"Belva sama Aiden udah kayak perangko aja sekarang, ke mana-mana nempel mulu," komentar Oliv begitu melihat kedatangan Belva dan Aiden yang beberapa minggu ini yang selalu terlihat bersama.
Setelah kematian Isabella dan Erika, Belva yang kehilangan kedua temannya menjadi semakin lengket dengan Aiden yang mana adalah teman semasa kecilnya. Dimana ada Aiden disitulah ada Belva yang selalu ada di sampingnya.
Falea mengangguk setuju, lalu melipat kedua tangannya di dada. Matanya melihat gerak-gerik Belva yang terlihat gelisah di beberapa waktu, gadis itu terlihat takut untuk ditinggalkan sendirian. Falea semakin yakin jika kematian Fania memang ada hubungannya dengan Belva dan teman-temannya, karena itu orang yang diincar pertama kali adalah Erika dan Isabella. Namun, Falea tidak mengerti, mengapa ia ikut diteror padahal Falea sendiri tidak mengenal Fania.
Ke mana teror ini akan dibawa?
Siapa sebenarnya yang akan menjadi sasaran?
Mengapa teror ini terlihat random dan asal tembak?
"Falea!" Falea mengerjap matanya kaget saat Oliv menepuk bahunya. "Kok lo bengong sih?"
"Eum itu... gue mau tanya sesuatu deh sama lo,"
"Apaan?"
Falea memfokuskan diri pada Oliv sepenuhnya. "Fania itu orangnya kayak gimana sih? Pokoknya apa yang lo tahu tentang dia gue pengen denger,"
Alis Oliv menyatu bingung. "Tumben. Memangnya kenapa?"
"Gak papa sih, gue cuman penasaran aja. Lo tahu sendiri kalau kekacawan akhir-akhir ini rumornya karena arwah Fania,"
"Lo percaya?" Oliv menahan tawa.
Falea manyun kecil. "Percaya gak percaya sih, makanya gue pengen denger dulu dari lo cerita tentang dia."
Oliv berdeham kecil, siap bercerita panjang.
"Fania itu anaknya berprestasi dan langganan olimpiade. Anaknya humble, baik deh pokoknya. Mana dia cantik banget lagi, makanya si Arash sama Aiden naksir sampe rebutan gitu dulu."
"Hah? Serius?"
Oliv mengangguk. "Lo gak tahu ya, kalau dari mereka SMP sampai kelas 1 SMA, Arash sama Aiden itu temen dekat, tapi pas kelas 2 SMA Fania masuk dan mereka suka sama satu cewek yang sama, persahabatan mereka mulai renggang. Belum lagi karena Aiden selalu kalah dalam hal akademik sama Arash, orang tua Aiden terkenal keras didik dia. Mereka sekarang itu jadi lawan bukan kawan lagi."
Falea tidak mengetahui fakta ini. Pantas saja jika ada Aiden, Arash selalu pergi menghindar.
"Terus? Fania milih siapa?"
"Ini gue gak tahu jelasnya ya, tapi dilihat dari luar sih kayaknya Arash, ya. Soalnya mereka itu dulu kelihatan deket banget, suka ngobrol dan belajar bareng. Bahkan orang yang dulu sempat bully Fania jadi berhenti karena Arash selalu pasang badan, terkecuali Belva ya, meskipun Belva kelihatan takut sama Arash aslinya Belva masih suka diam-diam bully Fania."
KAMU SEDANG MEMBACA
Now, It's Your Turn! [ON GOING]
Novela Juvenil(Ghost series #5) Mendaftar ke sekolah baru sepertinya bukan pilihan yang tepat. Masa SMA-nya yang hanya tinggal sisa setahun menjadi berantakan akibat kegilaan di luar nalar sekolah elite itu. Namun, apalah daya Falea Binara, seorang anak tunggal y...