LSI ¶ 39

2 0 0
                                    

Ramai sudah tempat itu dengan ribuan orang yang rapi dengan toganya begitu juga dengan Fahzan yang sudah duduk bersandar yang di sediakan untuk nya ia menarik nafas sekilas dan tersenyum begitu orang lain tersenyum ke arahnya.

Tak jarang orang meneriaki nya dan berkata itulah sosok Fahzan yang sangat di idam-idamkan kaum hawa.

Fahzan hanya menyerngit begitu ekspresi itu di tampil kan di hadapan nya.

Begitu seterusnya hingga acara itu berakhir Fahzan berlari memeluk sang ibu begitu nampak seorang wanita paruh baya yang sedang tersenyum indah menatap nya.

Ia mencium tangan sang ibu seraya meminta restu agar di mudahkan jalan nya.

Begitu juga dengan Khasya yang datang dan mencium tangan sang ibunda dengan senyuman indah menyambut sang ibu susu.

🕌🕌🕌

Zhafira gadis itu nampak sedang memutar layar hpnya di tengah kesibukannya yang harusnya ia pakai untuk belajar masuk Perguruan tinggi malah di pakai untuk memutar bidang datar itu.

Jantung nya seakan berhenti berdetak begitu sebuah foto di tampil kan di sana dengan pemandangan dimana Fahzan seorang yang datang menemui ayahnya hadir dengan seorang wanita yang tampak asing di mata Zhafira.

Senyum dari sosok Fahzan menerka di sana diikuti tatapan penuh kasih sayang menatap wanita di sebelah nya.

Zhafira merasakan sesak di dadanya, tangisnya jatuh begitu saja tanpa di minta sungguh menyedihkan dirinya berharap seorang seperti Fahzan hanya mencintai nya seorang.

Bagaimana dengan pemandangan yang kini di tatap nya. Tangis nya meluruh begitu saja. Takut suara nya terdengar oleh orang yang sibuk mempersiapkan pernikahan sang kakak ia menutup mulut nya seakan-akan itu akan berhasil menghentikan suaranya.

Perasaan sedih itu selalu saja menghampiri nya, begitu tidak pantas kah dirinya memiliki Fahzan, apakah hanya angan-angan memiliki pria sempurna seperti Fahzan.

Merasa sudah tenang dirinya mengambil whudu dan melaksanakan sholat mengadu segala risau yang kini di hadapinya.

Begitu selesai sholat dirinya, mulai menarik nafas dalam dan menghembuskan nya.

"Mungkin hanya kebetulan pikiran positif aja."

Zhafira dengan fikiran positif nya.

Ia mulai menetralkan wajahnya di hadapan cermin agar tidak ada yang menyadari keadaan nya saat ini.

Langkahnya terarah menuju kamar sang kakak di mana bagian dekorasi sedang menghias ruangan persegi itu dengan indah.

Begitu selesai memperhatikan ruangan itu Zhafira melangkah keluar mencari keberadaan sang kakak.

Ternyata wanita yang di cari itu pun tengah di hiasi tangannya oleh 2 orang di tangan kiri dan kanannya.

Zhafira hanya tersenyum melihat itu dan berlalu mendekati sang kakak.

"Wih besok udah jadi istri orang gimana semangat ga?"

"Ya semangat sih semangat tapi nggak yang terlalu semangat banget."

"Loh kok gitu, padahal calonnya Gus Saqqara loh, yang katanya Gus impian kaum hawa."

"Emang se sempurna apasih Gus Saqqara itu."

"Entah calon suami siapa tapi nanya entah sama siapa."

"Lu kira gua penguntit apa, gua aja nggak kenal terlalu jauh sama itu gus, eh tapi dari yang gua baca si Fahzan juga punya pesantren Ra."

Tanah KonstantinopelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang