Begin again

21 7 1
                                    

Richard melangkahkan kaki menuruni tangga. Muka laki-laki itu datar dengan tatapan mata kosong. Sepertinya malam tadi ia tak tertidur. Ia terlihat letih. Sesampainya di lantai bawah, tepatnya di ruang tamu ia melihat Tyas yang sedang berdiri di samping pintu utama.

Muka Tyas mengguratkan kekhawatiran atas keadaan Richard. "Mau kemana kamu?" tanya Tyas pada anak semata wayangnya.

Richard melangkahkan kaki mendekati sang ibu. Ia rangkul wanita itu dalam pelukan. "Hari ini aku akan menyerahkan diriku ke kantor polisi. Aku harus menyudahi ini semua Ma," lirihnya.

Kepala Tyas menggeleng pertanda ia tak setuju dengan keputusan anaknya. Ia melepaskan pelukan itu. Tyas pegangi tangan Richard. "Enggak...Kamu gak boleh melakukan itu!" Seru Tyas.

Richard menelan ludahnya. "Aku mau hidup dengan tenang Ma. Aku gak bisa hidup dalam ketakutan seperti ini terus!"

"Mama kan sudah bilang semua yang kamu alami adalah dampak dari barang haram itu! Kau harus berhenti! Mama akan bawa kamu ke Psikiater. Bila perlu kita ikuti pengobatan alternatif juga! Atau Kau bisa pindah Nak! Mama bisa pindahkan kamu keluar negeri! Kau bisa tinggal di sana. Mulailah kehidupan barumu di sana! Lupakan semua apa yang telah terjadi di sini!"

Richard terdiam. Ia pandangi kedua mata ibunya yang mulai berkaca-kaca. Tak lama kemudian air mata itu tumpah dan membasahi pipi Tyas. Richard mengusap air mata yang menetes membanjiri pipi wanita itu dengan lembut.

"Aku udah putuskan semuanya Ma. Aku telah mempertimbangkan segalanya. Dan aku yakin keputusan yang aku buat adalah yang terbaik. Aku harus membayar atas apa yang telah kuperbuat. Aku pantas dihukum untuk itu," kata Richard yang tak kuasa menahan bendungan air mata.

"Mama yang paling tau mana yang terbaik dan yang terburuk untukmu! Aku yang mengandung, melahirkan, dan membesarkanmu sampai detik ini! Aku yang mati-matian mempertahankan semua aset dan harta ayah Tangguh agar jatuh kepadamu! Dan sekarang kau mau menghancurkan apa yang sudah Aku lakukan untuk masa depanmu? Di mana akal sehatmu?" Suara Tyas meninggi dan menggema di ruang tamu. Ia kesal karena Richard masih bersikukuh menyerahkan dirinya ke pihak berwajib.

"Ma...Aku gak mau hidup dalam kemewahan tapi harus menderita! Setiap detik yang ada di hidupku sekarang berpacu dalam kegelisahan yang tidak ada ujungnya. Dan aku yakin apa yang aku alami sekarang adalah akumulasi dosa-dosaku. Aku harus menyudahi semua ini. Aku capek Ma! Aku capek ketakutan setiap hari! Aku capek mendengar suara-suara Akmal dan melihat ia melolot marah padaku! Aku ingin hidup damai dan tenang," lirih laki-laki itu.

Tyas terdiam mendengar perkataan anaknya. Ia mengela napas panjang. "Jadi, kau mau meninggalkan Mama?"

"Tunggu aku ya. Aku hanya sementara di sana. Setelah aku bebas, kita akan bersama lagi Ma."

Tangisan Tyas pecah mendengar kalimat itu. Richard memegang pundak ibunya. "Mama mau aku bahagia kan? Langkah awal yang harus ditempuh adalah biarkan aku bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang telah aku lakukan." Richard memeluk mamanya. Ia menangis tersedu-sedu dalam pelukan itu. Tangisnya pecah melepas kepergian Richard.

Richard mengendarai motor menuju kantor polisi. Di perjalanan ia merasa sedih meninggalkan ibunya, di sisi lain laki-laki itu harus menanggung semua kepahitan atas segala dosa-dosanya.

***

Sesampainya di Kantor Polisi, Richard menyerahkan dirinya. Ia menceritakan kronologi kejadian waktu ia membunuh Akmal. Ia tuturkan segalanya sesuai kebenaran dan tanpa ada yang ditutup-tutupi sedikitpun secara sadar. Ia juga mengakui kalau ia adalah pemakai narkoba. Untuk itu ia menjalani serangkaian pemeriksaan tes urine.

Hasil tes urine Richard menunjukkan bahwa ia memang pemakai barang haram itu. Semua tanya jawab telah selesai. Ada satu hal yang membuat anggota polisi itu penasaran. Ia menanyakan alasan mengapa Richard menyerahkan diri secara sadar dan tanpa paksaan. "Apa alasan anda menyerahkan diri ke kepolisian? Kau boleh menjawabnya dan kau juga boleh tak menjawab pertanyaan ini," ujar salah satu polisi di ruangan itu.

Unbroken FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang