LSI ¶ 45

1 0 0
                                    

4 Tahun kemudian......

"Ibaratkan daun, jika sudah jatuh dia tidak akan pernah kembali, ribuan kecepatan angin pun tak akan mampu membuat nya kembali, tapi jika Allah berkehendak jangankan untuk kembali ke rantingnya, kembali menjadi daun baru pun ia akan bisa."

Menjadi motivator bagi orang lain, kini Zhafira gadis itu bukan lagi gadis biasa ribuan orang mengenal nya, seorang yang indah parasnya baik akhlaknya, indah jalan hidup nya menjadi pandangan hidup bagi orang lain.

"Begitulah kita, teman teman semua, sejauh apapun kita memandang kalo kata Allah kamu nggak akan ke sana, sampai kapanpun kita nggak akan nyampe ke sana tapi jika Ridho Allah ada sama kita percaya nggak kita bisa, meski kata orang, Ah mana bisa anak tukang Bakso itu kuliah di luar negeri, Ah mana bisa anak kuli bangunan itu bisa kuliah di luar negeri, Ah mana bisa anak tukang kebun itu bisa kuliah di luar negri."

Zhafira tersenyum dengan microphone di tangannya dengan senyum lebar dirinya melangkah mendekat ke arah segerombolan manusia yang tengah mendengarkan dirinya itu.

"Saya punya cerita teman-teman, saya punya rahasia biar kita bisa dapat Ridho Allah, biar kita bisa melawan kalimat orang yang ngeremehin kita itu, mau tau nggak?"

Serentak semua orang di sana mengangguk sambil bersorak, "mau"

"Ok, saya punya cerita, lebih tepatnya cerita inspiratif."

"Dulu di Konstantinopel, atau yang kita sebut Turki sekarang terdapat seorang panglima hebat yang bernama Sultan Muhammad Al-Fatih."

Zhafira tersenyum dan menjeda kalimat nya.

"Ada yang kenal Sultan Muhammad Al-Fatih?"

"Kalo cerita nya ada yang tau nggak? Ayok kalo ada yang tahu saya kasih hadiah."

Mereka di sana serentak menggeleng, Zhafira tersenyum, bagaimana bisa orang tidak mengetahui kisah itu, kisah yang bisa di jadikan motivasi oleh umat manusia di muka bumi, bagaimana bisa manusia di sana belum mengetahui nya.

"Ok saya cerita sedikit, Sultan Muhammad Al-Fatih, adalah putra dari Raja Murad ll. Dulu Rasulullah SAW pernah berkata sebelum terjadi nya perang Khandaq, perang saat dimana para kaum muslimin di Madinah membuat strategi perang dengan membuat Parit di seputar Madinah untuk menghadang kaum kafir kala itu, para kaum muslimin lagi sibuk nih gali Parit lebarnya 5 meter dalam nya 3 meter, sampai suatu ketika ada sebuah batu besar yang nggak bisa di hancur kan sama kaum muslimin, mereka minta bantuan lah sama Rasulullah, Rasulullah pun membantu mereka, dengan cara apa? Ada yang tahu?"

Mereka terdiam, salah satu diantara mereka mengangkat tangan.

"Pakai batu kecil yang di lempar ke arah batu itu, Buk."

"Nah benar, kata temannya, Rasulullah lempar batu, catat ya namanya nanti kita kasih Doorprize."

Mereka semua bergumam kesal karena tak mampu menjawab pertanyaan itu.

"Di batu Rasulullah lempar ke batu besar itu, nampak kilatan petir setelah itu. Lanjut batu batu berikut nya."

"Setelah batu itu hancur para sahabat bertanya sama Rasulullah, Ya Rasulullah apa maksud dari kilatan petir tadi Rasulullah, kami melihat gerbang Persia dan Konstantinopel di sana."

"Kalian juga melihat nya? Sesungguhnya di kilatan batu yang keluar nya bayangan gerbang Persia, sesungguhnya Persia akan di taklukkan, dan kilatan dengan bayangan Konstantinopel, berarti Konstantinopel juga akan jatuh ke tangan islam."

"Mereka di sana berseru, kenapa mereka berseru, karena Zamannya memang dua tempat itu sulit banget di kalahin, begitu syulit malah."

Mereka tertawa seraya meniru ujaran Zhafira.

Tanah KonstantinopelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang