(Ghost series #5)
Mendaftar ke sekolah baru sepertinya bukan pilihan yang tepat. Masa SMA-nya yang hanya tinggal sisa setahun menjadi berantakan akibat kegilaan di luar nalar sekolah elite itu. Namun, apalah daya Falea Binara, seorang anak tunggal y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serentetan kejadian aneh yang terjadi di SMA Permata Buana tentu saja membuat resah para orang tua murid. Mengingat bahwa sekolah ini merupakan sekolah yang berisi anak-anak dari kalangan atas, menjadikan para orang tua merasa punya kuasa dan power untuk menuntut pihak sekolah. Banyak orang tua yang mulai berpikir untuk memindahkan anak-anak mereka dari sekolah itu, namun tak banyak pula yang masih untuk mempertahankan anaknya tetap sekolah di sana karena untuk masuk sekolah itu saja butuh perjuangan yang sangat ketat.
Bagi sebagian orang, masuk sekolah SMA Permata Buana menjadikan sesuatu yang patut untuk diapresiasi dan dipamerkan. Saat orang mendengar bahwa salah satu dari anaknya mereka masuk sekolah itu akan dianggap menjadi pencapaian yang sangat luar biasa. Maka tak heran, jika sekolah ini menjadi pilihan pertama sekolah para kalangan elit.
"Apa yang terjadi sebenarnya ini, Bu Lily? Kenapa sekolah mendadak menjadi kacau balau seperti ini?" tanya orang tua dari Isabella yang duduk tepat di samping anaknya.
Pertemuan The Royal's kembali dilakukan. Masih di tempat yang sama seperti pertemuan sebelumnya.
Falea tentu duduk di samping Mamanya yang tampak tenang dengan segelas wine di tangannya, wanita berumur 40 tahunan itu memutar pelan gelasnya hingga cairan merah keunguan itu ikut memutar mengikuti pergerakan wadahnya.
"Pihak yayasan sedang mencari tahu perilahal kekacauan akhir-akhir ini," Bu Lily menjawab dengan intonasi tenang. Tidak ada Arash di sampingnya. Tentu saja, hubungan mereka tidak sama seperti halnya orang-orang di ruangan itu. "Jadi kami mohon beri waktu untuk kami menyelidikinya."
Falea melirik ke arah dua kursi yang kini tak berisi, dahulu itu menjadi tempat duduk Erika dan Mamanya. Sejenak, Falea berpikir, apakah semua ini ada kaitannya dengan perkumpulan ini?
Kepada siapa sebenarnya teror ini ditujukan? Kenapa pola teror ini sangat random seperti tidak memiliki arah? Jika tujuannya memang geng Belva, kenapa semua murid di sekolah itu terkena teror itu?
Jika memang arwah Fania lah yang menyebabkan kematian Erika, lalu siapa dalang di balik kekacauan di sekolah? Siapa orang misterius yang dilihatnya tempo hari?
Itu berarti... ada dua dalang di balik semua kekacauan ini?
Tiba-tiba telinga Falea berdengung keras hingga suara di sekitar tak terdengar lagi.
Gadis itu menutup kedua telinganya sambil menundukan kepalanya yang sakit. Matanya terpejam, menahan rasa sakit dan dengung di telingannya cepat menghilang.
".... Lea! Lea!" Samar-samar suara Mamanya kembali terdengar memanggil, tepukkan di bahu pun terasa menyentuhnya. Falea membuka matanya lalu menatap sang Mama. "Ada apa?"
"Ah... itu..." Falea menatap sekitar. Kini fokus mereka tertuju pada Falea yang menunjukan gelagat aneh. Lalu, matanya sampai pada Isabella yang sedang menatapnya aneh.
Namun, Falea tidak fokus pada Isabella yang ada di sana, melainkan sosok hitam tinggi tanpa muka yang sebelumnya pernah Falea.
Sosok itu... kembali terlihat oleh Falea. Semakin jelas, warnanya semakin pekat hitamnya bahkan sekarang hampir menutup wajah Isabella.