"Jangan kamu berani menganggu Zhafira lagi, sekali kamu mengganggu Zhafira akan saya pastikan tulangmu tidak akan lagi kembali ke bentuk semula."
Farsya menunjuk wajah Zanara yang kini tertunduk di hadapannya.
Zhafira tersenyum melihat itu.
"Bilang ya Ra, kalo manusia ini masih aja berani ganggu kamu."
Zhafira mengangguk sebagai jawaban.
Zanara meringis merasakan sakit di tangannya. Begitu juga dengan kedua temannya, Chelsea dan Vania yang juga meringis merasakan denyutan di tangannya.
"Awas lo Farsya." Zanara menatap Farsya tajam dengan mata yang tidak lupa melotot.
"Awas apa? Awas ada Kera gila?" Farsya dan teman-temannya di kelas kala itu ikut tertawa.
"Kamu nggak liat itu komunitas konyolmu itu sudah jatuh nggak berdaya. Masih aja ngekeuh sok nggak terkalahkan." Farsya meliarkan pandangannya.
"Udahlah, saya males ngeliat kamu, sebagai rasa tanggung jawab saya mau nggak di bawa ke UKS."
"Lo pikir gua apa hah?"
"Emang apaan? Masih aja keras kepala meski udah jatuh." Ujar Farsya tertawa.
"Saya bawa anggota palang merah aja deh biar dapat perawatan khusus, kan saya ketuanya." Farsya tertawa garing setelah menyelesaikan kalimat nya.
"Kurang ajar." Pekik Chelsea.
"Nggak kok, saya udah dapat pengajaran dari orang tua saya dari kecil, sayangnya kamu yang kurang di ajari sama orang tuamu sampe nyaci orang, saya sama sekali merasa tidak bersalah karena sudah mengeluarkan jurus bela diri saya kepada manusia seperti kalian, dan malah orang tua saya bangga dengan apa yang saya lakukan. Justru orang tua kalian lah yang merasa malu karena membesar kan anak tidak tau diri seperti kalian."
"Rasqi. Kamu bisa bantu kan aku ambil kotak P3k bentar."
"Iya, cepet ya Sya."
"Iya Qi."
Farsya berlari menuju ruang UKS dimana kotak P3k itu berada.
Begitu mendapatkan apa yang di butuhkan nya ia kembali berlari menuju kelasnya.
"Ini Qi aku panggil satu anggota lain dulu."
"Iya Sya."
Zhafira menutup bukunya setelah beberapa kalimat berhasil ia ciptakan, kalimat diarynya hari ini menceritakan betapa pemberaninya sosok Farsya.
Ia mulai berjalan halus menuju tempat pintu kelas. Melengos tanpa memperdulikan Zanara yang masih sibuk memegangi lukanya.
"Lo bener nggak tahu diri ya Ra."
Zhafira menghentikan langkahnya.
"Gua nggak mau maafin lu tapi lu harus cari banyak cara biar gua bisa maafin lu, tapi dengan gaya lo yang begitu gua nggak akan pernah maafin lo."
Zhafira memutar tubuhnya.
"Aku udah minta maaf Zan, tinggal hati kamu yang menentukan antar menerima nya atau tidak, mengapa aku harus memikirkan hal yang sudah aku serahkan padamu."
"Dan aku juga tak peduli dengan semua perkataan yang kau lontarkan padaku, kurang kau hanya membawa mereka untuk merendahkan ku, kau bisa menghasut puluhan orang untuk membenciku tapi sampai kapanpun aku nggak akan pernah meminta maaf sampai hampir bersujud kepadamu karena saking inginnya mendapatkan maaf darimu."
"Benar-benar menjijikkan."
Zhafira hanya tersenyum getir membalas perkataan Zanara. Ia berlalu begitu saja saat Zanara mulai mendesis geram melihat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Konstantinopel
Historia CortaDiubah dari "Langit Senja Istanbul" Ke "Tanah Konstantinopel" "Apakah harus saya yang menanggung segalanya di saat semua ini berjalan begitu sulit kenapa saya harus di buat begitu tersiksa jelas jelas kamu yang tidak mengungkapkan nya." Zhafira Anas...