LSI ¶ 4

21 1 0
                                    

Dengan kecepatan sedang Fahzan membawa sang gadis di boncengan nya menuju rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan kecepatan sedang Fahzan membawa sang gadis di boncengan nya menuju rumah sakit.

5 menit terasa begitu lama untuk di lewati nya.

Akhirnya kakinya menginjak lantai di rumah sakit. Dengan sedikit  berteriak dirinya memanggil perawat yang tengah lalu lalang.

Beberapa perawat membantunya menurunkan gadis misterius di belakangnya.

"Maaf kan saya." Lirihnya.

Ia mengikuti putaran roda brankar yang membawa korban tabrakan motornya menuju UGD.

Langkahnya terhenti begitu salah seorang perawat menghalangi jalannya.

"Kami akan memeriksanya, kami minta bapak untuk me registrasi pasien dahulu ke resepsionis." Ujar sang perawat.

Fahzan hanya mengangguk sebagai jawaban.

Langkah demi langkah di lewati nya hingga ia sampai di resepsionis.

"Ya bapak, ada yang bisa saya bantu."

"Berapa ya mbak biaya pasien kecelakaan darurat tadi."

"Pasien atas nama siapa bapak? Apakah sudah di daftarkan?"

"Belum mbak, saya juga nggak tahu namanya."

Sang karyawan resepsionis pun hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar.

"Kalo gitu berapa kira kira biaya penanganan korban kecelakaan mbak biar saya bayar saja nanti kalo kurang mbak bisa telfon saya."

"Ya sudah pak."

Wanita itu menuliskan tarif nya dan nomor rekening di kertas dan Fahzan mulai mengeluarkan benda pipihnya untuk mentransfer uang sesuai jumlah yang di tetapkan.

"Makasih mba, kalo kurang mba bisa menelfon nomor saya di sini." Ujar Fahzan menulis nomornya di bawah kertas itu.

"Saya permisi."

Fahzan meninggalkan resepsionis dan mulai berjalan mencari ruang inap di mana ayahnya tengah di rawat dengan beberapa jarum suntik yang melekat di tubuhnya.

Langkahnya terhenti begitu melihat sang ibu tengah menangkupkan tangannya meminta pertolongan pada yang maha Kuasa.

Hatinya begitu rapuh melihat hal itu derai tangis jatuh membasahi pipi pria yang baru menginjak usia kepala dua itu.

"Hamba tak kuasa ya Allah menatap wanita yang melahirkan hamba menangis seperti itu ya Allah."

Fahzan mencoba menghapus air matanya.

"Ibu." Lirih Fahzan.

Sang ibunda mencoba menghapus air matanya.

"Kamu kok udah balik Zan?"

"Nggak kok bu, Fahzan hanya kebetulan saja lewat depan rumah sakit makanya Fahzan mampir." Fahzan berusaha menutupi apa yang terjadi padanya.

"Beneran?"

Tanah KonstantinopelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang