Tangguh and all his confusions

24 8 1
                                    

Om Luki melangkahkan kaki mendekati istrinya yang sedang memandangi Tangguh di dalam ruangan itu. Ambarleka menoleh ke arah laki-laki yang kini berdiri di sampingnya.

"Semuanya akan baik-baik saja," ucap pria itu.

Ambarleka mengangguk setuju. "Benar. Semuanya akan baik-baik saja."

Pikiran laki-laki itu terbang ke masa di mana awal pernikahannya dengan Ambarleka. Mereka menikah satu tahun setelah pernikahan Ayah dan Ibu Tangguh. Saat itu mereka masih tinggal kota yang sama dengan keluarga Tangguh. Mereka berdua bahagia dan cinta yang terus bertambah di setiap harinya.

Waktu berlalu, Ambarleni pun melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Tangguh Auriga. Berselang satu bulan setelah kelahiran keponakan mereka, Ambarleka mengalami keguguran di awal kehamilannya. Sejak saat itu Ambarleka tak kunjung hamil. Sudah banyak cara yang dilakukan, mulai dari menjalani pengobatan dari dokter sampai pengobatan tradisional, namun usaha mereka saat itu tak membuahkan hasil sama sekali.

"Kalian yang sabar ya, kan ada Tangguh. Tangguh bisa menjadi anak pancingan untuk kalian," ujar Ambarleni saat itu.

Ambarleka menangis sambil menggendong Tangguh. Mereka berdua akhirnya memutuskan membeli rumah kosong yang terletak di seberang jalan rumah Ambarleni. Setiap hari Ambarleka membantu saudara kembarnya merawat Tangguh.

Bagi Ambarleka dan suami, Tangguh sudah seperti anak mereka sendiri. Di masa itu, Tangguh mendapatkan dua kasih sayang dari dua pasang orangtuanya. Ia amat bahagia tumbuh di tengah keluarga itu. Sampai pada saat usia Tangguh menginjak sepuluh tahun, suami Ambarleka harus dipindahtugaskan ke kota lain. Berat sekali rasanya harus berpisah dari Tangguh, tapi mereka tak bisa melakukan apa-apa.

Dengan perasaan yang campur aduk berbalur sedih, Ambarleka dan suami harus pindah dan meninggalkan Tangguh. Ia menangis tersedu-sedu. Om Luki hanya bisa menenangkan Ambarleka. Setelah hari itu, mereka tak pernah lagi kembali ke rumah Ambarleni.

Waktu terus berputar, hingga di suatu hari Ambarleka dinyatakan mengandung. Mereka berbahagia dan mengabarkan kabar ini kepada Ambarleni. Ambarleka akhirnya berhasil melahirkan seorang bayi cantik yang diberi nama Naomi Luki.

Hingga pada suatu hari, kabar kematian saudara kembarnya membuat Ambarleka terpuruk dan hancur. Mereka memutuskan untuk mengunjungi Tangguh. Satu yang Ambarleka benci dari Ambarleni, saudara kembarnya itu tak pernah ingin berbagi kabar buruk. Termasuk vonis kanker payudara yang selama ini diderita.

"Aku mau ikut Bunda," pekik Tangguh waktu itu.

"Tidak! Kau tidak akan ikut Bunda! Kau akan tetap ikut Papa!" Bentak Ayahnya Tangguh.

Eratnya tali batin yang mengikat Tangguh dan Ambarleka membuat suami Ambarleni cemburu. Dengan amat sangat memohon, ia meminta kepada Ambarleka untuk menghilang dari kehidupan Tangguh.

***

"Tolong aku Ambarleka. Pergi dan hiduplah bersama keluargamu. Jangan ganggu kami lagi. Aku sebagai ayah kandung Tangguh merasa tersisih dengan keberadaanmu. Aku minta, tak usah menghubungi anakku lagi. Dia harus tumbuh bersamaku. Ini permintaan terakhirku, sebagai kakak iparmu."

Kata-kata itu menusuki jantung Ambarleka dan suaminya. Air mata Ambarleka mengalir dari sudut matanya. "Tapi aku sudah berjanji pada Ambarleni untuk menjaga Tangguh, Bang."

"Aku bisa menjaga anakku. Aku bisa memberikan kasih sayangku padanya. Aku mohon tinggalkan ia."

Dengan berat hati, Ambarleka dan suami harus menuruti permintaan itu. Mereka keluar dari sebuah ruangan dengan wajah yang datar. Ia melihat Tangguh yang sedang duduk terpaku melihat foto mendiang ibunya.

Unbroken FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang