(Ghost series #5)
Mendaftar ke sekolah baru sepertinya bukan pilihan yang tepat. Masa SMA-nya yang hanya tinggal sisa setahun menjadi berantakan akibat kegilaan di luar nalar sekolah elite itu. Namun, apalah daya Falea Binara, seorang anak tunggal y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pukul 7 pagi, Falea sudah berada di bangkunya yang berada di berisan paling belakang. Kelas masih kosong, keadaan di luar kelas pun belum seribut saat istirahat siang nanti. Falea menatap keluar jendela kelas yang tertutupi gorden tipis berwarna putih. Dalam satu kali tarikkan gorden itu berpindah ke sisi kiri, membuat matahari pagi itu menyentuh kulit putihnya.
Falea menunduk menatap tangannya yang tersinari. Untainya memori malam tadi kembali berputar di kepalanya, bagaimana Arash mencengkram tangan Falea begitu laki-laki itu menoleh ke belakang. Falea tidak melihat apa yang Arash lihat. Karena itu Falea tidak tahu alasan atas perubahan Arash yang mendadak bungkam dan pendiam sampai mengantarkan Falea ke rumah. Saat Falea mengucapkan terima kasih saja Arash hanya membalasnya dengan gumaman pelan, sebelum akhirnya pergi meninggalkannya.
"Apa yang dia lihat?" tanyanya pada diri sendiri.
Falea terlonjak kaget saat seseorang menepuk bahunya pelan.
"Lagi ngelamunin apa?" itu Oliv. Gadis berambut sebahu itu duduk di kursi Arash yang masih kosong.
"Enggak.." Falea menarik sudut bibirnya. "Baru datang?"
Oliv mengangguk. "Muka lo kayak banyak pikiran gitu, beneran enggak apa-apa?"
"Serius gue enggak apa-apa."
Oliv sebeneranya tidak sepenuhnya percaya, namun ia tidak dapat memaksa Falea bercerita padanya, Oliv akan menunggu Falea sampai siap untuk bercerita padanya nanti. Oliv hanya ingin menjadi teman yang baik untuk Falea. Falea merupakan satu-satunya teman yang mau menemani Oliv yang selalu dikucilkan ini.
"Oh, kalung lo bagus banget. Permatanya warna ungu gitu." tunjuk Oliv pada kalung Falea yang selama ini selalu Falea sembunyikan di balik bajunya.
Mendengar itu membuat Falea memasukkannya kembali di balik baju. "Iya. Ini nyokap yang kasih."
Oliv mengangguk kecil. "Pasti mahal, ya."
Falea hanya tersenyum kecil sebagai jawaban.
Sambil menunggu bel masuk berbunyi, Falea mengajak Oliv untuk mengulas soal kuis minggu lalu. Oliv banyak membantu beberapa soal yang Falea salah mengerjakannya, cara mengejar Oliv pun terbilang mudah dimengerti.
"Oh iya, pulang sekolah ini lo ada les enggak?"
Falea menggeleng setelah selesai mengerjakan bagian akhir soal kuis. "Kenapa emangnya?"
"Gue mau ngajak buat ke resto orang tua gue. Gue pernah bilang 'kan, bakmi keluarga gue itu enak banget! Kata Mama gue kalau lo datang ke sana nanti bakalan dimasakin bakmi plus masakan spesial yang adanya cuma pas acara penting doang. Lo mau, kan?"
"Mau."
Oliv tersenyum senang. "Bener, ya?!"
"Iya-iya.."
Sedikit demi sedikit, orang-orang mulai berdatangan memasuki kelas. Kelas yang semula sepi perlahan ramai dan penuh.
Dari arah pintu, Belva datang dengan wajah marah diikuti Isabella di belakangnya. Kedatangannya langsung menjadi sorotan, terlebih saat gadis itu tiba-tiba menarik rambut Oliv dengan kencang sampai Oliv terjatuh dari kursi. Kelas mendadak ramai saat aksi Belva itu menjadi tontonan sekarang.