Pagi ini mentari bersinar cerah. Tangguh baru saja selesai mandi. Ia keluar kamar dan menuju dapur setelah mengenakan baju satu-satunya yang ia miliki. Ia kemudian bergabung bersama asisten rumah tangga yang lain yang tengah menikmati sarapan pagi. Pagi ini ia tak melihat Dokter Diaz.
"Mas Tangguh kesiangan bangunnya. Harusnya Mas Tangguh bangun jam lima untuk mengantarkan sarapan pagi Nona Galuh. Setelah itu Mas Tangguh boleh sarapan bersama kami di sini," ujar Bi Ratmi.
"Memangnya sekarang pukul berapa Bi?"
"Pukul enam tepat. Nona Galuh itu disiplin sekali. Apalagi soal jam makan. Sarapan pagi dan ramuan herbalnya harus diantar satu jam sebelum jadwal makannya. Dia sarapan pukul enam pagi. Maka dari itu, Mas Tangguh harus mengantarkan sarapan satu jam sebelumnya. Tapi tidak apa-apa, Dokter Diaz sudah mengantarkannya. Ayo, sarapan dulu Mas. Tadi sebelum Dokter Diaz pergi ke tempat praktiknya, ia titip pesan buat Mas Tangguh. Setelah sarapan, Mas Tangguh diminta menemui Nona Galuh di ruang musik."
Tangguh menyantap nasi goreng buatan Bi Ratmi. Ia merasa tidak enak karena di hari pertama ia bekerja, ia sudah melakukan kesalahan. Ia makan dengan cepat. Setelah selesai, ia segera menuju ke ruang musik. Ruang musik itu dirancang kedap udara sehingga orang di luar ruangan tidak bisa mendengar suara piano jika pintu ruangan itu ditutup. Tangguh membuka pintu ruangan tersebut dan mendapati Galuh sedang memainkan piano klasik di didalam. Nada yang dihasilkan kembali membuat Tangguh terdiam. Nada yang menyelamatkan dia dari mimpi buruk beberapa hari yang lalu kembali terdengar.
Menyadari keberadaan Tangguh, Galuh menghentikan aktifitasnya dan menoleh ke arah laki-laki itu. Di balik kain penutup mulut yang dikenakan ia tersenyum dengan manis. Tangguh kikuk dan berusaha tetap biasa-biasa saja melihat Galuh yang sedang memandangi dirinya.
"Aku lupa memberitahumu jika kau harus mengantar sarapanku pukul lima pagi. Tapi tidak apa-apa. Aku paham kau pasti sangat lelah."
"Iya. Aku ketiduran setelah kita merayakan ulang tahun Dokter Diaz semalam. Maafkan aku."
"It's not a big deal. Tidak apa-apa. Oh iya, aku lupa kalau kau tidak memiliki pakaian ganti."
Tangguh memandangi baju yang ia kenakan. "Iya. Kau benar."
"Mari kita beli beberapa pakaian untukmu. Kurasa ini harus dilakukan agar orang-orang tidak curiga bahwa kau berasal dari masa depan. Kita akan ke toko pakaian langganan keluargaku. Tak perlu diragukan lagi! Toko itu menjual pakaian dengan kualitas terbaik."
Tangguh menganggukkan kepalanya. "Oke."
Mereka berdua melaju menggunakan mobil ke arah pusat kota untuk membeli beberapa pakaian di Banban's Boutiqe. Banban's Boutiqe merupakan butik berkelas yang ada di pusat kota. Pemilik butik itu bisa merintis karir karena dimodali oleh Pradipta, hingga sekarang Banban's Boutiqe menjelma menjadi butik langganan para orang kaya.
Setibanya di sana, Galuh sibuk memilah-milah pakaian untuk Tangguh, sementara Tangguh hanya duduk manis di kursi yang disediakan. Matanya kembali tertuju pada kalender yang terpajang di ruangan itu. Ia masih menyangkal dan tak percaya dengan apa yang dialaminya. Tangguh tersadar dari lamunannya setelah ia melihat Galuh dan pelayan butik membawa lima kantung keranjang belanjaan menghampiri dirinya.
"Kau beli sebanyak ini?" tanya Tangguh keheranan.
"Iya, biar kamu bisa gonta-ganti pakaian. Tenang saja, gajimu tidak akan dipotong karena barang-barang ini. Anggap ini hadiah dari keluargaku."
Tangguh mengambil semua keranjang belanjaan itu dan berjalan mengarah ke mobil bersama Galuh.
"Terimakasih ya Galuh," ucap Tangguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken Flower
FanfictionAbout time barred between Them Sinopsis singkat: Ini adalah kisahku. Kisah bagaimana sebuah peristiwa di luar logika terjadi. Bisa kau bayangkan? Aku tak sengaja terdampar di tahun 1970 dan bertemu seorang gadis yang diasingkan keluarganya karena pe...