LSI ¶ 42

1 0 0
                                    

"Weh udah nikah aje ni eneng."

Fahzan datang dengan candaan dan senyuman serta dekapan dada yang mengikuti nya.

Khasya menoleh.

"Ya iya lah emang abang."

"Teh awas ya, nanti seminggu setelah kamu nikah abang juga bakal khitbah Zhafira kok."

"Yang bener? Perasaan dari kemaren ngomong nya tetap itu tapi ujung ujungnya nggak di khitbah juga."

"Eneng bisa ae. Dah entar abang bilang sama Rensya."

"Bilang apa?"

"Bilang kalo calon bojone iki ngeselin ngono loh." Ujar Fahzan dengan logat jawanya yang ikut menyertai.

"Bilang aja kalo bisa."

"Yeh abang telfon sekarang loh."

"Coba aja."

"Ok."

Fahzan melangkah mencari keberadaan benda pipih milik nya itu. Namun setelah di cari kemana-mana tetap saja benda itu tak nampak batang tubuhnya.

"Kok nggak ada ya."

"Yah nggak ketemu ya." Ujar Khasya sibuk dengan cermin full body di hadapan nya.

Ia nampak menampilkan sebuah benda pipih dengan pelindung abu abu di dalam jurai gaunnya.

Fahzan pun nampak keadaan di mana sang adik susu tengah mengeluarkan sesuatu dari gaunnya yang ia percaya itu adalah benda berteknologi miliknya.

Fahzan dengan langkah senyap nya berjalan begitu saja ke arah sana dan mulai menarik benda itu dari gaun Khasya.

"Ini nih, kamu yang nyembunyiin."

"Ih abang."

"Kata siapa nggak ada abang telfon ya."

"Bilang aj_____"

Khasya menangkap benda itu ketika dering telfon pertanda menghubungkan dengan hp di sebrang sana terdengar.

"Heh nggak ada main nangkep aja eneng."

"Ya makanya jangan di telfon."

"Kasian udah ke sambung itu, Assalamu'alaikum Sya." Ujar Fahzan dengan santainya.

"Wa'alaikumussalam Zan, ada apa?"

Khasya menarik tangan Fahzan kesal.

"Hallo Zan. Ada apa?"

"Maaf Kak Rensya ini Kak Fahzan salah sambung."

"Hah, oh yaudah kalo nggak ada urusan saya tutup ya Assalamu'alaikum."

"Iya Wa'alaikumussalam maaf ya kak Rensya."

"Iya, saya tutup ya."

"Iya kak."

Khasya menatap Fahzan kesal dan menghentak kan kakinya sebagai ungkapan rasa kesal nya.

Fahzan tertawa puas terhadap kelakuan dan tingkah laku dari Khasya.

"Besok saya bilang langsung aja deh."

"Jangan ih, abang!!!!!"

Pekik Zhafira mengundang kehadiran Hanum.

"Kenapa sih kalian?"

Suara itu mampu membuat diam dua manusia yang berteriak itu.

"Ada apa? Dari tadi bising banget. Kamu Fahzan ngapain ganggu adek mu."

Tanah KonstantinopelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang