34 | The reason people say is simple

1.5K 181 66
                                    

Jantung Arash rasanya mau meledak saat ini!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantung Arash rasanya mau meledak saat ini!

Mungkin saja detak jantungnya akan terdengar oleh Falea yang kini tengah memeluknya erat. Seluruh tubuhnya kaku. Tangan yang seharusnya membalas pelukan itu justru melayang di udara secara kaku.

"Prefttt..." Arash menahan tawanya yang siap meledak. Percayalah, ini salah satu upaya menyembunyikan salah tingkahnya.

Falea sontak melepaskan pelukannya, kemudian menatap Arash jengkel. "Apa yang lucu?! Lo tahu gak sih, kalau lo hampir mati karena gue?"

Arash tertawa ringan. Laki-laki berbaju rawat inap rumah sakit itu melipat tangannya di dada sambil cekikikan.

Falea mendelik kesal. Bisa-bisanya rasa khawatirnya dibuat lelucon begini!

"Arash!" seru Falea dengan lantang.

Ekspresi Arash langsung berubah serius. Ia menatap Falea, maju terus menerus, sampai Falea mentok di ujung kaki bed rumah sakit di belakang Falea. Falea memalingkan wajahnya ke samping ketika posisi wajah Arash semakin dekat ke arahnya.

Gila, jantung Falea mau melompat keluar rasanya!

"L-lo... gila, ya? Ngapain--"

Falea bungkam kembali ketika Arash menaruh kedua tangannya di kaki bed rumah sakit, yang alhasil mengukung Falea sepenuhnya.

"Lo cewek yang suka melewati batas, ya?" tanya Arash dengan suara rendah.

"Ma-maksud lo?" tanya Falea gugup. Matanya masih belum mau menatap Arash.

Sial. Ayolah Falea, jangan gugup begini hanya karena diperlakukan begini saja!

"Lo tahu, selama ini gue selalu menjaga batasan buat semua orang, termasuk sama lo." Arash tersenyum kecil melihat pipi Falea yang memerah. "Tapi itu dulu, akhir-akhir ini gue suka lupa batasan gue sendiri ke lo."

Falea menengok pada Arash dengan ekspresi kaget. Apa maksudnya?

"Lo tahu alasannya?"

Falea tidak dapat mengatakan apa-apa sekarang. Tubuhnya mengalami malfungsi secara mendadak. Dadanya bergemuruh, berisik sekali sampai membuat mual dan pusing.

"The reason people say is simple,"

Gadis itu tertegun.

"Love."

Seketika suasana rasanya hening. Falea hanya bisa mendengar suara napas dan detak jantungnya yang berisik di dalam sana. Tatapan hangat itu membius, menyihirnya untuk terus menyelam tanpa tahu jalan kembali ke permukaan. Falea bukan gadis bodoh. Ia tahu jika hal yang ia dengar tadi adalah sebuah pernyataan yang berani dari seorang Arash. Namun, Arash kembali memperjelas semuanya, sampai rasanya semua tulang yang Falea punya berubah menjadi jelly yang rapuh.

"I'm totally into you." jelas Arash.

Falea yakin ia tidak salah dengar, telinganya masih berfungsi secara normal untuk mendengar semua hal yang ada di ruangan ini sekarang. Pernyataan itu... Falea dengar secara jelas dan ia yakin akan terngiang-ngiang dalam waktu yang lama. Hanya saja...

Falea memutus kontak mata mereka seraya mendorong tubuh Arash menjauh. Falea berdeham pelan mencoba menetralkan detak jantungnya yang masih belum kembali normal. Dalam posisi begini, Falea bingung harus melakukan apa selain mendorong Arash untuk keluar dari ruang rawat inapnya. Cepat-cepat Falea mengunci pintu itu dan berlari kembali ke bed untuk menyembunyikan diri di dalam selimut.

Di luar sana, Arash tidak bereaksi apa-apa, ia hanya tertawa pelan melihat reaksi Falea yang menurutnya sangat lucu. Tak lama Arash kembali ke ruang rawat inapnya yang berada di lantai yang sama seperti Falea.

***

Hari pun berlalu. Keadaan Falea dan Arash membaik setelah tiga hari dirawat di rumah sakit yang sama. Hari ini mereka akan kembali ke sekolah dan menjalankan hari mereka seperti biasa di sekolah. Yang berbeda dari hari-hari biasanya adalah sikap canggung yang ditunjukan Falea pada Arash. Falea bahkan seharian ini tidak berani menatap mata Arash yang sekarang secara terang-terang berani menatapnya.

"Bisa gak natapnya biasa aja?"

Falea menoleh pada Arash dengan tatapan tajam.

Arash tersenyum. "Akhirnya lo natap gue juga setelah seharian ini lo gak berani natap gue," balas Arash kemudian mengambil pulpennya yang sedari tadi dia biarkan di atas meja, kini Arash sibuk mencatat sesuatu di buku.

Falea mendelik kesal. "Rese!"

Puplen itu kembali di taruh di meja, Arash kemudian menunjukan apa yang ditulisnya di buku barusan pada Falea. Falea membaca tulusan itu sekilas, tatapannya lalu tertuju pada Arash.

"Ini maksudnya apa?"

"Petunjuk buat kasus teror masal di sekolah ini," Arash menyenderkan punggung ke kursi seraya melipat tangannya di dada. "Beberapa hari lalu gue nyewa sejenis detektif gitu buat cari tahu plat nomor motor yang dulu pernah ngejar kita. Detektif itu ngasih alamat sama nama ini."

Falea mengambil kertas itu, lalu membacanya sekali lagi.

"Panca Mulyawan. Jl. Anggek nomor 10." Falea membacanya pelan.

"Lo mau ikut buat tangkap orang itu?" tanya Arash.

Falea mengangguk.

Falea mengangguk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


holaa!!!

si arash dah confess tuh ahahaha😆😆

ohiyaaaaaa dey mau promosi cerita baru yang update selang-seling sama cerita ini. mungkin kalia bisa baca cerita itu selagi nunggu arash-falea update. dey jamin ceritanya gak kalah seru sumpisssssssss 🫵🫵

ini juga seru dey jamin!!!!

...

©️ story by plutoblue_

22 Agustus 2024.

Now, It's Your Turn! [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang