PART 1: Based on dr. Diaz's journal
Suddenly he disappeared
Galuh berlari dengan panik mencari bantuan. Sekuat tenaga ia berlari dan tak menghiarukan kondisi paru-parunya. Saat tengah berlari, ia merasakan berat pada paru-paru kanannya. Langkahnya terhenti beberapa detik dan ia menoleh ke belakang. Matanya tak kuasa menahan tangis ketika melihat Tangguh yang terbaring di depan ladang bunga matahari itu dengan lemah.
Galuh kembali berlari menuju dapur dan masuk ke dalam rumah. Dengan napas yang tersengal-sengal dan sesak, ia meminta bantuan. Ia berteriak minta tolong, namun rumah itu tampak sepi. Sekoyong-koyong ia menuju ruang tamu dan keluar dari pintu utama. Ia menemukan Pak Joni dan Karsan yang sedang bermain catur di teras depan.
"Tolong...Tangguh...Di halaman belakang...Cepat," ujar Galuh beradu dengan napasnya yang cepat dan dangkal.
"Nona, tapi nona sedang sesak sekarang," Ucap Pak Joni dengan cemas.
"Tolong...Dia...Sekarang!" Seru Galuh.
Pak Joni dan Karsan berlari menuju halaman belakang rumah menolong Tangguh sesuai dengan instruksi Galuh. Sementara itu, jantung Galuh berdetak dua kali lipat lebih cepat dari biasa. Napasnya tercekat. Paru-parunya terasa amat berat. Kepalanya mulai terasa pusing, dan ia tak sadarkan diri tergeletak di teras depan.
Setibanya di halaman rumah belakang, Pak Joni dan Karsan tak menemukan Tangguh. mereka mengelilingi kebun bunga matahari itu hingga kesamping rumah, dan kembali lagi ke teras depan. Kepanikan mereka mencapai puncak saat mengetahui Galuh tergeletak pingsan di lantai.
Pak Joni membopong Galuh menuju ruang perawatan sementara Karsan berlari ke arah klinik pratik Dokter Diaz untuk meminta bantuan. Dengan paniknya, Pak Joni segera memasangkan selang oksigen ke hidung Galuh seperti apa yang telah diajarkan oleh Dokter Diaz selama ini. Tak lama setelah itu, Dokter Diaz datang dan memeriksa keadaan Galuh lebih lanjut.
"Tadi Nona Galuh berlari ke arah depan rumah. Ia minta agar kami menolong Tangguh di ladang bunga matahari. Saat itu napasnya cepat dan dangkal Dok. Kami sudah memberitahunya kalau dia sedang sesak. Maksud kami, kami mau membantunya lebih dulu. Tapi Nona Galuh ngotot. Ia minta kami menolong Tangguh," jelas Pak Joni.
Dokter Diaz melepas manset tensi meter di lengan Galuh. Ia juga melepas saturasi oksigen yang terpasang di jari Galuh. "Lalu bagaimana? Tangguh di mana sekarang?"
Pak Joni dan Karsan saling melirik dengan mimik muka kebingungan. Mereka tak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu. "Anu...Dok, kami tidak menemukan Mas Tangguh di halaman belakang. Bahkan kami sudah mengelilingi halaman rumah. Tapi tetap saja, dia tidak ada. Saat kami tiba di depan rumah, kami malah menemukan Nona Galuh yang tergeletak pingsan," ujar Karsan dengan nada panik.
"Bagaimana keadaannya sekarang Dok? Habislah kami berdua jika terjadi sesuatu pada Nona Galuh," lirih Pak Joni.
"Kondisinya mulai stabil. Ia sesak dan pingsan karena kekurangan oksigen saat berlari menghampiri kalian. Biarkan ia beristirahat. Ayo kita keluar dan cari Tangguh," ujar Dokter Diaz.
Mereka bertiga meminta Bi Marni menjaga Galuh di ruang perawatan itu. Mereka bergegas ke halaman belakang. Mereka bertiga berpencar mengitari area rumah dan ladang bunga matahari untuk mencari Tangguh.
Senja mulai memerah, mengganti biru langit sore ini. Usaha yang mereka lakukan tak membuahkan hasil. Setelah satu jam berkeliling area halaman rumah, Tangguh tak kunjung ditemukan.
"Ini kali kedua Tangguh menghilang tanpa kejelasan," ujar Pak Joni.
Dokter Diaz dan Karsan melirik Pak Joni. "Memangnya apa yang terjadi pada Mas Tangguh ya? Apa ada penjahat yang menyerang dan menculiknya?" tanya Karsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken Flower
FanfictionAbout time barred between Them Sinopsis singkat: Ini adalah kisahku. Kisah bagaimana sebuah peristiwa di luar logika terjadi. Bisa kau bayangkan? Aku tak sengaja terdampar di tahun 1970 dan bertemu seorang gadis yang diasingkan keluarganya karena pe...