The root causes

21 7 0
                                    


Waktu itu, perusahaan adikku bangkrut. Tak ada jalan lagi kecuali mencari pekerjaan di perusahaan lain. Ia mengajukan dirinya kepada Pradipta. Ia benar-benar butuh pekerjaan untuk menyambung hidup.

"Perusahaan saya tidak membutuhkan pegawai yang tidak kompeten sepertimu. Jika kau mau, kau bisa menjadi tukang parkir sini," ledek Pradipta.

Pradipta menolak tawaran adikku mentah-mentah. Ia terus-menerus memohon untuk diterima bekerja di perusahaan Pradipta. Pradipta merobek CV sambil menertawakan adikku bersama kolega bisnisnya. Adikku pulang dengan rasa kecewa. Ia murung dan dikejar-kejar penagih hutang. Tak ada yang membantunya saat itu.

Di tengah kesulitan ekonomi yang menimpanya, ia harus bersembunyi dari kejaran para debt collectcor. Adikku ketakutan dan parahnya lagi, istrinya meninggalkan ia saat sedang terpuruk. Hidupnya hancur. Mimpinya lebur bersama kesedihan yang membelenggu.

Hingga suatu hari, aku harus menelan kabar yang menyesakkan. Adikku didiagnosa Skizofrenia Paranoid dan harus dirawat di rumah sakit jiwa. Hatiku hancur! Perasaanku tak bisa terbendung lagi. Aku harus menyaksikan adikku mengalami gangguan jiwa karena masalah yang ia hadapi. Seandainya Pradipta saat itu menerima adikku sebagai pegawai, mungkin adikku tak akan mengalami hal buruk ini.

Aku berjanji pada adikku untuk menghancurkan keluarga Pradipta Ekawira dan keturunannya. Aku mencari-cari informasi mengenai keluarga Ekawira ini. Kebetulan waktu itu, mereka sedang mencari pembantu untuk dipekerjakan di rumah utama. Pintu masuk bagiku terbuka lebar. Aku membawa dendam ini. Aku ingin menghabisi satu per satu keluarganya dan akan aku sisakan Pradipta di akhir, agar ia tahu bagaimana sakitnya kehilangan orang yang dicintai.

Target utamaku saat itu adalah Zulman Ekawira. Ayah kandung Galuh. Aku adalah dalang di balik kecelakaan yang ia alami. Aku yang mengutak-atik mesin dan rem mobilnya supaya blong. Ternyata, malam itu Zulman kecelakaan dan meninggal di tempat. Bagaikan menyelam minum air, istrinya juga meninggal di rumah sakit karena perdarahan pasca melahirkan Galuh.

Malam itu aku sangat senang. Hingga sebuah ramalan yang mengatakan bahwa kemakmuran dan kekayaan keluarga Ekawira ada pada Galuh. Di situ aku memutar otak. Aku ingin sebelum keluarga Ekawira mati, mereka harus merasakan kesengsaraan dalam kemiskinan seperti adikku. Maka dari itu, aku harus membunuh Galuh. Jalanku akhirnya dipermudah kembali, Galuh lahir sakit-sakitan.

Sebenarnya aku sudah lama mencampur racun ke minuman herbal Galuh, seingatku sudah beberapa bulan yang lalu terhitung sejak kami menghuni rumah pengasingan ini. Tapi racun yang kugunakan memiliki efek yang lambat dan lama. Pelan tapi pasti bisa membunuh Galuh. Racun yang memperparah kondisi paru-paru Galuh dan sulit terdeteksi karena racun itu berkamuflase dengan penyakit Tuberkulosisnya. Dan semalam, kebencianku kembali membara pada keluarga Ekawira.

Tapi keberuntungan tak berpihak padaku. Sekian lama ia terus mendukungku, di hari ini keberuntungan itu berbalik pada Galuh. Tangguh dan Karsan memergoki aku saat mencampur bubuk racun yang biasa aku gunakan. Detik ini tak ada yang bisa kulakukan selain menerima konsekuensi atas apa yang telah aku perbuat.

Dendam ini membuat aku terlena. Aku selalu berpikir keberuntungan akan menyertaiku selalu. Tapi sepertinya aku keliru. Dendam itu menyerang balik tuannya. Dendam yang sudah membutakan mataku kini mendorong aku ke jurang yang amat dalam. Dan aku benci akan hal ini.

- Bi Ratmi.

***

Galuh masih tak bisa memahami apa yang telah terjadi. Sepanjang perjalanan, ia melamun. Ia tak menyangka ternyata yang memperparah keadaannya adalah racun yang selama ini dikonsumsi tanpa ia sadari. Wajah Galuh datar dan terlihat murung. Hal itu bisa dirasakan oleh Tangguh duduk di sampingnya.

Unbroken FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang