27 | Macaron

1.2K 230 202
                                    

Pintu apartemen terbuka sesaat setelah pemilik tempat itu menekan enam angka pada mesin kunci otomatis pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu apartemen terbuka sesaat setelah pemilik tempat itu menekan enam angka pada mesin kunci otomatis pintu.

Arash menahan pintu agar tetap terbuka, menunggu orang di belakangnya masuk. Setelah Falea masuk sepenuhnya ke dalam barulah Arash membiarkan pintu itu tertutup.

Arash membuka sepatu dan menggantinya dengan sendal rumah berwarna abu-abu. Falea mengikutinya, ia membuka sepatunya dan memakai sendal rumah yang sudah tersedia di sana.

"Duduk aja dulu di sana, gue mau ganti baju dulu." Arash menunjuk sofa yang langsung berhadapan dengan televisi.

Falea mengangguk, lantas berjalan ke arah sofa yang Arash tunjuk tadi. Saat Falea mendekat ke arah sofa, di atas meja terdapat bungkus berwarna pink yang sangat ia kenal, Falea sering membeli itu.

"Macaron!" seru Falea antusias.

Gadis bersurai panjang itu duduk di hadapan bungkus macaron yang masih tersegel itu dengan tatapan berbinar. Falea benar-benar sangat menyukai macaron. Falea penggemar berat makanan itu. Akan tetapi Falea tidak berani menyentuhnya bahkan membukanya, macaron ini bukan miliknya, kecuali jika Arash mempersilahkannnya untuk memakan makanan itu maka Falea akan memakan makanan itu sekarang juga.

Duk

Terdengar suara pintu tertutup dari arah belakang, buru-buru Falea menegakkan punggungnya dan bersikap biasa saja.

Falea berdeham pelan sebelum membuka suara. "Ini lo beli macaron buat siapa?"

"Kenapa? Makan aja."

"Lo beli buat gue?" tanya Falea lagi.

"Geer!" Arash berjalan ke arah dapur hendak membuka kulkas. "Gue tadi lihat lagi diskon gitu makanya gue beli." ujarnya lalu mengambil air putih.

"Oh..." Falea manggut-manggut kecil.

"Mau minum apa?" tanya Arash.

"Enggak usah."

"Bukannya kalau makan macaron lebih enak kalau ada minum?"

Oke, Arash mungkin terasa sedikit memaksa tetapi ia hanya ingin Falea nyaman di sini. Ia sampai rela belanja malam tadi untuk mengisi kulkasnya yang kosong melompong. Arash bahkan membeli beberapa bahan masakan jika sewaktu-waktu Falea mengatakan jika ia lapar dan ingin memakan sesuatu yang enak. Sedikit banyak Arash bisa memasak sesuatu yang enak karena dulu Arash sering membantu Bundanya memasak.

"Oke. Apa aja deh." putus Falea lalu berdiri. "Bukunya di mana?"

Arash menunjuk sebuah ruangan yang dibatasi kaca besar sehingga dari tempat Falea berdiri, ia dapat melihat jika itu merupakan ruang baca yang berisi banyak koleksi buku di dalamnya. Sebenarnya Falea sudah sangat penasaran dengan ruangan itu sejak pertama kali ia datang ke apartemen Arash beberapa bulan lalu.

"Boleh gue masuk?"

"Of course."

Setelah mendapatkan izin dari Arash, Falea memberanikan diri masuk. Namun sebelum itu ia menyalakan lampu dan kini ruangan terang sepenuhnya. Ada sekitar empat rak yang tingginya sekitar dua meter dan empat rak itu dipenuhi dengan berbagai buku. Setelah masuk lebih dalam terdapat sebuah meja belajar nyaman di pojok ruangan.

Now, It's Your Turn! [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang