17 | 12 Jam

1.4K 233 32
                                    

H-1 Tryout

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H-1 Tryout

Bagi siswa kelas 3, mereka mulai disibukan dengan berbagai macam ujian sebelum akhirnya mereka lulus dan beranjak ke bangku perkuliahan. Terutama di SMA Permata Buana ini, jam belajar siswa kelas 3 ditambah bahkan sampai malam hari di hari-hari tertentu. Meski langit sudah gelap di luar sana akan tetapi siswa-siswa itu masih fokus pada pembelajaran yang tengah berlangsung.

Seperti halnya para manusia penghuni kelas 3-1 yang kini tengah fokus pada penjelasan wali kelas mereka-Pak Haikal-yang sedang menjelaskan mata pelajaran biologi mengenai pewarisan sifat. Tidak ada suara selain suara Pak Haikal di depan sana, semua orang tengah sibuk pada buku soal dan catatan yang mereka punya.

"Arash,"

Arash yang sedang menatap keluar jendela menoleh pada wali kelasnya itu. "Iya, Pak?"

"Kebotakan merupakan cacat yang diturunkan. Kondisi ini lebih banyak diderita laki-laki. Kebotakan dipercaya erat kaitannya dengan hormon seks laki-laki, apa nama hormonnya?"

"Testosteron."

Pak Haikal mengangguk membetulkan. "Hormon apa yang dapat mencegah kebotakan pada wanita?"

"Estrogen."

Pak Haikal mengangguk lagi. Ternyata Arash mendengarkan walaupun mata dan fokusnya seperi ke mana-mana. "Sekarang Falea,"

"Iya, Pak?" Gadis itu terkesiap.

"Seorang ayah pengidap buta warna akan menurunkan gen penyebab buta warna kepada anak laki-laki apa perempuan?"

"Perempuan."

"Okey! Sebagai contoh, perkawinan antara perempuan pembawa gen buta warna dan laki-laki buta warna akan menghasilkan berapa persen laki-laki dan perempuan pengidap buta warna?"

Falea terdiam sejenak, berpikir. Ini salah satu materi yang tadi diajarkan Pak Haikal, guru satu ini memang senang membuat kuis dadakan seperti ini.

"Perempuan 25% dan laki-laki 25%"

"Oke, betul. Good job Arash dan Falea." Pak Haikal melanjutkan presentasinya.

Falea menghela napas lega, lalu menoleh ke arah Arash yang sedang sibuk dengan buku soal-soal di hadapannya. Merasa diperhatikan, Arash menoleh ke arah Falea dan tatapan mereka bertemu. Arash menaikkan kedua alisnya seolah bertanya pada Falea mengapa menatapnya.

"Lo yakin sama ujian besok?" tanya Falea, jarinya menunjuk buku Arash. "Kalimat-kalimat di buku itu udah di luar kepala lo, kan?"

"Kenapa?" Arash balik bertanya. Ia melihat raut wajah kekhawatiran di dalam ekspresi tenang Falea. "Lo khawatir sama ujian besok?"

Gadis bersurai panjang itu diam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Sedikit..." Falea menatap tablet-nya yang menyala, di sana terdapat catatan-catatan pelajaran Falea selama ini. "Gue takut semua yang gue pelajari, semua yang gue ingat, hilang gitu aja."

Now, It's Your Turn! [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang