Pria tampan dengan alis tebal itu menunduk begitu mendapati Ika datang menemui nya.
"Kamu Gus Saqqara?"
"Iya, Saya Saqqara."
Ika duduk di hadapan manusia itu begitu juga dengan Zhafira yang ikut duduk di sebelah sang kakak untuk mencegah fitnah antara sang kakak.
"Apa yang membuat gusnya ingin menerima perjodohan ini, jika gusnya lihat sendiri saya bukan wanita yang memiliki ilmu setimpal dengan gusnya, seorang seperti Gus seharusnya memiliki pendamping hidup yang baik, yang paham agama tapi tidak dengan saya. Lagi pula saya juga bukan seorang ning."
"Memang nya ada aturan seorang Gus harus menikah dengan ning? Ilmu bisa di cari jikapun kamu tak punya ilmu akan saya santri kan kamu selama saya menjadi suamimu."
"Tetap saja seorang seperti gusnya harusnya punya pendamping yang setimpal."
"Saya mencari seorang untuk ibadah terpanjang saya, bukan membuat kontes siapa yang terbaik."
"Tapi jelas saja saya tidak p___"
"Apapun yang terjadi jangan merasa kamu tidak pantas untuk saya."
Ika memutar otaknya agar manusia di depannya ini mau menolak perjodohan itu.
"Saya memiliki kekasih dan saya sangat mencintai nya."
"Saya tidak peduli, setelah kalimat ijab qobul terucap dari mulut saya dia hanya butiran debu yang tidak bisa bergerak sedikit pun."
"Saya tidak sebaik yang gusnya kira, saya adalah gadis yang tidak memiliki sopan santun. Gusnya bisa menolak perjodohan ini dengan alasan itu, saya mohon batalkan perjodohan ini."
"Kamu berbohong, antara perkataan dan perbuatan mu sangat berbeda saya tahu kamu adalah orang yang baik dari bagaimana cara kamu berbicara dengan saya, saya semakin kuat tidak ingin membatalkan perjodohan ini."
Manusia itu tetap kokoh dengan pendiriannya.
Ika menghembuskan nafasnya kasar. Zhafira yang sibuk dengan headset yang terpasang di telinganya menatap bingung sang kakak yang tampak menyerah.
Ia mulai berfikir sang kakak sudah goyah dengan keyakinan nya.
"Saya punya mimpi, apakah gusnya akan mengizinkan saya mewujudkan mimpi itu jika saya menikah dengan gusnya?"
"Selagi mimpi itu baik saya akan mendukung nya."
"Gusnya yakin."
Ika mulai goyah dengan keyakinan dirinya untuk membatalkan perjodohan itu.
"Saya sangat yakin akan hal itu."
"Bagaimana jika nanti ketika saya menikah dengan gusnya dan malah gusnya melarang saya mewujudkan mimpi itu?"
"Saya tidak akan melarang nya selagi mimpi itu baik."
"Saya perlu pembuktian dari ucapan itu."
"Kalo boleh saya tahu apa cita-cita yang kamu maksud?"
"Saya bercita-cita menjadi pengajar sekolah luar biasa, apakah Gus berubah pikiran untuk menerima perjodohan ini. Kalo gusnya berfikir saya adalah orang bodoh yang mau mengajar anak disabilitas gusnya boleh membatalkan perjodohan ini."
Saqqara geleng kepala mendengar itu.
"Gus keberatan kan dengan mimpi saya itu, saya akan menyampaikan kepada orang tua saya tentang kebera___"
"Siapa yang bilang saya keberatan, saya hanya kagum, saya fikir kamu hanya orang yang peduli terhadap diri mu sendiri ternyata pendapat saya salah kamu jauh lebih baik dari pada diri saya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Konstantinopel
Short StoryDiubah dari "Langit Senja Istanbul" Ke "Tanah Konstantinopel" "Apakah harus saya yang menanggung segalanya di saat semua ini berjalan begitu sulit kenapa saya harus di buat begitu tersiksa jelas jelas kamu yang tidak mengungkapkan nya." Zhafira Anas...