Aku tak pernah menyadari hidup ku akan sebegitu mengerikan itu.
.
.
.Dengan derai tangis Zhafira, gadis remaja berusia 18 tahun itu berlari menuju kamarnya dan membanting pintu bercat hitam itu.
Isakan tangis keluar dari bibirnya. Ia sudah tidak tahan lagi bulyan di sekolah itu membuat mentalnya menjadi menciut. Emosinya tidak terkontrol bahkan entah kepada siapa ia berbicara ketika moodnya sedang tidak baik ia akan berbicara kasar.
Beberapa kali guru telah memperingati Arhan untuk tidak berkata kasar dan menyinggung perasaan Zhafira tapi tetap saja manusia itu tidak peduli dan tetap mengatakan kata yang seharusnya tak keluar dari mulut manusia yang tidak sempurna sepertinya.
Beberapa kali pula Zhafira mengembalikan kalimat itu, namun yang mengesalkannya adalah ucapan itu hanya masuk kanan keluar kanan tidak ada satupun yang tertinggal di otaknya.
Zila yang mendengar jeritan itu melangkah menyusuri asal suara yang tidak di ketahuinya itu.
Langkahnya terhenti saat mendengar kiriman suara di kamar anaknya itu. Perlahan ia menekan ganggang pintu itu agar kayu lebar itu bisa memperlihatkan isi kamar anaknya.
Satu kali ia mencoba membuka pintu itu dan berhasil, jarang sekali anaknya itu tidak mengunci pintu di saat hal seperti ini.
Dengan nafas pasrah Zila memasuki kamar itu, tetapi setelah di perhatikan tidak ada satu sosok pun di kamar anaknya itu.
"Zhafira." Panggil Zila, namun tidak ada sahutan yang menandakan tidak ada siapapun di ruangan itu.
"Fira." Panggil Zila kembali, namun masih belum ada jawaban dari Zhafira.
Dengan kepasrahan Zila meninggalkan kamar anaknya itu. Ia tidak salah dengar suara jeritan itu jelas terdengar dari kamar anak bungsu nya itu, tapi kenapa tidak ada seorang pun di ruangan itu?
Meski pertanyaan itu terus terngiang ngiang di telinga Zila, ia tetap melanjutkan aktivitasnya bergulat dengan alat dapur.
Di lain sisi Zhafira yang berhasil bersembunyi dari ibunya bernafas lega. Ia anti sekali jika harus di tanya apa alasan dirinya mengeluarkan cairan bening.
Apa lagi jika ia harus menceritakan bahwa dirinya di buly oleh temannya di sekolah. Ia sedang memutar otaknya, bagaimana agar Zila ibunya tidak tahu tangisan itu berasal darinya, hingga satu ide terlintas di benaknya.
Kakinya melangkah sejenak menuju jendela yang tegak lurus menghadapnya, dengan cepat dirinya keluar dari kamarnya dan kembali masuk kerumah itu lewat pintu depan.
"Capek banget pengen tidur." Teriak Zhafira sambil membulatkan mulutnya menguap.
Zila yang mendengar suara putri nya itu datang meninggalkan benda bersejarah di hadapannya.
"Kamu dari mana aja Zhafira?" Tanya Zila.
"Pulang sekolah bu." Ujar Zhafira mencium tangan ibunya itu.
"Tadi ada yang banting pintu kamar kamu, terus teriak teriak nggak jelas." Ujar Zila sedikit penasaran.
Zhafira menelan ludahnya.
"Mungkin ibu salah dengar." Ujar Zhafira.
"Nggak mungkin ibu salah dengar jelas jelas tadi bumbu dapur goyang semua." Ujar Zila menepis anggapan Zhafira.
"Nggak mungkin hantu kan bu." Ujar Zhafira dengan gelengan kepalanya.
"Mana ada hantu siang bolong gini sih bu." Ujar Zhafira.
"Ya udah lah, kamu sholat dulu, nanti makan siang bareng." Ujar Zila meninggalkan kericuhan yang entah dari mana datangnya itu.
Hallo sobat, gimana masih semangat untuk menjalani hari hari dengan mengikuti kehidupan Zhafira, aku ada rekomendasi nih, biar suasana ketika membaca cerita Zhafira lebih tergambar aku saranin kalian buat dengarin musik apalagi karena nuansa dari cerita "Tanah Konstantinopel" Sendiri nuansa nya nuansa turki jadi aku rekomendasi kalian semua buat dengerin musik turki. Yang judulnya.
🎼 Gizli Aşk feat Feride Hilal Akın Hakan Tunçbilek
Jangan lupa download ya gaes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Konstantinopel
Short StoryDiubah dari "Langit Senja Istanbul" Ke "Tanah Konstantinopel" "Apakah harus saya yang menanggung segalanya di saat semua ini berjalan begitu sulit kenapa saya harus di buat begitu tersiksa jelas jelas kamu yang tidak mengungkapkan nya." Zhafira Anas...