kejora berjalan diam-diam hingga posisinya sekarang berada tepat di belakang Mahesa, niatnya ingin membuat Mahesa kaget tapi ternyata lelaki itu mengetahui keberadaannya. Kejora memanyunkan bibirnya, dan langsung saja duduk di bangku yang tersedia.

“Kenapa Ra? Mau cerita? Kenapa lagi, Ra?” tanya Mahesa.

Mahesa turut duduk di samping Kejora, masalah motornya bisa belakangan.

“Mami jahat banget, ga ngerti perasaan gue. Bukannya dukung gue buat lupain Gio malah maksa gue buat kejar Gio, plin plan banget emang mami gue. Dulu minta gue sama Vano, sekarang? Gatau deh dia kenapa,” jelas Kejora.

“Terus lo mau berusaha kejar Gio?” Kepala Mahesa tertunduk, jantungnya berdebar tak siap mendengar jawaban yang akan Kejora berikan.

Kejora terkekeh pelan, “Engga, Sa. Gue mau sepenuhnya lupain Gio. Bantu gue pelan-pelan buat terima lo, ya?” pintanya.

Semangat yang tadinya pupus, kini kembali memenuhi diri Mahesa. Ada kesempatan baginya untuk masuk ke dalam kehidupan Kejora.

“Ini gue ga salah denger kan, Ra? Gue janji Ra, gue bakal buat lo lupa sepenuhnya sama Gio, tapi lo juga janji jangan pernah inget-inget tentang dia lagi,” kata Mahesa dengan penuh semangat.

***

“Ngapain Lan ngajak kita kumpul? Ada sesuatu yang penting kah?” Jihan mulai membuka percakapan.

“Tadinya sih mau gue tanya di group tapi lebih baik diomongin langsung, gue pengen kita liburan ke Bali kalian mau ga? Nanti kita ajak anggota inti Ravedos juga,” usul Alana.

Tanpa menunggu lama, teman-temannya langsung menjawab dengan kompak bahwa mereka setuju. Masalah penginapan, transportasi akan mereka bahas lebih lanjut sekarang yang terpenting sudah ada persetujuan dari semua. Kejora mulai membuka ponselnya lalu mengirimi pesan kepada Gio, mereka semua akan langsung berangkat menemui anggota inti Ravedos, kebetulan sekali sedang berada di kediaman Vano.

Sudah cukup lama mereka tak berkumpul seperti itu, Kay juga saat ini tengah mengandung dan usianya sudah menginjak lima bulan. Tentang Bali, mereka semua begitu semangat merencanakan apa saja yang akan mereka lakukan di sana. Alana semakin tak sabar ingin membuat banyak kenangan baik berupa foto maupun video di ponselnya, supaya bisa dia kenang hingga tua nanti. Alana sengaja mengajak teman-temannya ke Bali tepat pada hari di mana Andreas menikah dengan Mentari.

Hal itu sengaja Alana lakukan agar dia tidak merasa semakin pait hati pada Andreas, jika dia tidak datang setidaknya dia tidak akan membenci Andreas, dan keluarga barunya. Setelah pembahasan tentang rencana mereka ke Bali selesai dilakukan, dilanjut dengan makan-makan bersama. Kay tidak ikut memasak atas perintah teman-temannya, ternyata teman-temannya masih sangat peduli pada dirinya meskipun sudah cukup lama mereka tidak bertemu.

“Yuhu ayo makan sosis bakar!” seru Kalista.

“Ya ampun wangi banget, sini gue mau dong,” pinta Moren.

Kalista menjulurkan lidahnya, “Idih? Mau? Ini mah buat Kay, lo bisa bakar sendiri ‘kan? Kenapa harus sama gue?” tolaknya cepat.

“Cantik-cantik emosian, mau nanti dapet jodoh kakek-kakek?” ejek Moren.

“Eh engga, dia tuh udah ada calon pacar tahu tapi ga mau publish orangnya. Licik banget emang dia,” goda Alana.

Belakangan ini Kalista memang sering mengunggah foto seorang lelaki di insta storynya tapi tanpa kelihatan bagaimana wajah lelaki itu membuat orang terdekatnya penasaran siapa lelaki yang bisa membuat hati seorang Kalista luluh. Sampai saat ini belum ada yang tahu siapa sosok yang begitu dekat dengan Kalista, teman-teman dekatnya, bahkan keluarganya sekalipun tidak mengetahui tentang hubungan asmara Kalista.

Mereka hanya menunggu saja, karena tak mungkin Kalista selamanya menyembunyikan hubungannya dengan kekasihnya. Harapan baik Kalista dapatkan dari orang terdekatnya, mereka mengharapkan hidup Kalista bisa lebih bahagia lagi setelah mempunyai kekasih. Kalista tampak malu-malu ketika disinggung tentang lelaki yang dia publish hari-hari belakangan ini. Laki-laki yang dekat dengannya masih dikenal oleh anggota Ravedos ataupun teman-teman dekat yang lainnya.

“Vino maksud kamu, by?” tebak Gio.

“Ga tahu ay, tapi kayanya bukan deh. Aku ga tahu pasti ay soalnya dia ga nampakkin muka cowonya jelas,” jelas Alana.

“Sabar aja kali, nanti juga ketahuan siapa yang lagi deket sama dia. Tapi kayanya tebakan gue ga pernah meleset si.” Vano terlihatnya sedang menduga, siapa sosok lelaki yang dekat dengan Kalista.

Kay mengerutkan keningnya tanda dia penasaran, “Siapa tuh bub? Emangnya kamu kenal orangnya?” tanyanya.

“Gabriel Agam Ragaswara, kalo salah minta harta gue sekalipun bakal gue kasih,” jawab Vano dengan suara lantang.

Mengapa Vano begitu yakin? Sebab dia mempunyai bukti yang kuat dari postingan yang diunggah Gabriel sebelum ditangkap polisi. Tapi Vano tak akan menunjukkan bukti itu sebelum Kalista sendiri yang mengakuinya.














Tbc

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang