"Kamu dari mana aja Fira? Kenapa nggak ngabarin___"
Ucapan Zulkhaer terhenti begitu melihat penampilan Zhafira sudah acak acakan dengan darah di bajunya.
"Kamu kenapa Ra?"
"Maaf yah Zhafira tadi kecelakaan."
Ujar Zhafira mendekat dengan kakinya yang sedikit pincang.
Zila menghampiri Putri bungsu nya itu.
"Kamu nggak papa Ra?"
"Nggak papa kok bu." Zhafira di bantu oleh Zila berjalan membawa dua kresek yang satu isinya obat dan satu lainnya adalah ember ayam goreng pemberian Rafisyqi dan Fahzan.
"Ini Fira bawa ayam goreng di kasih orang yang tadi nolongin Fira."
"Kamu kecelakaan di mana Ra?"
"Di Gang Sarti Mulya itu loh bu."
"Loh kenapa bisa ke sana gang itu kan udah kosong."
Zhafira hanya tersenyum menanggapi sang ibu.
Ika seakan sadar maksud senyuman dari Zhafira ia menyikut halus tangan Zila.
Zhafira mengisyaratkan kepada Zila untuk tidak menanyai Zhafira terkait tragedi kecelakaan itu.
"Lo udah nggak papa? Kaki Lo pincang begitu?" Ika.
"Nggak papa kok."
"Ok."
"Zhafira ke kamar dulu ya bu."
Zhafira melangkah pincang menuju tangga rumahnya ia memegang rel tangga sebagai pembantu nya menuju lantai atas.
Ia terbaring begitu sampai di atas kasur.
Tanpa ia sadar dirinya tertidur hingga esok hari.
Begitu bangun jam sudah menujukkan pukul 7.00 merasa dirinya akan terlambat jika tidak bersiap-siap Zhafira segera berdiri namun tiba-tiba kakinya terasa nyeri.
Rintisan keluar dari bibir nya ia berusaha berdiri pelan-pelan dan melangkah menuju kamar mandi.
Ia mengganti saja bajunya dengan seragam pramuka karena ia rasa tubuhnya belum begitu kuat untuk terkena air, kulit nya saja sudah robek mengingat kejadian kemarin.
Ia menahan air matanya orang seperti mereka tidak panstas untuk di tangisi.
Andai saja tidak ada Fahzan yang membantunya ia mungkin sudah kehilangan nyawa karena tak memiliki darah karena mereka.
(Maaf cerita Zhafira di culik mengandung kekerasan jadi nggak usah di bahas aja takutnya nggak nyaman, plus aku juga nggak tahu mau nulis apa kalo cerita kayak gitu)
Dengan kaki pincang itu ia mengganti perban kakinya seorang diri tak lupa mengoleskan salep ke kakinya yang sudah membiru.
Selesai sudah mengganti perban itu ia keluar kamar dengan tas di pundaknya. Ia berjalan turun tangga.
"Kamu masih mau sekolah Ra?"
"Iya bu."
"Loh nggak izin aja kamu masih belum sembuh loh."
"Fira mau ujian mid bu, nanti nggak dapat kisi-kisi lagi."
"Kan kamu bisa nitip sama Zanara."
Fira menatap ibunya datar.
"Yaudah deh kalo kamu tetap ngekeh pengen sekolah."
"Mau di anter nggak Ra?"
"Boleh bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Konstantinopel
Short StoryDiubah dari "Langit Senja Istanbul" Ke "Tanah Konstantinopel" "Apakah harus saya yang menanggung segalanya di saat semua ini berjalan begitu sulit kenapa saya harus di buat begitu tersiksa jelas jelas kamu yang tidak mengungkapkan nya." Zhafira Anas...