(Ghost series #5)
Mendaftar ke sekolah baru sepertinya bukan pilihan yang tepat. Masa SMA-nya yang hanya tinggal sisa setahun menjadi berantakan akibat kegilaan di luar nalar sekolah elite itu. Namun, apalah daya Falea Binara, seorang anak tunggal y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ada apa?"
Mendengar pertanyaan dari Sang Papa, Arash yang sedang mengecek arloji di pergelangan tangan kirinya pun menoleh. Ekspresi Arash datar, jelas sekali bahwa ia tidak senang sekarang.
"Maksudnya?" Aras balik bertanya.
Papa Martin menunjuk arloji Arash dengan dagunya. "Kamu terus melirik arloji kamu,"
"Bukan urusan Papa."
"Ada seseorang yang menunggu kamu?"
Arash mendelik tajam, tidak suka Papanya yang bertanya menuju hal privasinya. Arash memilih untuk tidak menjawabnya. Ia berdiri meneliti seisi ruangan besar dan mewah ini.
Saat ini mereka sedang berada di ruangan ketua yayasan alias Bu Lily, Ibu tirinya itu. Sedangkan wanita itu sendiri kini sedang memberikan evaluasi kepada siswa di aula.
Di sisi kanan meja kerja, ada sebuah pintu dengan mesin kunci otomatis yang akan terbuka ketika menekan beberapa nomor. Arash tidak tahu itu ruangan apa, namun ia menaruh curiga pada isi ruangan itu.
Ting!
Sebuah notifikasi masuk. Arash yang sedang sibuk meneliti ruangan akhirnya berhenti dan membuka ponselnya sejenak.
Putri Tunggal dari Vegas Grup Berinisial IME Meninggal Dunia. Diduga Penyebab Kematian Akibat Depresi Berat.
Sejenak Arash terdiam, ia mencoba mencerna berita yang baru masuk itu.
"Isabella... meninggal?"
Belum sempat rasa kaget itu hilang, tiba-tiba dari arah pintu masuk datang dua bodyguard yang datang terburu-buru dan menghampiri Papa. Arash menoleh ke belakang. Apakah berita itu juga sudah sampai ke telinga Sang Papa? Pasalnya, orang tua Isabella dan Arash memiliki hubungan bisnis yang baik.
"Di aula terjadi keributan besar. Siswa-siswi terlihat menggila dan hilang kendali."
Mendengar itu Arash berlari tanpa pikir panjang lagi. Ia bahkan menerobos sekitar enam bodyguard lain yang berjaga di depan pintu.
Sesampainya di aula, keadaan masih kacau balau. Suara jeritan masih terdengar di mana-mana. Arash mengedarkan pandangannya mencari Falea. Ia pun melangkahkan kakinya ke dalam, Falea masih belum ditemukan, namun Arash melihat Oliv di sisi lapangan bersama beberapa teman kelasnya.
"Liv," panggil Arash.
Oliv dan dua orang perempuan lainnya menoleh saat Arash memanggil. Oliv yang sedang bersender ke dinding kemudian meluruskan pinggungnya, ia merapihkan rambutnya yang berantakan. "Kenapa, Rash?"
"Falea ke mana?" tanya Arash to the point.
Dua orang di samping Oliv lantas berbisik-bisik. Kini Arash sedang menjadi topik panas yang sedang dibicarakan.