"Saya mau lanjutkan kuliah saya Sya, Qi."
Pria itu nampak berbinar mengatakan kalimat itu dari mulut nya.
"Kamu yakin Zan, dari 4 tahun yang lalu kami perhatikan kamu kayak nggak bersemangat, menurut saya lebih baik kamu mencari jati diri kamu dulu Zan cari dulu pasangan mu sebelum melanjutkan pendidikan mu."
"Bener kata Rafisyqi Zan, kami khawatir nantinya kamu nggak fokus kalo harus lanjut S2 nya."
Fahzan nampak tersenyum.
"Untuk apa saya mencari orang lain untuk melengkapi hidup saya di saat saya sendiri tidak mampu melupakan dia, insya Allah saya bisa kok melanjutkan pendidikan saya dengan baik, dan ya saya nggak akan menyerah menunggu dia, saya sudah ber istikharah setelah saya di tolak olehnya, saya masih merasa yakin dia pasti akan kembali kepada saya, bagaimana pun cara nya jika Allah memang menakdirkan saya dengannya pasti saya akan kembali bertemu dengannya, baik itu di dunia yang sulit saya jangkau sedikitpun."
"Sebegitu yakinkah kamu Zan, bagaimana kalo seandainya kamu menemukan dirinya sudah menjadi milik orang lain, kamu tetap mau nunggu?"
"Kalo seandainya dia udah memiliki orang lain, saya rela, berarti yang saya rasakan itu kesalahan, saya akan ikhlas menerima nya dan dengan izin Allah saya juga akan menemukan takdir saya."
"Memang cinta abadi, saya yakin kalo kalian tetap di takdir kan bersama ribuan bintang nggak bakal mampu menghancurkan kalian, saya salut sama cinta kamu."
Rensya tersenyum sambil menepuk bahu Fahzan.
"Eh Zan, nanti kalo kamu berhasil bersama sama Zhafira, jangan lupa janjimu ya."
Fahzan mengangkat alisnya sebelah.
"Janji apa?"
"Kok kamu lupa sih Zan, janjimu biayain nikah saya."
"Nikah sama siapa lagi Rafisyqi!! Ente udah ada Aisyah loh ente masih aja ngomongin nikahan."
"Nggak gitu ah, siapa tahu ane masih punya jodoh."
"Ya Allah, ente kalo ngomong gitu ane geprek deh."
"Ih apa salah nya sih."
"Nggak ada jodoh kamu lagi Qi, yang ada kami yang pengen gebukin kamu."
"Ah terserah kalian deh."
"Ente itu, kalo udah ada itu jangan di bagi lagi, jaga yang udah ada, kalo aja ente berani siap-siap aja ente ane buang ke kandang harimau."
"Udah ah, kamu udah daftar Zan?"
"Kebetulan kemarin hasil pendaftaran nya keluar, saya lulus di Istanbul University."
"Wih hebat, kenapa nggak di Al-Azhar aja ente daftar nya?"
"Nggak lulus Sya."
Mereka serempak tertawa.
"Apa sih kalian?"
Mereka tak berhenti tertawa.
"Masak sejenis Fahzan nggak lulus di Al-Azhar."
"Nggak rezeki Rafisyqi."
"Ngomong nya gitu, padahal dalam hatinya dongkol kenapa sih saya nggak di Al-Azhar aja, padahal kan saya hebat."
Rafisyqi dengan suara mencemooh nya.
"Biarin dari pada ente nggak lulus."
"Suka suka ente deh."
"Udah bilang sama Bunda Zan?"
"Belum Sya, rencananya besok saya mau ke rumah sekalian ngambil barang trus langsung berangkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Konstantinopel
Short StoryDiubah dari "Langit Senja Istanbul" Ke "Tanah Konstantinopel" "Apakah harus saya yang menanggung segalanya di saat semua ini berjalan begitu sulit kenapa saya harus di buat begitu tersiksa jelas jelas kamu yang tidak mengungkapkan nya." Zhafira Anas...