Andai hari itu aku mengenalmu mungkin aku tahu siapa penyebab demamku.
.
.
.
Jam yang tidak henti dari pergerakan nya itu segera menunjukkan waktu tengah malam.Zhafira dengan wajah pucatnya terduduk lemas sambil mengusap air mata yang menjatuhi pipinya.
Memimpikan seseorang yang tidak ia kenal, di dalam mimpi nya laki-laki itu tersenyum ke arahnya dan berkata.
"Tunggu aku, aku akan menemukan mu di manapun kamu berada."
Setelah mengatakan itu ia berlalu begitu saja tanpa peduli apa yang terjadi.
Jantung gadis dengan rambut sepinggang itu berhenti berdetak ia berusaha meraih sakelar lampu yang tergantung di dinding kamar nya.
"Mimpi apaan barusan? Ngeri juga, di kira gua penjahat kali. Yaudahlah palingan cuman mimpi boongan."
Zhafira melangkah meninggalkan ranjangnya yang sudah tidak rapi lagi semburan air menyembur begitu saja setelah Zhafira memutar kepala keran itu.
Tangannya kini menampung air itu dan mulai menyiramkan air itu ke wajahnya yang sudah di penuhi keringat dan air mata.
Setelah menyelesaikan hajatnya dirinya menaiki kembali kasur dengan seprai Masha and the bear itu.
🕌🕌🕌
"Bangun Fira!!" Teriak Zila dari balik pintu kamar milik Zhafira.
"Bangun atau ibu dobrak pintunya."
Mendengar itu dengan cepat Zhafira terduduk seketika kepalanya terasa pusing seakan beberapa burung sedang terbang di atas Kepala nya.
"Iya bu." Ujar Zhafira mengusap kepalanya.
"Sholat, liat ini udah jam berapa. Anak gadis kok bangun jam segini." Omel Zila.
Tatapan Zhafira kini terarah ke jam yang tergantung dan menunjukkan pukul 09.00.
"Kok bisa."
"Kamu nya yang molor, ayah sama kakakmu udah berangkat."
"Udah telat bu?"
"Ya iyalah pake nanya lagi. Sana sholat dulu. Entah pahalanya di Terima atau nggak itu urusan Allah kamu kerjain aja dulu."
"Iya bu." Ujar Zhafira beranjak dari kasurnya untuk mengambil wudhu. Dan mulai melaksanakan ibadah wajib itu.
Begitu menyelesaikan sholat, Zila sang ibu itu datang kembali. Suara ketukan terdengar di pintu itu. Dengan cepat Zila membuka pintu itu menampilkan Zila dengan nampan berisi nasi goreng dan susu di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Konstantinopel
Short StoryDiubah dari "Langit Senja Istanbul" Ke "Tanah Konstantinopel" "Apakah harus saya yang menanggung segalanya di saat semua ini berjalan begitu sulit kenapa saya harus di buat begitu tersiksa jelas jelas kamu yang tidak mengungkapkan nya." Zhafira Anas...