Berdasarkan sudut pandang Dokter Diaz.
Saat aku kecil, kira-kira berumur lima tahun, aku hidup di sebuah panti asuhan. Kedua orang tuaku entah di mana. Yang jelas kata pengelola panti, aku sudah hidup di sana semenjak bayi. Aku tumbuh dan besar di panti itu dan keluarga Ekawira rutin berkunjung memberikan donasi, makanan, baju, serta buku pelajaran per tiga bulan. Di hari kunjungan mereka, aku tak sengaja menemukan sebuah dompet yang berisi uang. Setelah ditelusuri, dompet itu milik Pradipta Ekawira, Tuan Besar. Kuserahkan benda tersebut kepada Pradipta tanpa ada yang kuambil sepeser pun.
Sejak semenjak kejadian itu, aku dibawa dan tinggal di rumah mereka. Saat itu tugasku hanya menjadi teman bagi Zulman Ekawira, ayah Galuh. Kami menghabiskan waktu bersama bahkan aku ikut disekolahkan di sekolah elit tempat Zulman. Keluarga itu memberikan penawaran yang fantastis padaku. Mereka bersedia membiayai kuliahku hingga tuntas dengan syarat setelah lulus, aku harus bekerja untuk keluarga Ekawira. Aku menyetujui kesepakatan itu dan menempuh pendidikan dokter umum di salah satu universitas bergengsi. Selesai menjalani pendidikan kedokteran umum, aku kembali pada keluarga Ekawira sesuai dengan kesepakatan awal. Aku pun bekerja sebagai dokter keluarga untuk anak ketiga Pradipta yang tinggal di kota lain. Nama anak ketiga itu adalah Rustam Ekawira. Beliau meninggal karena penyakit jantung bawaannya.
Galuh Naraya Ekawira namanya. Ia adalah anak kandung dari Zulman Ekawira, anak kedua dari Tuan Pradipta. Galuh yang pada saat itu baru lahir harus menerima kenyataan bahwa ibunya dinyatakan meninggal setelah mengalami perdarahan hebat. Tak lama kemudian, terdengar kabar kecelakaan dialami oleh Zulman yang menyebabkan ia meregang nyawa saat di perjalanan menuju rumah sakit untuk menemui mendiang istri dan anaknya yang baru saja lahir ke dunia.
Kejadian itu seolah membuat Pradipta diberi hadiah terindah namun juga diberi kutukan. Ia berdiri di antara rasa bahagia dan duka dalam atas kematian anak dan menantunya. Pradipta meraung-raung. Menangis sejadi-jadinya. Ia berpikir mengapa Tuhan tega membuat takdir sebegitu pilu untuk keluarganya, terutama Galuh yang baru saja lahir beberapa jam yang lalu.
"Buang saja bayi itu! Gara-gara kelahirannya Zulman dan adik iparku harus meninggal!" ucap Rusli dengan garang. Anak pertama Pradipta itu amat kesal di malam kelahiran Galuh.
Semua keluarga Ekawira selain Pradipta menghujani kebencian kepada Galuh. Sungguh bayi yang tak berdosa dan malang. Ironis memang. Kedatangan bayi kecil itu ke dunia mengundang kemurkaan bagi saudara-saudara Zulman.
Kebencian itu terus tumbuh mengiringi pertambahan usia Galuh hingga kehadiran seorang peramal yang entah dari mana datangnya mengunjungi kediaman keluarga Ekawira. Awalnya peramal itu datang untuk menawarkan beberapa jimat tolak bala untuk keluarga itu. Karena tak ada yang mempercayainya, mereka tak menghiraukan peramal itu. Saat hendak pergi, peramal itu berkata dengan serius:
"Jaga baik-baik bayi yang kehilangan orang tuanya itu. Ia adalah pusat dari kemakmuran keluarga ini. Jika kalian tidak bisa menjaganya, kehancuran akan menimpa kalian dan yang pertama kali akan hancur adalah ekonomi keluarga ini. Silahkan ingat pesan ini baik-baik. Satu hal yang aku minta pada keluarga ini, hilangkan kebencian kalian terhadap anak itu, atau kemalangan akan datang menegur kalian."
Kata-kata itu awalnya tidak diindahkan oleh anak dan menantu Pradipta. Mereka masih saja membenci bayi yang tak berdosa itu. Hingga semua ladang apel dan sawit mereka mengalami gagal panen yang menyebabkan kerugian cukup besar. Mereka akhirnya mencari peramal itu ke semua penjuru kota. Sayangnya, usaha mereka tak membuahkan hasil. Peramal itu menghilang bak ditelan bumi. Hingga detik ini tak ada yang tahu pasti dimana keberadaan peramal tersebut.
Berangkat dari peristiwa itu, semua anggota keluarga Ekawira sepakat untuk memberikan kasih sayang kepada Galuh. Semua kebutuhan materi Galuh terpenuhi tanpa kurang satu apapun. Seiring berjalannya waktu, Galuh terus tumbuh dewasa di tengah-tengah kebahagiaan dan kekayaan. Semenjak kehadiran Galuh, keluarga Ekawira semakin berjaya. Perusahaan dan perkebunan mereka tumbuh pesat. Aset mereka ada dimana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbroken Flower
FanfictionAbout time barred between Them Sinopsis singkat: Ini adalah kisahku. Kisah bagaimana sebuah peristiwa di luar logika terjadi. Bisa kau bayangkan? Aku tak sengaja terdampar di tahun 1970 dan bertemu seorang gadis yang diasingkan keluarganya karena pe...