⚠️ Di dalam part ini terdapat tindakan menyakiti diri sendiri. Pembaca diharap bijak⚠️
•••
Lorong panjang di lantai tiga itu penuh dan sesak.
Bahkan pisau tajam itu terlihat tidak menyakitkan dalam genggamannya. Darah bahkan sudah berjatuhan ke lantai yang putih. Teriakan histeris di sekitar sudah sangat terdengar memekakkan telinga pendengarnya. Ini menjadi hal yang sangat serius.
"Isabella, tolong tenang! Letakan pisau itu. Tangan kamu butuh diobati." Salah satu dari lima guru yang berhadapan dengan Isabella berucap panik melihat siswinya sedang menyakiti dirinya sendiri.
Isabella terisak namun bibirnya tersenyum pedih. Genggaman pada pisau menguat, darah semakin banyak berjatuhan. Orang-orang yang melihat meringis melihatnya.
"KELUAR LO! PUAS KAN LIHAT GUE GINI?!" Isabella berteriak histeris. Ia menatap ke sekeliling dengan frustasi. "KELUAR PENGECUT! BERHENTI KIRIM TEROR ITU! GUE MATI DI SINI LO SENENG, KAN?!"
"Siapa yang kamu maksud Isabella? Bicara sama Ibu, yuk? Ibu akan menangkap pelaku yang meneror kamu. Mau, ya?"
"ARGHH!!" Isabella melempar ponselnya hingga hancur berkeping-keping. "STOP KIRIM TEROR DAN DATANG KE GUE SETIAP MALAM! LO UDAH MATI TAPI MASIH AJA NYUSAHIN! ARGH!!!"
Isabella menusuk lehernya sebanyak tiga kali dengan brutal. Semua orang berteriak. Darah mengucur tidak terbendung lagi.
Falea meraup oksigen dengan rakus. Matanya terbelalak. Keringat dingin mengucur di seluruh badannya. Di dalam ruangan yang temaram ini, Falea bangun dari mimpi buruknya dalam pengaruh obat demam yang ia minum sebelumnya.
"Mimpi buruk?"
Mata yang semula menatap langit-langit kamar, menoleh pada seseorang yang baru saja melemparkan pertanyaan-Mama Diana.
Mama mengusap air keringat dingin yang mengucur di pelipis Falea, kemudian mengecek infusan yang berada di samping ranjang king size Falea. "Mama dengar dari dokter keluarga, pulang sekolah tadi kamu demam tinggi. Syukur kalau panas kamu sudah turun sekarang."
"Mama baru pulang?" tanya Falea dengan suara serak.
Mama Diana mengangguk. "Ada operasi pasien VVIP tadi, jadi Mama yang harus turun tangan."
Wanita berkemeja putih itu membuka tablet hitam di dalam tasnya, lalu menunjukan sesuatu pada Falea.
Falea membeku melihatnya. Ini... bagaimana bisa?
"Mama bangga sama kamu. Rangking tryout kamu tepat berada di bawah Arash. Kamu rangking kedua pararel, Nak!" Mama mengusap rambut Falea dengan bangga, sedangkan Falea masih tidak bisa percaya dengan hal itu. "Kamu berhasil mengalahkan Belva, Oliv, bahkan Aiden! Mama sangat senang sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Now, It's Your Turn! [ON GOING]
Fiksi Remaja(Ghost series #5) Mendaftar ke sekolah baru sepertinya bukan pilihan yang tepat. Masa SMA-nya yang hanya tinggal sisa setahun menjadi berantakan akibat kegilaan di luar nalar sekolah elite itu. Namun, apalah daya Falea Binara, seorang anak tunggal y...