LSI ¶ 53

2 0 0
                                    

أنا على وشك إغلاق الكتاب عليك، لذا اعتني بنفسك جيدًا، ولا ترتكب نفس الخطأ مرة أخرى. سأبحث عن الأفضل بحسب نسخة الله، ويجب أن تجده أيضًا.
____________

Gadis itu nampak berbinar wajahnya, meski separuh wajahnya tertutup cadar tetap saja penampakan cantik nya dirinya masih terpapar di antara cahaya yang menerangi nya.

Gadis itu nampak gelisah dengan tangannya yang sudah penuh dengan hiasan.

Begitu pula Fahzan pria itu sudah siap dengan jubahnya, dengan sedikit senyuman ia menyemprotkan parfum di bajunya.

Senyum nya tak henti mengambang mengingat hari yang penuh tangisan itu sudah berakhir dan hari ini lah pelayaran nya.

Sudah saatnya akhir bahagia menjadi jalan mereka, ia begitu tersenyum hari itu mengingat bagaimana indahnya mata sosok itu, mengingat kenangan indah yang mereka hadapi bertahun-tahun lamanya.

Jika di ukur nikmat dari Tuhan itu tak ada alat yang mampu mengukur nya. Semuanya tertuang dalam indahnya dunia.

Beberapa menit kemudian pada akhirnya jantungnya semakin berdetak kencang di kala MC memulai acara.

Wajahnya sudah cemas, ia menarik nafas lalu membuangnya secara berurutan begitu lah yang ia lakukan dalam beberapa menit setelah acara itu di mulai.

Sampai pada akhirnya manusia di depan sana menyerah kan acara kepada nya untuk tilawah, Fahzan mulai membaca do'a bibir nya komat kamit sampai akhirnya kalimat ta'audz itu sudah terdengar dari mulut nya.

Di ruangan itu Zhafira dan Ika yang mendengar suara itu seakan di buat diam dengan suara Fahzan mereka merasakan bagaimana indahnya suara Fahzan.

Sungguh indah suara itu, Zhafira sedikit tertawa melihat wajah sang kakak yang begitu menghayati suara itu.

Sampai waktu yang di tunggu akhirnya tiba Fahzan dengan tatapan sayu memegang tangan Zulkhaer dengan keseriusan luar biasa.

"Ya Fahzan Edzard Al-Husain, Ankahtuka wazawwajtuka mahtubataka Zhafira Anasia binti Zulkhaer, bil mahril bi'adawati sholah, wamil yuunu rubiyyatin wa al surah Ar-Rahman bebebil al-Mulk, wa kilughram wahid min aldhahab wa manzila, Haalan."

Fahzan menarik nafasnya dalam.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bi mahril madzkur Haalan." Fahzan dengan satu tarikan nafasnya

Semua orang di sana berbibisik mempertanyakan sudah kah jatuh tanggung jawab Zhafira ke tangan seorang pemuda bernama Fahzan Edzard Al-Husain?

Setelah kedua saksi berkata saat itu lah Fahzan mengeluarkan air matanya. Ya Allah tak terbayang olehnya sudah menjadi mimpi segala dalam pikiran nya.

Jantung nya berdebar begitu seorang wanita tengah berjalan mendekati nya dengan sang kakak yang kini menyandang sebagai kakak ipar dari Fahzan Edzard Al-Husain.

Ia hanya bisa tersenyum sambil menangis menatap itu semua, bidadari itu satu satunya manusia yang membuat saya jatuh cinta karena mu ya Allah. Saya tak pernah jatuh cinta pada manusia lain selain dirinya, kini Ya Allah, ku persaksikan di hadapan mu, beginilah skenario ciptaan mu, jika di jadikan sebuah novel saya bersyukur takdir mu itu begitu indah.

Teriak Fahzan dalam hatinya berharap Tuhan kini merasa kan perasaan yang kini di rasakan nya.

Begitu pula gadis itu yang menangis terharu di sebrang sana saat di mana seorang pemuda tangguh, penyabar seperti seorang Fahzan mempertahankan do'a nya, di sepertiga malamnya, di dalam dua pilihan nya dan saat matahari tergelincir ia mempertahankan kekaguman nya terhadap seorang manusia biasa seperti Zhafira.

Tanah KonstantinopelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang