37. I Need You, Father

54 1 0
                                    

“Ay, anter aku cari barang buat dibawa ke Bali boleh ga?” pinta Alana.

“Boleh by, mau aku anter sekarang? Aku berangkat ya by, tunggu lima belas menit aku sampe,” jawab Gio.

Sambungan telepon sudah dimatikan oleh Gio, senyuman terukir di wajah Alana, matanya menyipit ketika mendengar jawaban Gio yang langsung menerima permintaannya. Tidak salah Alana menerima kembali menjalin hubungan dengan Gio, jika tidak mungkin dia akan menyesal seumur hidup. Alana segera bersiap, dia baru saja selesai mandi hanya tinggal memilih pakaian yang cocok saja untuknya.

Hari Minggu ini, Alana, dan teman-temannya akan segera berangkat ke Bali maka dari itu Alana perlu menyiapkan barang bawaannya dari sekarang supaya tidak ada yang tertinggal. Dengan pergi ke Bali, Alana berharap dia bisa menerima bahwa Andreas sudah resmi mempunyai keluarga baru. Alana hendak protes pun sepertinya tidak bisa, jadi lebih baik mengikhlaskan semuanya memang adalah jalan satu-satunya.

Angel membiarkan Alana pergi bersama Gio, hanya dengan Gio saja Angel berani melepas anak gadisnya keluar rumah bersama lelaki, jika bukan Gio orangnya mungkin tidak akan ada ijin yang Alana dapatkan untuk keluar rumah. Kali ini Gio menggunakan motor menjemput Alana, motot vespa bentuk modern berwarna hijau muda, itu sebenarnya motor lama Gio tapi dia baru kali ini memakainya.

“Gimana by, aku keren ga?” Gio menaik turunkan alisnya begitu percaya dirinya dia.

Alana mengacungkan kedua jempolnya semangat. “Waw keren banget, ngomong-ngomong motor ninja kamu kemana ay? Ga kamu pake karena udah mau keluar dari geng motor kamu atau gimana?”

“Belum tahu by, kalo aku keluar dari Ravedos setelah masa jabatan aku jadi ketua berakhir boleh ga?” tawar Gio. “Awal tahun depan, jadi ga lama lagi by. Aku ga bisa lepas tanggung jawab gitu aja,” jelasnya.

“Oke deh, bener ya tapi ay? Aku mau kamu berubah, harus lebih baik lagi. Masih banyak hal yang bisa kamu lakuin sebenernya ay, aku suruh kamu berhenti gabung geng motor karena aku tahu seburuk apa dunia malam,” nasihat Alana.

“Iya sayang iya, ya udah ayo berangkat!” ajak Gio.

Rencana Alana gagal untuk membeli perlengkapan yang akan dibawanya ke Bali, sebab cuaca tidak mendukung untuk mereka mencari barang yang Alana inginkan. Hujan turun cukup deras membuat mereka berdua harus berteduh di salah satu warung makan, udara terasa begitu dingin. Tanpa Alana minta Gio memesan dua mangkuk mie kuah, dan dua gelas teh manis hangat untuk mereka nikmati sembari menunggu hujan reda.

Sejak pesanan datang Alana tak henti menatap Gio, mengapa lelaki sebaik Gio dipertemukan dengan perempuan biasa saja sepertinya, begitu pemikiran Alana. Padahal jika dibayangkan masih banyak pasti perempuan yang mau sekali menjadi kekasih Gio. Alana merupakan satu dari sepuluh orang yang paling beruntung di dunia ini karena dapat merasakan menjadi bagian dari hidup Gio, menemani Gio, menyemangati Gio.

“Lama banget kamu makannya by, mau aku suapin?” tawar Gio.

Alana menggelengkan kepalanya cepat dengan kedua matanya yang membelalak, “Apa deh ay? Engga ya! Malu tahu ini lagi di luar! Lagian aku bukan anak kecil ya!” tolaknya cepat.

“Abisnya itu kamu mienya masih utuh gitu, atau kamu ga suka mie?” Raut wajah Gio berubah menjadi sedih.

“Eh kok kamu jadi sedih si ay? Aku daritadi liatin kamu makanya ini ga habis-habis sayang, ini aku habisin nih. Kamu tahu sendiri juga aku suka mie, kenapa malah mikir gitu coba?” papar Alana.

Gio memejamkan matanya sebentar. “Gapapa by, kali aja kamu ga seneng aku ajak makan di tempat kayak gini.”

“Jelek banget deh ay kamu mikir gini, aku suka banget kok. Mau di mana pun itu asalkan sama kamu, aku suka. Udah ya jangan sedih dong nanti gantengnya ilang,” rayu Alana.

***

Setelah hujan reda tadi, Gio melanjutkan perjalanannya bersama Alana menuju toko yang menjual barang-barang kebutuhan Alana seperti koper, serta beberapa piyama yang nantinya akan Alana kenakan di Bali. Gio setia menemani hingga Alana mendapatkan barang keinginannya, selesai mendapatkan semua barang kebutuhan Alana, Gio langsung saja mengantarkan Alana pulang sebelum hari malam.

Namun apa yang Alana lihat ketika sampai di rumahnya membuat moodnya seketika berantakan, ada Andreas datang bersama Mentari tengah mengobrol di ruang tengah bersama Angel. Senyuman begitu tulus mengembang dari kedua sudut bibir Angel, mengapa semudah itu Angel menerima Suaminya untuk menikah lagi? Sedangkan Alana saja sampai detik ini masih berusaha keras mengejar kata ikhlas.

Alana masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam, Angel melihat dengan jelas Alana masuk ke kamarnya langsung dengan jalan tergesa. Dia tahu bagaimana perasaan Alana, usianya memang sudah besar tapi Alana tetap membutuhkan sosok ayah dalam hidupnya bahkan hingga tua nanti. Alana tidak pernah mengharapkan orangtuanya berpencar seperti sekarang ini, dia ingin berada di posisi teman-temannya yang masih mempunyai orangtua lengkap.

“Angel, kalo Alana belum pulang gapapa kami pulang sekarang aja ya. Soalnya masih harus sebar undangan lagi,” pamit Andreas.

“Baiklah, hati-hati kalian terima kasih udah bawa undangan ke sini. Nanti saya sampaikan sama Alana ya,” tutur Angel.

“Jangan lupa gaunnya kasih sama Alana, suruh dia pakai hari Minggu nanti,” pesan Mentari.

Melalui jendela kamarnya Alana melihat kepergian Andreas bersama Mentari yang ada dalam satu mobil, air matanya tanpa sadar berjatuhan seolah mengatakan bahwa dia tak mau Andreas dimiliki orang lain. Alana segera menghapus air matanya kasar, dia benci gampang sekali menangis jika mengingat bagaimana harmonisnya keluarga kecilnya dulu. Sepertinya memang benar, Alana perlu menghabiskan waktu di Bali bersama teman-temannya untuk beristirahat dari pikirannya sejenak.

Angel berjalan perlahan menghampiri Alana, “Sayang? Kamu kok gitu si nak sama papi kamu sendiri? Tadi papi bawain gaun cantik lho katanya buat kamu pake di pernikahan papi kamu,” katanya.

“Aku ga akan dateng ke pernikahan papi, mi. Aku mau ke Bali sama temen-temen, mami juga tahu ‘kan? Jadi mami aja ya yang wakilin aku? Please mi,” mohon Alana dengan wajah memelas.

“Kalo papi kamu sedih gimana? Mami si mau-mau aja tapi ga enak kalo kamu ga dateng.” Angel menatap Alana dari samping, sedangkan yang ditatap malah memandang ke halaman rumahnya yang sepi.

“Gapapa mi, papi ga akan sedih kok. Mami ga mau kan aku tambah sedih? Makanya biarin aku ke Bali sama temen-temen ya mi?” pinta Alana. “Aku ga lama kok mi di Bali, mungkin hari Rabu udah di sini lagi jadi mami tenang aja ya, aku juga sama temen-temen kok mi ga perlu khawatir mi,” jelasnya.

Keinginan Alana tak dapat Angel tolak, dia tak mau juga membuat Alana berlarut-larut dalam kesedihan, hati Angel tersentuh menyaksikan bagaimana Alana kurang bersemangat hari ini, seharusnya dia mencegah agar Alana tidak pulang dulu sebelum Andreas pulang. Angel merentangkan tangannya lalu membawa Alana ke dalam dekapan hangatnya, membiarkan gadis itu menyalurkan kesedihan melalui pelukan.

“Makasih ya mi udah selalu ada sama aku, jangan sama kayak papi ya mi. Cukup mami sama aku aja jangan menikah lagi, aku ga mau punya papi baru,” celoteh Alana.

Angel mengusap kepala Alana dengan lembut, “Iya sayang mami ga akan menikah lagi, kamu ga akan ngerasain punya papi baru tenang ya sayang,” jawabnya dengan penuh kasih sayang.














Tbc

Posessive Boyfriend [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang