(Ghost series #5)
Mendaftar ke sekolah baru sepertinya bukan pilihan yang tepat. Masa SMA-nya yang hanya tinggal sisa setahun menjadi berantakan akibat kegilaan di luar nalar sekolah elite itu. Namun, apalah daya Falea Binara, seorang anak tunggal y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis yang kini genap berumur empat tahun itu meniup lilinnya dengan senyum merekah. Kuncir rambut di kedua sisi kepalanya bergerak seiring dengan gerakan kepalanya yang kegirangan. Tangan kecilnya beradu sebagai tanda kegembiraan yang tiada tara. Teman-teman pantinya yang lain juga ikut bertepuk tangan dengan meriah, merayakan hari jadi Nila yang berharga.
"Potong kuenya!"
Dibantu oleh Bu Resa, Nila memotong kuenya hingga terbagi menjadi beberapa bagian.
"Potongan pertama mau dikasih ke siapa, Nila?" tanya Bu April.
Nila mengetuk-getuk dagunya dengan telunjuknya yang kecil, berakting berpikir. Ah, tingkahnya lucu sekali.
"Kue ini Nila beri untuk Bu Resa dan Bu April!" Nila memberikan potongan kue pertama untuk kedua pengasuhnya yang baik hati. Bu April dan Bu Resa terlihat terharu, lalu bergerak mencium kedua pipi Nila yang lembut.
"Potongan kedua untuk siapa?"
"Eum... ini sulit, tapi sepertinya Nila mau beri ini untuk Kak Nabila."
Nabila yang sedari tadi terus ada di samping Arash--seolah takut sewaktu-waktu Falea mengambilnya--berjalan ke depan dan menerima kue pemberian Nila. Gadis berumur empat tahun itu tersenyum senang saat Nabila memberikan kadonya.
"Potongan ketiga?" tanya Nabila.
Nila menatap Arash. "Untuk Bang Arash!"
Semua orang bertepuk tangan, termasuk Falea. Arash kaget mendengar namanya disebut oleh Nila. Laki-laki itu berjalan mendekat dan berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Nila.
"Bang Arash enggak bawa kado?" tanya Nila.
Arash mengelus rambut lembut Nila dengan perlahan. "Bang Arash mau denger keinginan Nila langsung. Nila bisa minta apapun sama Bang Arash."
"Bang Arash banyak uang, ya?" tanyanya polos.
Arash tertawa. "Iya, dong! Makanya Bang Arash bisa ngabulin semua yang Nila mau."